Ambon, 13/9 (Antara Maluku) - Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) mengapresiasi pendirian Institut Teknologi Ambon (ITA) yang digagas Gubernur Maluku, Said Assagaff dalam upaya menjawab kebutuhan sumber 0daya manusia (SDM) untuk mengelola potensi sumber daya alam (SDA) bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

"Saya mengapresiasi pendirian ITA yang memang dibutuhkan saat ini untuk menjawab pangsa kerja dengan para tenaga kerja (Naker) profesional di bidangnya," kata Ketua Tim Wantimpres, Abdul Malik Fadjar seusai bersilaturahmi dengan Said Assagaff, di Ambon, Rabu.

Karena itu, Tim Wantimpres sekembalinya ke Jakarta akan mengingatkan Presiden Joko Widodo maupun Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti) agar memperhatikan pendirian ITA yang masuk salah satu dari 11 program strategis Pemprov Maluku.

"Saya pernah menjadi menjadi Menteri Pendidikan Nasional Kabinet Gotong Royong (2001 - 2004) sehingga memahami benar pendirian ITA dengan tujuan memajukan pembangunan di Maluku dan kawasan timur Indonesia," ujar Abdul.

Dia mengakui, bersama Presiden B.J. Habibie telah mendirikan Institut Teknologi Habibie (ITH) di Pare - Pare, Sulawesi Selatan.

Hanya saja, maksud baik itu belum terealisasi baik sehingga bila Gubernur Maluku menggagas ITA, maka itu perlu diapresiasi karena memang dibutuhkan saat ini dalam mendorong percepatan pembangunan di kawasan timur Indonesia.

Sedangkan Gubernur Said menyatakan, Presiden Joko Widodo mengarahkan Pemprov Maluku agar mempersiapkan SDM lebih dahulu sebagai bagian dari upaya mendirikan ITA.

"Kepala Negara mengarahkannya saat Rapat Terbatas (Ratas) kabinet di Istana Negara Jakarta pada 21 Februari 2017 dengan mempersiapkan SDM hingga lima tahun ke depan," katanya.

Karena itu, calon mahasiswa ITA digabungkan dulu dengan Fakultas Teknik Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon selama dua tahun.

"Saya sudah mengkoordinasikannya dengan Rektor Unpatti Ambon Prof Nus Saptenno maupun Dekan Fakultas Teknik," ujarnya.

Gubernur mengemukakan telah bekerja sama dengan Institut Teknologi Bogor (ITB) maupun Universitas Padjajaran untuk menguliahkan para mahasiswa maupun memanfaatkan dosen mereka.

"Jadi dosen dua perguruan tinggi (PT) tersebut siap mengajar di Ambon," katanya.

Gubernur juga memandang perlu meminta adanya rekomendasi moratorium dari Kemendikti.

"Pendirian ITA termasuk dalam enam PT yang masih kena moratorium dari Kemendikti," tandasnya.

Disinggung soal lahan untuk membangun kampus maupun fasilitas ITA, dia menjelaskan, sudah siap membayar 100 hektare.

"Uangnya sudah disiapkan sehingga tinggal membayar bila telah disetujui pendirian ITA," kata Gubernur.

Dia mengakui, mendirikan ITA ini terinspirasi terobosan Presiden Soekarno yang bekerjasama dengan pemerintah Rusia pada 1956 untuk mendirikannya di Ambon.

"Saya telah membaca buka tentang ITA yang dirintis Presiden Soekarno dengan menyekolahkan mahasiswa asal Maluku untuk mengikuti program strata satu (S-1) maupun strata dua (S-2) di Rusia," katanya.

Gubernur mengatakan menghapal sebanyak 25 mahasiswa, baik S-1 maupun S-2 yang kuliah di Rusia dengan nama maupun disiplin ilmu ditekuni di sana.

"Sayangnya setelah menamatkan pendidikan dan kembali ke Indonesia pada 1968/1969 ternyata kurang diberi peranan untuk mengaplikasikan ilmu mereka," ujarnya.

Padahal, saat itu pemerintah Rusia mengalokasikan anggaran 5 juta dolar AS dan peralatan untuk pengembangan ITA yang saat ini berlokasi di Fakultas Teknik Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon.

"Saya masih sempat bertemu dengan para lulusan itu saat menjadi Kepala Bidang (Kabid) di Bappeda Maluku," tegas Gubernur Said.

Pewarta: Alex Sariwating

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017