Ambon, 18/4 (Antara Maluku) - Sultan Tidore ke-37, Husain Alting Syah serta perwakilan Kesultanan Ternate, Jailolo dan Bacan, Provinsi Maluku utara mengikuti prosesi pemasangan atap pamali rumah Pusaka Lating Nustapy, Negeri Hila Kecamatan Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, Senin.

Kehadiran Sultan Tidore, perwakilan kesultanan Ternate, Jailolo dan bacan Bacan dalam prosesi adat yang dibuka Gubernur Makuku, Said Assagaff tersebut, karena mereka memiliki hubungan adat dan kekerabatan dengan masyarakat Negeri Hila sejak sahulu," kata Ketua panitia renovasi, Mohammad Assagaff.

Prosesi adat pemasangan `ate puput` atau atap pamali merupakan bagian dari renovasi Rumah Pusaka Lating Nustapy yang dibangun sejak Abad 14 Masehi dan menjadi pusat pemerintahan dan siar Islam di Pulau Ambon saat itu.

Gubernur Maluku, Said Assagaff, Sultan Tidore ke-37, Husain Alting Syah dan perwakilan Kesultanan Ternate, Jailolo dan Bacan turut ikut naik ke bagian atas rumah pusaka untuk memasang atap, setelah itu baru dilanjutkan oleh warga Negeri Hila secara bersama-sama.

Prosesi adat ini sudah dilakukan sejak beberapa hari lalu, dimulai dari pengambilan atap di Negeri Hitu hingga puncaknya pemasangan atap pamali.

Ribuan warga Negeri Hila ikut dalam prosesi adat ini, dengan membawa berbagai tarian adat di negeri itu. Hadir juga warga negeri tetangga lainnya di Jazirah Leihitu.

"Rumah Pusaka Lating Nustapi sejak dibangun pada abad 14 masehi baru mengalami dua kali renovasi. Renovasi pertama tahun 1674, dan saat renovasi kedua ini rumah adat ini telah berusia 342 tahun. Kami tetap mempertahankan konstruksi seperti saat pertama dibangun," ujar Mohammad Assagaff.

Gubernur Said menyatakan keharuannya dan bangga dapat menghadiri prosesi adat pergantian atap rumah yang telah berusia ratusan tahun tersebut yang berlangsung secara sakral tersebut.

"Saat prosesia adat dilakukan banyak sekali warga Negeri Hila yang kesurupan (trance). hal ini menandakan kuatnya adat di negeri ini. Karena itu kita harus terus menjaga adat budaya yang sudah diwariskan tete-nene moyang (leluhur)," ujar Assagaff.

Ia berharap dari prosesi adat tersebut dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan perdamaian antarwarga, baik di Negeri Hila maupun dengan negeri-negeri tetangga.

Gubernur juga meminta prosesi adat untuk kegiatan renovasi rumah adat lainnya di Maluku dapat dipromosikan sehingga menjadi daya tarik dan peningkatan arus kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri.

"Prosesi adat tidak sekedar seremonial belaka tetapi mengandung nilai sejarah yang sangat tinggi dan bisa dipromosikan secara besar-besaran sehingga menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri untuk datang menyaksikannya," katanya.

Prosesi ini nilai sejarahnya, menurut Assagaff, sangat tinggi. Apalagi juga melibatkan Provinsi Maluku Utara, dengan kehadiran Sultan Tidore dan beberapa sultan-sultan lainnya dari Maluku Utara.

Said meminta, panitia dapat berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Maluku Tengah maupun Provinsi Maluku, sehingga saat peresmiannya dapat dipromosikan secara nasional maupun internasional.

Menyangkut, sejumlah rumah adat yang terkesan terabaikan dan tidak difungsikan, Gubernur said meminta para Bupati dan Wali Kota yang daerahnya memiliki rumah adat, untuk segera diperbaiki dan dihidupkan kembali tradisi adat budayanya.

"Pemkab dan Pemkot harus memfasilitasi perbaikan rumah adatnya, sekaligus menghidupakn kembali tradisi adat budaya masing-masing. Nilai sejarah itu mahal harganya sehingga harus dilestarikan," tandasnya.

Ia menunjuk wisatawan Amerika dan negara-negara Eropa, semakin tertarik berkunjung ke wilayah Timur karena ingin melihat dari dekat peninggalan sejarah yang ada, di samping menikmati keindahan alam yang masih tergolong asli dan kaya potensinya.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017