Ambon, 17/3 (Antara Maluku) - Ketua Pengurus Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama Indonesia Maluku, Habiba Pelu menegaskan, wafatnya Kiyai Haji Hasym Muzadi membuat Indonesia kehilangan salah satu tokoh Islam dunia.
"Kepergiannya bukan saja merupakan sebuah kehilangan oleh warga Nahdiyin. KH Hasym Muzadi sudah dikenal sebagai salah satu tokoh Islam dunia yang dihormati serta dikagumi berbagai negara di dunia, termasuk negara-negara barat dalam sisi agama yang berbeda," kata Habiba Pelu di Ambon, Jumat.
Ia menyatakan Hasyim Muzadi sejak dahulu sudah dikenal sebagai sosok yang menjunjung pluralisme, karena agama itu milik semua orang dan merupakan sebuah Rahmatan Lil Alamin.
Menurut Habiba Pelu, kontribusi KH Hayim Muzadi terhadap penyelesaian konflik sosial Maluku tahun 1999 juga sangat besar.
"Beliau bersama mantan Presiden RI Gus Dur (almarhum) menghendaki konflik sosial di Maluku biarlah diselesaikan secara adat oleh masyarakat sendiri dan tidak boleh ada intervensi," tandasnya.
Mantan Ketua PBNU tahun 1999-2004 dan 2004 2009 yang juga pernah menjadi calon Wakil Presiden dan berpasangan dengan Megawati Soekarno Putri sebagai calon Presiden ini tutup usia di Malang, Jawa Timur pada Kamis, (16/3) sekitar pukul 06.00 WIB dalam usia 72 tahun.
KH Hasyim Muzadi lahir pada 8 Agustus 1944, ia wafat setelah menjalani perawatan intensif di RS Lavalette, Malang, Jawa Timur.
"Fatayat NU Maluku juga merasa kehilangan tokoh yang dikenal memerangi radikalisme serta anti kekerasan ini," kata Habiba Pelu.
"Untuk itu Dewan Pengurus WIlayah NU Maluku akan melakukan tahlilan sepuluh hari pascameninggalnya KH. Hayim Muzadi dan PW Fatayat NU Maluku sebagai penyelenggara kegiatan tahlilan tersebut," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Kepergiannya bukan saja merupakan sebuah kehilangan oleh warga Nahdiyin. KH Hasym Muzadi sudah dikenal sebagai salah satu tokoh Islam dunia yang dihormati serta dikagumi berbagai negara di dunia, termasuk negara-negara barat dalam sisi agama yang berbeda," kata Habiba Pelu di Ambon, Jumat.
Ia menyatakan Hasyim Muzadi sejak dahulu sudah dikenal sebagai sosok yang menjunjung pluralisme, karena agama itu milik semua orang dan merupakan sebuah Rahmatan Lil Alamin.
Menurut Habiba Pelu, kontribusi KH Hayim Muzadi terhadap penyelesaian konflik sosial Maluku tahun 1999 juga sangat besar.
"Beliau bersama mantan Presiden RI Gus Dur (almarhum) menghendaki konflik sosial di Maluku biarlah diselesaikan secara adat oleh masyarakat sendiri dan tidak boleh ada intervensi," tandasnya.
Mantan Ketua PBNU tahun 1999-2004 dan 2004 2009 yang juga pernah menjadi calon Wakil Presiden dan berpasangan dengan Megawati Soekarno Putri sebagai calon Presiden ini tutup usia di Malang, Jawa Timur pada Kamis, (16/3) sekitar pukul 06.00 WIB dalam usia 72 tahun.
KH Hasyim Muzadi lahir pada 8 Agustus 1944, ia wafat setelah menjalani perawatan intensif di RS Lavalette, Malang, Jawa Timur.
"Fatayat NU Maluku juga merasa kehilangan tokoh yang dikenal memerangi radikalisme serta anti kekerasan ini," kata Habiba Pelu.
"Untuk itu Dewan Pengurus WIlayah NU Maluku akan melakukan tahlilan sepuluh hari pascameninggalnya KH. Hayim Muzadi dan PW Fatayat NU Maluku sebagai penyelenggara kegiatan tahlilan tersebut," tambahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017