Bangsa-bangsa Eropa, seperti Spanyol, Portugis, dan Belanda, pada beberapa abad silam berebut datang ke Maluku Utara, yang saat itu menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate, Kesultanan Tidore, Kesultanan Bacan, dan Kesultanan Jailolo untuk menguasai rempah-rempah.

Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat menginginkan masyarakat dari negara-negara Eropa itu berebut kembali datang ke Maluku Utara (Malut), khususnya ke Halmahera Barat. Akan tetapi, bukan untuk menguasai rempah-rempah, melainkan berwisata.

Bupati Halmahera Barat Danny Missy berharap pelaksanaan Festival Kepulauan Rempah di Jailolo, Ibu Kota Kabupaten Halmahera Barat, akhir April 2017, dapat menjadi sarana untuk menarik wisatawan dari Eropa untuk berkunjung ke daerah itu.

Pada festival yang akan melibatkan dua daerah terdekat, yakni Kota Ternate dan Kota Tidore Kepulauan sebagai implementasi dari kerja sama segi tiga emas ketiga daerah di bidang pariwisata itu, wisatawan akan disuguhi dengan berbagai informasi mengenai sejarah rempah di Malut.

Selain itu, wisatawan juga akan menikmati berbagai atraksi budaya dan kesenian tradisional serta berbagai produk kerajinan dan kuliner khas Halmahera Barat yang sebagian di antaranya menggunakan bahan baku dari rempah.

Wisatawan yang berkunjung di Festival Kepulauan Rempah, menurut Bupati Danny Missy, dapat pula menikmati berbagai peninggalan sejarah bangsa Eropa saat berada di Malut, baik yang ada di Halmahera Barat, Kota Ternate, maupun Kota Tidore Kepulauan.

Di Kota Ternate, misalnya, dapat disaksikan sejumlah benteng peninggalan Portugis dan Belanda, seperti Benteng Toluko, Benteng Oranje, Benteng Kalamata, dan Benteng Kastela, yang letaknya saling berdekatan. Semuanya terlihat terawat dengan baik.

Di Ternate juga dapat disaksikan cengkih afo atau cengkih tertua di dunia yang menurut riwayat telah berusia lebh dari 400 tahun atau ditanam ketika bangsa Eropa masih berada di Ternate.

Menurut Bupati Danny Missy, acara peluncuran Festival Kepulauan Rempah tersebut akan dilakukan di Jakarta agar dapat diketahui secara luas, termasuk para pengusaha biro perjalanan wisata untuk menjadikannya salah satu paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan dari dalam dan luar negeri.

Pemkab Halmahera Barat juga melakukan koordinasi dengan sejumlah kedutaan besar negara-negara Eropa di Jakarta, seperti Kedutaan Besar Spanyol, Portugal, dan Belanda dengan harapan mereka menginformasikan pelaksanaan festival itu kepada masyarakat di negaranya masing-masing.

Sarana promosi melalui aplikasi internet dan media sosial juga akan memanfaatkan Pemkab Halmahera Barat untuk menyebarluaskan informasi mengenai Festival Kepulauan Rempah tersebut karena wisatawan yang berkunjung bukan hanya wisatawan mancanegara, melainkan juga wisatawan nusantara.


Rangkaian FTJ

Menurut Kepala Dinas Kominfo, Kehumasan, Statistik, dan Persandian Halmahera Barat Iksan M.T. Ali, Festival Kepulauan Rempah merupakan rangkaian dari pelaksanaan Festival Teluk Jailolo (FTJ) di Jailolo pada pertengahan Mei 2017. Festival ini merupakan kegiatan wisata tahunan dan telah masuk dalam kalender kegiatan wisata Kementerian Pariwisata.

Pada festival yang akan melibatkan empat kesultanan yang ada di Malut tersebut selain menampilkan berbagai atraksi budaya dan kesenian tradisional, pameran produk kerajinan dan kuliner khas Halmahera Barat, juga berbagai jenis lomba yang terkait dengan kebaharian seperti lomba renang dan lomba fotografi bawa laut.

Oleh karena itu, wisatawan yang datang di Halmahera Barat untuk menyaksikan Festival Kepulauan Rempah dapat sekaligus menunggu pelaksanaan FTJ itu mereka mengunjungi objek wisata lainnya di daerah itu.

Di Halmahera Barat, menurut Iksan M.T. Ali, banyak terdapat objek wisata menarik, terutama objek wisata bahari, seperti panorama pantai dan keindahan bawah laut serta objek wisata alam, di antaranya vegetasi hutan bakau dan hutan alam yang dihuni berbagai flora dan fauna indemik halmahera.

Khusus wisata panorama bawa laut, di Halmahera Barat terdapat puluhan lokasi yang memiliki keindahan terumbu karang dan keragaman ikan yang tidak kalah jika dibandingkan dengan yang ada di objek wisata Raja Ampat di Papua Barat dan Wakatobi di Sulawesi Tenggara.

Salah satu jenis fauna yang banyak diminati wisatawan dari dalam dan luar negeri di Halmahera Barat adalah burung bidadari yang merupakan salah satu burung khas halmahera yang berada di kawasan hutan lindung Dumato di Jailolo Selatan.

Wisatawan dari luar Malut yang ingin ke Halmahera Barat, menurut Iksan M.T. Ali, harus melalui Ternate, kemudian dari Ternate melanjutkan dengan speedboat atau kapal motor ke Jailolo selama 2 jam dengan tarif Rp50 ribu untuk speedboat dan Rp40 ribu untuk kapal motor.

Pemkab Halmahera Barat sedang membangun bandara perintis dengan memanfaatkan bekas lapangan terbang peninggalan Jepang di wilayah Akediri sehingga wisatawan yang ingin ke daerah itu dengan menggunakan transportasi udara tidak perlu lagi melewati Ternate.

Selain itu, Pemkab Halmahera Barat akan mengupayakan adanya transportasi laut yang representatif yang melayani rute pelayaran dari Morotai ke Halmahera Barat sehingga wisatawan mancenagara yang masuk melalui Morotai dapat dengan mudah melanjutkan kunjungan wisatawan ke daerah itu.

Untuk sarana akomodasi di Halmahera Barat, kata Iksan, sampai saat ini belum ada hotel berbintang. Akan tetapi, hotel melati relatif cukup banyak. Selain itu, di daerah ini juga ada ratusan rumah warga yang telah didesain menjadi home stay yang dapat dimanfaatkan wisatawan untuk menginap.

Pemkab di daerah itu telah memprogramkan pembangunan "cottage"--didesain sesuai dengan kearifan lokal--di sepanjang pantai teluk Jailolo. Penginapan seperti itu biasanya lebih diminati wisatawan, terutama wisatawan mancanegara.

Pengembangan pariwisata di Halmahera Barat selama ini selalu melibatkan peran masyarakat, termasuk dalam setiap pelaksanaan kegiatan wisata, seperti pada Festival Kepulauan Rempah dan FTJ. Melalui kegiatan tersebut, masyarakat bisa menikmati manfaatnya, khususnya dari segi peningkatan pendapatan mereka.

Pewarta: La Ode Aminuddin

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017