Ambon, 17/5 (Antara Maluku) - Kodam XVI/Pattimura menggelar Simposium nasional bertema "Merawat Perdamaian dan Melindungi Ekosistem Maluku", di Gedung Slamet Ryadi Korem 151/Binaiya, Selasa.

Simposium yang digelar untuk memperingati HUT ke-18 Kodam XVI/Pattimura tersebut membahas beberapa aspek, baik politik, sosial, budaya dan lingkungan hidup, termasuk program unggulan Kodam XVI/Pattimura, yakni Emas Biru, Emas Hijau dan Emas Putih.

Dibuka secara resmi oleh Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo yang ditandai dengan pemukulan tipa bersama Dirjen Kementerian Lingkungan Hidup Titi H. Minarsih dan Wakil Gubernur Maluku Zeth Sahuburua, kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber.

Hadir dalam kegiatan itu, Kepala Staf Kodam XVI/Pattimura Brigjen TNI Tri Soewandono, Kepala Badan Intelejen Nasional (Kabinda) Maluku Brigjen TNI Handi Geniardi, Direktur Direktorat Reserse Narkoba Polda Maluku Kombes Pol. Thein Tabero, Komandan Satuan Brimob Daerah Maluku Kombes Pol. Agus Pujianto.

Selain itu, hadir juga Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Maluku, para tokoh agama dan masyarakat, cendekiawan, komponen pemuda dan Mahasiswa.

Simposium yang dibagi ke dalam empat sesi tersebut, juga dimeriahkan oleh penyanyi dan musisi nasional berdarah Maluku Glenn Fredly, dengan menampilkan lagu barunya "Manusela", menceritakan tentang Maluku yang kaya sumber daya alam Maluku tapi tidak dilestarikan oleh masyarakatnya.

Sesi pertama simposium menghadirkan Irwasda Polda Maluku Kombes Pol. Sarono, Dirjen Kementrian Lingkungan Hidup Titi H. Mintarsih dan Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo yang membahas dua hal berbeda.

Irwasda Polda Maluku Kombes Pol. Sarono berbicara tentang upaya merawat perdamaian di Maluku, salah satunya adalah dengan masing-masing individu memahami arti toleransi dan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, karena kemananan dan ketertiban tidak terlepas dari sumbangsih semua elemen masyarakat.

Sedangkan Dirjen Kementerian Lingkungan Hidup Titi H. Mintarsih lebih banyak berbicara mengenai pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3), yang mana limbahnya telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Sementara itu, Pangdam Doni Monardo memaparkan tentang program unggulan Emas Hijau dan Emas biru

Pangdam mengatakan potensi perikanan di Maluku mencapai 10 milyar per tahun, sedangkan potensi perkebunan, pertanian dan pertambangan di Maluku dan Maluku Utara belum dimanfaatkan secara maksimal.

Karena itu, Kodam XVI/Pattimura menggalakkan berbagai program, seperti pembangunan keramba jaring apung, pembibitan tanaman buah-buahan bernilai ekonomis, penanaman sejumlah tanaman keras yang bernilai ekologis, peternakan kambing dan menjaga ekosistem terumbu karang dengan reboisasi karang.

Sesi kedua simposium diisi oleh paparan dari Dosen Fakultas Perikanan Universitas Pattimura Prof. Alex Retraubun, mantan Ketua Sinode Gereja Protestan Maluku Prof. John Ruhulessin dan Abidin Wakano, Direktur Ambon Reconciliation and Mediation Center IAIN Ambon yang juga Direktur Lembaga Antar Iman (LAIM) Ambon.

Prof. Alex Retraubun dalam paparannya menyampaikan untuk merawat perdamaian di Maluku, salah satu caranya adalah dengan cara melindungi ekosistem karena ekosistem memiliki peran yang sangat penting.

Senada dengan Prof. Alex, Abidin Wakano mengatakan strategi merawat perdamaian dan ekosistem adalah dengan cara perubahan transformasi pola pikir dan karakter masyarakat.

Tak jauh berbeda dengan dua sesi sebelumnya, di sesi ketiga Rektor Universitas Pattimura Prof. M.J. Saptenno mengatakan masyarakat Maluku kurang berpartisipasi dalam menjaga lingkungan dan ekosistem, karena itu diperlukan kesadaran bersama.

Paparan Rektor Universitas Pattimura kemudian dilanjutkan oleh konsultan komunikasi yang juga seorang motivator, Prof. Aqua Dwipayana yang membahas permasalahan yang sering terjadi di Maluku, yakni buruknya komunikasi.

Menurut dia, hukum dapat membangun komunikasi yang efektif, sehingga permasalahan di Maluku dapat diminimalisir.

Pada sesi terakhir dihadirkan dua pemateri yang membahas tentang pencemaran lingkungan dan pemanfaatan lingkungan hidup, yakni Dr. Yoseb Medicus dan Prof. Fridaus dari Jakarta.

Yoseb Medicus memaparkan tentang pencemaran di Maluku terjadi karena penggunaan merkuri dan batu cinnabar dalam proses pemisahan emas. Dampak penggunaannya sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.

Sedangkan Prof. Fridaus lebih banyak membicarakan teknik-teknik pemanfaatan lingkungan hidup, seperti teknik perikanan yang baik, teknik pengolahan rumput laut menjadi komoditi berharga, dan penanganan limbah ikan yang mengandung logam berat.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017