Ambon, 14/8 (Antara Maluku) - Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dr Ritha Tahitu menyatakan, pemberian imunisasi MR (Measles Rubella) di daerah ini akan dilaksanakan tahun 2018.

"Imunisasi MR awalnya dimulai di Pulau Jawa pada Agustus-September 2017, karena banyaknya kasus yang dilaporkan terjadi di daerah itu," katanya, di Ambon, Senin.

Menurut dia, sebelum pelaksanaan imunisasi akan dilakukan kampanye atau sosialisasi di sekolah-sekolah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, untuk memberikan pemahaman kepada para guru terutama kepada anak-anak sekolah, terkait proses penuluaran penyakit MR.

"Proses penularan penyakit MR pada umumnya melalui saluran pernapasan, seperti batuk dan bersin," katanya.

Penyakit rubella disebabkan oleh virus rubella, yang menyebabkan ruam pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam rubella biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari lebih ringan dari campak biasa 5-6 hari.

Gejala penyakit rubella berupa sakit kepala, kaku pada persendian, rasa lemas, dan biasanya diderita setelah seseorang berusia belasan tahun. Bayi baru lahir yang terinfeksi rubella bisa mengalami kebutaan dan tuli.

"Ibu hamil bila terkena penyakit rubella dapat berpengaruh pada pertumbuhan janin, dan bayi lahir catat fisik, buta dan tuli serta keterbelakangan mental," ujar Ritha.

Pencegahan paling efektif adalah dengan imunisasi bersamaan dengan campak dan mumps (vaksin MR), sebanyak dua kali dengan selang waktu penyuntikan 1-2 bulan. Setelah lewat masa kanak-kanak, imunisasi dilanjutkan.

Wanita usia subur sebaiknya mendapat dua dosis imunisasi MR, selambat-lambatnya tiga bulan sebelum kehamilan.

"Setelah imunisasi MR, dianjurkan menunda kehamilan selama tiga bulan untuk menghindari kecacatan bayi," kata Ritha.

Sedangkan penyakit measles (campak) disebabkan virus campak. Gejalanya demam, menggigil, serta hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil merah pada kulit wajah, leher, dan selaput lendir mulut.

"Saat penyakit campak memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40 derajat celcius," jelasnya.

Menurut dr Ritha, pemberian imunisasi campak sebenarnya tidak ada perubahan waktu, biasanya diberikan kepada bayi usia sembilan bulan. Ini kegiatan rutin, tetapi sekaraing diganti dengan imunisasi MR.

"Ada 3 kali pemberian MR, yakni bayi pada usia sembilan bulan, 18 bulan dan pada usia anak masuk SD kelas 1. Kalau sudah tiga kali imunisasi MR daya tahan atau kekebalan tubuh sudah kuat," katanya.

Ritha menambahkan, imunisasi campak di Provinsi Maluku sudah bagus. Pada 2016 sekitar 80 persen balita mendapat imunisasi campak, kendati persentase antara kabupaten/kota ada yang tinggi dan ada yang rendah.

"Tahun 2016 persentase paling rendah terjadi di Kabupaten Kepulauan Aru dan Kabupaten Buru Selatan (Bursel). Karena itu, kita antisipasi jangan sampai terjadi kejadian luar biasa (KLB) campak, tetapi syukurlah dua tahun terakhir tidak ada," katanya.

Ritha mengakui KLB campak terakhir terjadi pada 2014 di Kabupaten Kepulauan Aru dan Bursel, dimana delapan bayi meninggal dunia.

"Itu kasus terakhir KLB campak di Provinsi Maluku," katanya.

Pewarta: Rofinus E. Kumpul

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017