Saumlaki, 21/7 (Antara Maluku) - Sejumlah penumpang KM Pangrango yang berangkat dari Ambon menuju Saumlaki, Maluku Tenggara Barat (MTB) dan Tiakur, Kabupaten Maluku Barat Daya mengeluhkan praktik penjualan tempat tidur di atas kapal oleh sejumlah oknum buruh pelabuhan Yos Sudharso Ambon.

"Saat tiba di atas kapal, sejumlah tempat tidur sudah ditempati oleh para buruh sembari menawarkan kepada kami untuk membeli tempat tidur jika kami ingin gunakan. Kami sempat adu mulut tetapi terpaksa mengalah," kata penumpang bernama Poppy (34), di Saumlaki, Jumat.

Ia mengatakan diri merasa heran para ABK hanya tersenyum melihat peristiwa tersebut, padahal jelas-jelas di dinding kapal tertulis larangan menjual tempat tidur.

Oknum-oknum buruh menjual tempat tidur seharga Rp30.000 hingga Rp75.000 per buah.

Akon (22), penumpang tujuan Tiakur, mengakui dirinya juga sempat berdebat dengan penjual tempat tidur, sebelum akhirya terpaksa membeli karena tidak ada pilihan selain tidur di lantai.

Penumpang lain yang tidak mau disebutkan namanya juga mengaku kesal kepada pengelola kapal yang terkesan membiar praktik jual tempat tidur itu terjadi.

"Dinding kapal di seluruh ruangan ada pemberitahuan dari nahkoda yang melarang penjualan tempat tidur atau kasur, tapi tidak ada pengawasan," katanya.

Para penumpang itu pun berharap PT Pelni segera menyikapi praktik penjualan tempat tidur di kapal milik perusahaan pelayaran tersebut.

Sementara itu, pihak kapal membantah tudingan para penumpang tentang adanya kesepakatan mereka dengan para oknum buruh pelabuhan Ambon yang menjual tempat tidur itu.

"Itu fitnah. Peraturan soal Standar Operasional Pelayanan atau SOP itu sudah kita terapkan. Saat penumpang naik ke atas kapal, kita sudah umumkan bahwa tempat tidur maupun kasur di kapal idak diperjual belikan," kata Mualim 1 KM Pangrango, La Ode Mohammad Albaqie.

Sehingga, kata dia, penumpang yang melihat ada oknum yang melakukan itu harusnya melaporkan.

"Tetapi kenyataannya para penumpang tidak mau melaporkan," tandasnya.

La Ode mengakui praktik tak terpuji itu nyaris terjadi di seluruh kapal penumpang di sejumlah daerah, namun kian berkurang seiring adanya pengawasan ketat oleh pihak keamanan kapal dan unsur otoritas masing-masing pelabuhan maupun TNI/Polri.

"Kalau kapal tipe 500 seperti Pangrango ini pengamanannya kurang. Nah, kita ingin ada kerja sama pengamanan dari pihak darat, terutama saat penumpang banyak, tapi begitulah," katanya.

La Ode, yang didampingi Kepala kantor PT. Pelni Sub Cabang Saumlaki, Obedh Manuhua, mengaku sering pasrah melihat perilaku oknum buruh pelabuhan yang nakal di atas kapal karena kekurangan tenaga keamanan, serta sering diancam oleh oknum buruh nakal saat ditegur.

Dia berharap keluhan para penumpang tersebut bisa menjadi perhatian semua pihak untuk terus membantu meningkatkan pengawasan di atas kapal saat berlabuh di pelabuhan Ambon.

KM Pangrango merupakan kapal penumpang tipe 500 pax milik PT. Pelni yang beroperasi di Maluku.

Berkapasitas 500 penumpang, harga tiket kapal ini terdiri dari Kelas 1 yang tersedia untuk 10 penumpang, Kelas 2 (24 penumpang), dan sisanya Kelas Ekonomi. 

Pewarta: Simon Lolonlun

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017