Ambon, 20/10 ( Antara Maluku ) - Kodam XVI/Pattimura menggelar Latihan Terpadu Operasi Bantuan Penanggulangan Akibat Bencana Alam, melibatkan peserta dari unsur PLN, PU, Basarnas, Kepolisian, Pemda, Perhubungan, AL, AU, AD, di Aula Sudirman Makodam, Kamis.

Pelatihan bertema "Koops TNI Wilayah Kodam XVI/Pattimura Membantu Pemerintah Daerah Maluku Dan Maluku Utara Dalam Melaksanakan Penanggulangan Akibat Bencana Alam Gempa Bumi Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI" itu dibuka oleh Komandan Rindam XVI/Pattimura, Kolonel Inf Aswadi.

"Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami dan aktivitas manusia, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor," kata Aswadi.

Menurut dia, karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, maka bencana alam menyebabkan kerugian materil dan struktural, bahkan sampai kematian.

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan mencegah atau menghindari bencana, dan daya tahan serta kesiapsiagaan dan kesigapan para aparatur negara yang telah terlatih.

Maluku dan Maluku Utara merupakan Daerah yang berada di pertemuan tiga lempeng dunia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia. Pertemuan tiga lempeng dunia yang selalu bergerak aktif satu sama lain ini menimbulkan kemungkinan terjadinya gempa bumi yang dalam beberapa hal dapat mengakibatkan tsunami.

Khusus di Pulau Ambon, ada 10 zona garis patahan, tiga di antaranya berada di daerah pemukiman padat penduduk.

"Jalan Pattimura Ambon naik sampai ke kawasan Batumeja masuk dalam salah satu zona patahan itu. Yang lebih rawan lagi adalah daerah Poka-Rumahtiga karena dilalui tiga garis patahan," kata Aswadi.

Ketiga garis patahan itu berada di Tanjung Marthapons, di belakang Poka Rumahtiga, dari Waiyame melintang garis patahan sampai ke Telaga Kodok dan patahan dari Waiyame naik ke arah Utara Pulau Ambon.

Kondisi itu membuat kawasan tersebut sangat rawan, karena patahan-patahan itu akan aktif kalau terjadi gempa besar.

Ada tiga jenis gempa berdasarkan keaktifannya yakni gempa yang sudah tidak aktif, berpotensi aktif, dan gempa aktif.

Di Maluku belum dijumpai gempa aktif. Namun, Pulau Ambon masuk dalam kategori patahan-patahan berpotensi aktif, dimana jika terjadi gempa besar bisa menimbulkan bencana seperti pada 17 Februari 1674.

Saat itu, di Pulau Ambon terjadi gempa dahsyat disusul tsunami yang banyak memakan korban.

Berdasarkan catatan, dalam kurun waktu tahun 2013 sampai 2015, di Maluku dan Maluku Utara terjadi sedikitnya 11 kali gempa bumi.

Pangdam XVI/Pattimura Mayjen Doni Monardo dalam amanatnya mengatakan, latihan terpadu yang diselenggarakan ini merupakan uji kesiapan satuan dalam melaksanakan tugas, sehingga ketika terjadi bencana telah siap mengantisipasinya guna meminalisir kerugian.

"Salah satu tugas pokok TNI itu adalah memberikan bantuan kepada Pemda dalam menanggulangi bencana alam di daerah," katanya.

Menurut Pangdam, latihan kesiapsiagaan menanggulangi bencana alam harus didukung kapabilitas sistem komando pengendalian terpadu, dengan membangun interoperabilitas satuan operasi dan manajemen operasi TNI AD, AL, dan AU.

Latihan Terpadu Operasi Bantuan Penanggulangan Akibat Bencana Alam tersebut akan berlangsung selama delapan hari.

Semua peserta lewat pelatihan itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan serta kesiapsiagaan menghadapi dan menanggulangi bencana alam.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016