Ambon, 1/8 (Antara Maluku) - Bukti-bukti arkeologi menunjukkan kemungkinan kerajaan kuno Loloda di bagian utara Halmahera Barat, Provinsi Maluku Utara, sudah ada pada kisaran abad 15 Masehi.

"Salah satu kerajaan tertua di Maluku adalah Loloda, di samping Moro dan Obi. Loloda terletak di ujung utara Pulau Halmahera, tidak diketahui secara pasti kapan kerajaan itu didirikan dan siapa penguasa pertamanya," kata Arkeolog Wuri Handoko dari Balai Arkeologi Maluku di Ambon, Senin.

Ia mengatakan kendati data arkeologi yang ditemukan masih minim, dari bukti-bukti yang ditemukan dalam penelitiannya di tepi sungai Soa Sio, pada Maret 2017, menunjukkan bahwa kemungkinan kerajaan itu sudah ada pada kisaran abad 15 Masehi.

Di situs yang oleh penduduk setempat disebut dengan Soa Sio Lama, ditemukan jejak-jejak arkeologis berupa sebaran keramik baik dari masa Dinasti Ming abad 16 - 17 Masehi, Dinasti Qing abad 17 - 19 Masehi, dan Eropa abad 19 - 20 Masehi.

Terdapat pula mangkuk Swangkhalok Thailand abad 14 - 16 Masehi, juga artefak-artefak lainnya, termasuk gerabah, fragmen kaca dan botol produksi Eropa, dan koin logam Belanda tahun 1898.

Data kronologi keramik, kata Wuri, mengkonfirmasi adanya hubungan perdagangan antara Kerajaan Loloda dengan daerah-daerah luar, baik secara langsung maupun melalui pedagang.

Diperkirakan pada masa lampau jalur pantai Loloda baik di sebelah barat maupun sebelah utara, merupakan jalur lintasan pelayaran dan niaga yang keluar masuk ke wilayah kerajaan itu.

Di pesisir pantai sebelah barat merupakan jalur dengan Kerajaan Jailolo dan Ternate, sedangkan di sebelah utara dengan wilayah Galela dan kawasan Halmahera Utara lainnya, yang dalam hal ini termasuk wilayah dari Kerajaan Moro.

"Sangat minim catatan sejarah yang utuh tentang Kerajaan Loloda. Ini karena Loloda tidak berkembang, bahkan pada awal abad 20, sekitar tahun 1900an dianggap sebagai kerajaan yang hilang," katanya.

Dari aspek lingkungan dan daya dukung lainnya, menurut dia, lokasi itu merupakan bekas pemukiman pusat Kerajaan Loloda sebagaimana dituliskan dalam teks sejarah dan tradisi tutur masyarakat setempat.

Karena pada area tanah yang lebih tinggi dari sekitarnya terdapat struktur susunan batu seluas 12,5 x 10 meter dan ada sisa ubin bata merah. Struktur tersebut diyakini sebagai sisa-sisa bangunan kedaton Loloda.

Selain itu, ditemukan juga sebuah batu pipih yang disebut dengan "batu wudhu" oleh masyarakat setempat, letaknya di bagian barat lokasi yang dipercaya sebagai tempat berdirinya masjid tua Loloda.

Dijumpai pula beberapa makam kuno bercirikan Islam, berbentuk jirat dan bernisan menhir, dan satu makam kuno berukuran besar yang diduga adalah milik tokoh masyarakat asli yang masih menganut animisme.

"Kemungkinan bangunan kedaton pada masa lalu merupakan bangunan rumah tradisional dengan bahan-bahan setempat yang tidak bisa bertahan lama dalam kurun waktu hingga ratusan tahun, sehingga jejak-jejak meterial rumah atau kedaton tidak ditemukan lagi," katanya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017