Ambon, 21/2 (Antara Maluku) - Pemerintah Kota Ambon, Provinsi Maluku, mengajak warga untuk membentuk bank sampah di setiap desa, negeri dan kelurahan

Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Persampahan Kota Ambon, Luzia Isaac di Ambon, Selasa, mengatakan, pembentukan bank sampah di setiap desa, kelurahan dan negeri penting sebagai bagian dari upaya penanganan sampah organik dan anorganik.

Untuk sampah organik dapat diolah menjadi kompos dan sampah anorganik bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai ekonomis dengan cara dijual kepada para pengumpul.

"Ke depan kita akan menumbuhkan atau mengajak warga di desa untuk membentuk bank sampah. Kita telah memiliki sejumlah tetapi ini akan ditumbuhkan lagi," katanya.

Ia mengatakan, saat ini telah terbentuk tujuh bank sampah seperti kawasan Wayame, Batu Merah, Amahusu, Waiheru dan dua unit di Passo. Sedangkan satu lainnya bertempat di Kudamati tetapi dalam kondisi yang tidak aktif.

"Saya juga ingin meluruskan terkait anggapan bank sampah selama ini tidak berfungsi, yang terjadi sebenarnya bukan tidak berfungsi tetapi belum maksimal," katanya.

Kondisi tersebut, kata Luzia, disebabkan oleh masalah fluktuasi harga beli sampah plastik sehingga harganya tidak tetap serta sesuai jenis plastik.

"Ke depan harus ada sentral sampah yang berfungsi untuk menampung sampah sehingga seperti bank sampah induk yang mengumpul sampah yang ada di bank sampah. Ini yang nanti akan kita atur harganya, agar tidak dimainkan oleh para pengumpul," ujarnya.

Ia menjelaskan, bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan tapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah.

Warga yang menabung disebut nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam.

"Sampah yang ditabung ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, dan nantinya akan dijual ke pabrik yang melakukan kerja sama," katanya.

Ia mengakui, pengembangan bank sampah di Ambon harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif masyarakat untuk memilah, mendaur ulang dan memanfaatkan sampah (3R) guna membangun lingkungan sekaligus membangun ekonomi kerakyatan.

Bank sampah juga harus menjadi momentum awal membina kesadaran kolektif mengelola sampah sehingga pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru masyarakat di Indonesia.

"Kita telah memulai dari kawasan pemukiman dan akan diterapkan lanjutan ke kelompok masyarakat lainnya. Hal ini memang merupakan sesuatu yang baru dan harus lihat contohnya baru diterapkan," kata Luzia.

Pewarta: Penina Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017