Ambon, 17/8 (Antara Maluku) - Pementasan drama kolosal perjuangan pahlawan nasional Martha Christina Tiahahu yang ditampilkan pada peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan RI dipusatkan di lapangan Merdeka, Kota Ambon, diwarnai isak tangis peserta upacara maupun masyarakat yang menyaksikannya.

Drama kolosal yang mengangkat kisah perjuangan Srikandi Maluku tersebut bersama ayahnya Paulus Tiahahu yang merupakan pemimpin tentara rakyat serta Thimas Matulessy berjuluk Kapitan Pattimura melawan penjajah Belanda di benteng Beverwijk di desa Sila, Pulau Nusalaut tersebut, tahun 1817 tersebut dilakonkan oleh ratusan personil Kodam XVI Pattimura.

Sebagian peserta maupun warga yang memenuhi areal sekitar lokasi upacara menitikan air mata saat menyaksikan para pemain mementaskan drama kolosal yang diawali dengan penangkapan ayah Martha Christina yakni Paulus Tiahahu sebagai pemimpin tentara rakyat.

Suasana menjadi mengharukan dan banyak warga menangis saat menyaksikan lakon Kapitan Paulus Tiahahu dihukum gantung oleh kolonial Belanda dan disaksikan langsung oleh anaknya Martha Christina Tiahahu yang saat itu masih berusia belia.

Warga semakin terharu saat tokoh Martha Christina Tiahahu mengangkat sumpahnya untuk berjuang melawan penjajahan kolonial di Pulau Nusalaut dan Saparua hingga titik darah terakhir.

Pementasan yang dipenuhi adegan baku tembak antara tentara rakyat dan tentara kolonial tersebut benar-benar menyedot perhatian warga yang membludak dan memenuhi areal sekitar lapangan merdeka.

"Pementasan drama kolosalnya sangat mengharukan. Wajar saja jika banyak orang menitikkan air mata karena terbawa suasana serta alur cerita perjuangan Srikandi Maluku tersebut," kata John (49) seorang warga Ambon yang ikut menyaksikan pementasan drama tersebut.

John mengakui selama ini hanya membaca sejarah perjuangan Martha Christina Tiahahu dari berbagai buku serta literatur yang banyak beredar, tetapi baru merasakan suasana mengharukan serta ikut terbawa emosi saat menyaksikan pementasan drama kolosal tersebut.

"Pementasan seperti ini harus terus dilakukan, sehingga ikut mendorong semangat para generasi muda saat ini ikut terdorong untuk berjuang memerangi ketidak adilan pembangunan yang dirasakan saat ini maupun untuk membangun daerah serta bangsa dan negara di masa mendatang," katanya.

Pangdam XVI Pattimura, Mayjen TNI. Donny Munardo menyatakan, pementasan drama kolosal tersebut merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk menggugah semangat nasionalisme generasi muda Indonesia khususnya di Maluku untuk bangkit dan berjuang melawan berbagai bentuk penindasan dan ketidakadilan.

"Drama kolosal yang ditampilkan personil Kodam Pattimura bersama masyarakat bertujuan untuk menggugah rasa nasionalisme generasi muda penerus untuk bangkit melawan berbagai bentuk tirani yang terjadi saat ini," katanya.

Gubernur Maluku, Said Assaggaf juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap pementasan drama kolosal tersebut karena dinilai dapat memicu semangat generasi muda untuk bangkit dan berjuang bersama memajukan Maluku yang provinsi berjuluk "seribu pulau".

"Perjuangan tidak hanya menggunakan parang dan salawaku (tameng) seperti yang dilakukan para pejuang Maluku pada tahun 1817. Perjuangan di era saat ini malah lebih berat, terutama menentang berbagai bentuk penindasan dan ketidak adilan pembangunan demi kesejahteraan masyarakat Maluku di masa mendatang," ujar Gubernur Said.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017