Ternate, 12/10 (Antara Maluku) - Perwakilan Bank Indonesia (BI) Maluku Utara (Malut) mengatakan pertumbuhan ekonomi Malut dalam setahun mengalami peningkatan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2016.

Kepala Bank Indonesia perwakilan provinsi Maluku Utara, Dwi Tugas Waluyanto di Ternate, Kamis, mengatakan pertumbuhan ekonomi sampai akhir 2017 diperkirakan menembus 6,8 persen (year on year/YoY) jauh lebih tinggi dari pertumbuhan 2016 yang hanya mencapai 5,77 persen dan data terkini triwulan II 2017 menunjukkan pertumbuhan sebesar 6,96 persen.

"Dari sisi sektoral, pertumbuhan terutama didorong sektor pertambangan seiring diterapkannya relaksasi ekspor bijih nikel pada beberapa perusahaan yang sedang membangun smelter," kata Dwi.

Sementara itu, peningkatan pertumbuhan lainnya berasal dari sektor industri pengolahan seiring beroperasinya beberapa smelter.

Sehingga, dengan pertumbuhan kedua sektor ini, juga ikut mendorong sektor perdagangan.

Sementara dari sisi permintaan, Dwi menilai, pertumbuhan terutama didorong oleh ekspor, seiring dimulainya kembali ekspor bijih nikel serta peningkatan produksi nikel olahan dari smelter baru.

Apalagi saat ini, investasi juga masih mengalami peningkatan seiring masih berlangsungnya proses pembangunan beberapa smelter.

"Jika diperhatikan, konsumsi pemerintah diperkirakan mengalami kenaikan, karena hal ini terindikasi dari realisasi belanja APBD provinsi sampai dengan agustus 2017 yang naik hampir 25 persen dibanding periode yang sama di tahun 2016," ujarnya.

Namun, keterbatasan fiskal serta persiapan Pilkada Gubernur 2018, berpotensi menghambat realisasi anggaran pada triwulan IV 2017.

Selain itu, perlu diperhatikan kembali kualitas belanja pemerintah yang secara porsi lebih banyak berasal dari belanja pegawai tidak langsung sehingga ada indikasi inefesiensi untuk pengeluaran yang tidak produktif seperti uang rapat dan uang perjalanan dinas yang terlalu besar.

Dwi mengaku, jika dilihat dari perkembangan ekonomi sisi inflasi sampai dengan September 2017, inflasi mencapai 1,22 persen dan diprediksi berkisar antara 2,8 - 3,2 persen yoy pada akhir tahun.

"Meningkatnya inflasi juga disebabkan penyesuaian tarif listrik, kenaikan dan kenaikan cukai rokok," katanya.

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017