Ambon, 20/7 (Antara Maluku) - Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri (DKTKMLN) bekerja sama dengan Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), memberikan pelatihan cara membuat alat tangkap ikan ramah lingkungan bagi peserta dari negara-negara Afrika dan Timur Tengah.

Siaran Pers dari BRSDM-KKP yang diterima Antara, Kamis menyebutkan, pelatihan tersebut berlangsung mulai 16-24 Juli 2017, di Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Ambon, Maluku.

Duta Besar Indonesia untuk Tunisia Ronny P Yuliantoro, saat membuka kegiatan tersebut, menyatakaan, Kerja Sama Selatan Selatan (KSS) memiliki peran penting bagi negara-negara tersebut dalam melakukan pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan.

Kepala BRSDM, M. Zulficar dalam sambutan yang disampaikan oleh Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Mulyoto, mengatakan pihaknya secara konsisten mendukung memfasilitasi pelaksanaan kerja sama Selatan Selatan di tingkat internasional melalui kegiatan peningkatan kapasitas bagi negara sahabat.

"Salah satu dukungan kami adalah memfasilitasi pelaksanaan Workshop Internasional Kerja Sama Selatan Selatan bagi negara negara Afrika dan Timur Tengah yang dilaksanakan oleh BRSDM bersinergi dengan Direktorat Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri," katanya.

Menurut dia, komitmen dan solidaritas Kerja Sama Selatan Selatan merupakan tindak lanjut dari kebijakan Presiden Jokowi dalam Nawa Cita yang diimplementasikan melalui penguatan peran Indonesia dalam kerja sama global dan regional.

"Kami memberikan prioritas untuk program peningkatan kapasitas dalam skema Kerja Sama Selatan Selatan, utamanya untuk mempromosikan praktik perikanan berkelanjutan dan bertanggungjawab sesuai dengan asas Legal, Regulated, dan Reported (LRR) Fishing" kata Zulficar.

Ia menjelaskan, peserta pelatihan mendapatkan materi unggulan di antaranya pembuatan alat tangkap ramah lingkungan, nilai tambah pengolahan hasil perikanan, dan budi daya ikan hias air laut.

Melalui pelatihan itu para peserta dapat mempelajari dan meningkatkan kapasitasnya, dan sekaligus dapat menyampaikan kembali pengetahuan yang didapat sekembalinya ke negara masing - masing.

"Melalui pelatihan ini, Pemerintah Indonesia juga dapat mempromosikan kekayaan sektor kelautan dan perikanan di kawasan timur Indonesia melalui people to people contact," katanya.

Menurut Zulficar, pelaksanaan dukungan kegiatan Kerja sama Selatan Selatan (KSS) oleh BRSDM - KKP sendiri telah dilaksanakan sejak tahun 2009, dengan jumlah peserta lebih dari 410 orang dari 51 negara.

"Bentuk kegiatan yang paling sering dilaksanakan antara lain pelatihan atau lokakarya, pengiriman tenaga ahli, dan magang," uangkapnya.

Karena itu, program unggulan KSS bidang kelautan dan perikanan di Indonesia dilaksanakan dengan sinergi KKP dan Kemlu yang memiliki kapasitas memadai dan dapat dijadikan rujukan oleh negara lain dalam hal pengembangan dan pemanfaatan kelautan dan perikanan.

Kegiatan internasional dengan tema, "International Training on Fisheries for African and Middle East Countries" di Ambon diikuti oleh 16 orang peserta dari 13 negara, yakni Angola, Djibouti, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Mauritania, Mesir, Namibia, Nigeria, Senegal, Sudan, Zimbabwe dan Aljazair.

Tema kegiatan "sustainable fisheries, fisheries product development, freshwater aquaculture, mariculture, brackishwater aquaculture, fisheries woman group best practices, seashell handycraft making, fisheries product value added, MPA management, fishing techniques and fishing port management, serta quality control and management for fisheries industries.

Hadir dalam kegiatan itu Staf Ahli Gubernur Maluku, Ronny Tairas, Direktur Kerja Sama Teknik Kemlu Muhammad Syarif Alatas, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KKP, Mulyoto.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017