Ambon, 2/11 (Antara Maluku) - Rumah Peradaban Banda yang digelar oleh Balai Arkeologi Ambon di Banda Naira, Kecamatan Pulau Banda, Kabupaten Maluku Tengah, pada 9-13 November 2016 akan memperkenalkan kekayaan pesona keragaman budaya dan tradisi Kepulauan Banda dalam sejarahnya.
"Wilayah Kepulauan Banda merupakan salah satu yang dicanangkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dan diwacanakan dalam usulan World Heritage sejak tahun 2005," kata Arkeolog Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Ambon, Rabu.
Ia mengatakan program Rumah Peradaban merupakan domain program kebudayaan yang digagas oleh Pusat Arkelogi Nasional, guna untuk menginformasikan hasil penelitian, bukan hanya bentuk fisik kebudayaan, tapi juga menjadi media interaksi dan komunikasi kepada komunitas masyarakat.
Sebagai terobosan baru, program tersebut menjadi upaya untuk membuat budaya peradaban masa lalu tetap hidup, dan menguatkan pembangunan karakter masyarakat.
Di Maluku, program Rumah Peradaban telah digelar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat dalam bentuk "Rumah Perdaban Tanimbar" pada 17 - 22 Oktober 2016.
"Kami sebagai UPT Kemdikbud di bawah pembinaan Pusat Arkeologi Nasional juga turut mendukung gagasan penting itu, penyelenggaraannya sesuai dengan konteks kewilayahan Provinsi Maluku dan Maluku Utara sebagai wilayah kerja kami," katanya.
Wuri yang juga penanggung jawab teknis Rumah Peradaban Banda mengatakan Kepulauan Banda sebagai wilayah terpenting dalam lintasan sejarah budaya di Maluku, memiliki ragam potensi tinggalan dan sumber daya arkeologi dari masa prasejarah hingga kolonial.
Karena itu, Rumah Peradaban Banda akan digelar dalam beberapa rangkaian kegiatan, yakni peluncuran buku Pengayaan Arkeologi, sebuah bacaan bagi siswa SMP dan SMA, berisi materi arkeologi yang dikemas secara sederhana, komunikatif dan ringan.
Buku itu juga menjadi cikal bakal untuk pengembangan Modul Pendidikan Arkeologi dan Sejarah Lokal yang lebih padat informasi kearkeologian di daerah Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
Selain peluncuran buku, kegaitan lainnya juga meliput Sekolah Multibudaya, Outbound Arkeologi, Diskusi Komunitas, dan Dialog Peradaban Orang Basudara yang dirancang untuk mempertemukan berbagai kalangan masyarakat setempat dari berbagai negeri di wilayah Kecamatan Pulau Banda.
Seluruh kegiatan tersebut akan melibatkan komunitas adat, guru dan pelajar SMP - SMA, pemangku kebijakan, tokoh dan organisasi masyarakat dan pemuda, balai arkeologi se-Indonesia, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku - Maluku Utara, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), Kantor Bahasa Provinsi Maluku, dan akademisi dari universitas Maluku.
"Sebagai bentuk kerja sama dengan pemerintah daerah setempat, Rumah Peradaban Banda dirangkaikan dengan kegiatan Festival Budaya Banda yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah," kata Wuri.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016
"Wilayah Kepulauan Banda merupakan salah satu yang dicanangkan sebagai Kawasan Strategis Nasional dan diwacanakan dalam usulan World Heritage sejak tahun 2005," kata Arkeolog Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Ambon, Rabu.
Ia mengatakan program Rumah Peradaban merupakan domain program kebudayaan yang digagas oleh Pusat Arkelogi Nasional, guna untuk menginformasikan hasil penelitian, bukan hanya bentuk fisik kebudayaan, tapi juga menjadi media interaksi dan komunikasi kepada komunitas masyarakat.
Sebagai terobosan baru, program tersebut menjadi upaya untuk membuat budaya peradaban masa lalu tetap hidup, dan menguatkan pembangunan karakter masyarakat.
Di Maluku, program Rumah Peradaban telah digelar di Saumlaki, Maluku Tenggara Barat dalam bentuk "Rumah Perdaban Tanimbar" pada 17 - 22 Oktober 2016.
"Kami sebagai UPT Kemdikbud di bawah pembinaan Pusat Arkeologi Nasional juga turut mendukung gagasan penting itu, penyelenggaraannya sesuai dengan konteks kewilayahan Provinsi Maluku dan Maluku Utara sebagai wilayah kerja kami," katanya.
Wuri yang juga penanggung jawab teknis Rumah Peradaban Banda mengatakan Kepulauan Banda sebagai wilayah terpenting dalam lintasan sejarah budaya di Maluku, memiliki ragam potensi tinggalan dan sumber daya arkeologi dari masa prasejarah hingga kolonial.
Karena itu, Rumah Peradaban Banda akan digelar dalam beberapa rangkaian kegiatan, yakni peluncuran buku Pengayaan Arkeologi, sebuah bacaan bagi siswa SMP dan SMA, berisi materi arkeologi yang dikemas secara sederhana, komunikatif dan ringan.
Buku itu juga menjadi cikal bakal untuk pengembangan Modul Pendidikan Arkeologi dan Sejarah Lokal yang lebih padat informasi kearkeologian di daerah Provinsi Maluku dan Maluku Utara.
Selain peluncuran buku, kegaitan lainnya juga meliput Sekolah Multibudaya, Outbound Arkeologi, Diskusi Komunitas, dan Dialog Peradaban Orang Basudara yang dirancang untuk mempertemukan berbagai kalangan masyarakat setempat dari berbagai negeri di wilayah Kecamatan Pulau Banda.
Seluruh kegiatan tersebut akan melibatkan komunitas adat, guru dan pelajar SMP - SMA, pemangku kebijakan, tokoh dan organisasi masyarakat dan pemuda, balai arkeologi se-Indonesia, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku - Maluku Utara, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB), Kantor Bahasa Provinsi Maluku, dan akademisi dari universitas Maluku.
"Sebagai bentuk kerja sama dengan pemerintah daerah setempat, Rumah Peradaban Banda dirangkaikan dengan kegiatan Festival Budaya Banda yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Maluku Tengah," kata Wuri.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2016