Ambon, 26/7 (Antara) - Balai Arkeologi (Balar) Maluku memaparkan gagasan kontribusi studi arkeologi bagi pengembangan pendidikan lokal di daerah ini di Konfrensi Arkeologi Internasional di Poznan, Polandia pada 3 - 4 Juli 2017 .
"Kami diundang sebagai pembicara sekaligus memaparkan gagasan dan kontibusi arkeologi bagi pendidikan di Maluku, kata Peneliti Balar Maluku, Marlon Ririmasse, di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan, pengelolaan budaya dan keberagaman menjadi salah satu isu kunci dalam pengelolaan identitas nasional, termasuk di bidang pendidikan.
Konsep muatan lokal merupakan solusi, walaupun dalam implementasinya selama hampir 20 tahun tingkat keberhasilan di setiap daerah berbeda.
"Kendala utama dalam penerapan adalah keterbatasan materi dan tenaga pengajar. Salah satu solusi yang rasional adalah dengan mendorong partisipasi institusi dan individu yang memiliki kompetensi di bidang sejarah budaya lokal, untuk berkontribusi dalam pengembangan muatan lokal," ujar Marlon.
Dia mengemukakan, Balar Maluku aktif mendorong pengembangan muatan lokal selama lebih dari satu dekade, melalui berbagai program kemasyarakatan.
Dalam satu tahun terakhir berbagai rangkaian program telah dimutahirkan melalui pengembangan kerjasama dengan beberapa komunitas generasi muda lintas bidang.
"Kami aktif mendorong pengembangan muatan lokal selama lebih dari satu dekade, sambil bekerjasama dengan komunitas generasi muda untuk memperluas penetrasi program secara khusus di media sosial dengan hasil yang memuaskan," kata Marlon.
Dalam konfernsi tersebut lanjutnya juga dibacakan seratus naskah akademis oleh peserta yang terdiri dari 30 negara asal Eropa, Jepang, Tiongkok hingga India.
"Turut berpartisipasi juga beberapa ahli arkeologi dunia yang sudah menjadi maha guru bagi studi arkeologi Asia Tenggara seperti Ian Glover dari University College London Inggris dan Charles Higham dari Otago University Selandia Baru," tandasnya.
Delegasi Indonesia diwakili oleh lima peserta dari Universitas Gajah Mada, Balai Arkeologi Papua dan Maluku.
Tiga peneliti Balar Maluku membacakan dua naskah akademis yakni Karyamantha Surbakti tampil dengan topik potensi dan pengelolaan pusaka budaya Megalitik di Seram Bagian Barat (SBB).
"Kita berharap wajah studi arkeologi di Maluku dan perkembangan riset kepurbakalaan di wilayah ini semakin dikenal di tingkat dunia," tegas Marlon.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Kami diundang sebagai pembicara sekaligus memaparkan gagasan dan kontibusi arkeologi bagi pendidikan di Maluku, kata Peneliti Balar Maluku, Marlon Ririmasse, di Ambon, Rabu.
Ia mengatakan, pengelolaan budaya dan keberagaman menjadi salah satu isu kunci dalam pengelolaan identitas nasional, termasuk di bidang pendidikan.
Konsep muatan lokal merupakan solusi, walaupun dalam implementasinya selama hampir 20 tahun tingkat keberhasilan di setiap daerah berbeda.
"Kendala utama dalam penerapan adalah keterbatasan materi dan tenaga pengajar. Salah satu solusi yang rasional adalah dengan mendorong partisipasi institusi dan individu yang memiliki kompetensi di bidang sejarah budaya lokal, untuk berkontribusi dalam pengembangan muatan lokal," ujar Marlon.
Dia mengemukakan, Balar Maluku aktif mendorong pengembangan muatan lokal selama lebih dari satu dekade, melalui berbagai program kemasyarakatan.
Dalam satu tahun terakhir berbagai rangkaian program telah dimutahirkan melalui pengembangan kerjasama dengan beberapa komunitas generasi muda lintas bidang.
"Kami aktif mendorong pengembangan muatan lokal selama lebih dari satu dekade, sambil bekerjasama dengan komunitas generasi muda untuk memperluas penetrasi program secara khusus di media sosial dengan hasil yang memuaskan," kata Marlon.
Dalam konfernsi tersebut lanjutnya juga dibacakan seratus naskah akademis oleh peserta yang terdiri dari 30 negara asal Eropa, Jepang, Tiongkok hingga India.
"Turut berpartisipasi juga beberapa ahli arkeologi dunia yang sudah menjadi maha guru bagi studi arkeologi Asia Tenggara seperti Ian Glover dari University College London Inggris dan Charles Higham dari Otago University Selandia Baru," tandasnya.
Delegasi Indonesia diwakili oleh lima peserta dari Universitas Gajah Mada, Balai Arkeologi Papua dan Maluku.
Tiga peneliti Balar Maluku membacakan dua naskah akademis yakni Karyamantha Surbakti tampil dengan topik potensi dan pengelolaan pusaka budaya Megalitik di Seram Bagian Barat (SBB).
"Kita berharap wajah studi arkeologi di Maluku dan perkembangan riset kepurbakalaan di wilayah ini semakin dikenal di tingkat dunia," tegas Marlon.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017