Saumlaki, 18/10 (Antara Maluku) - Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat menargetkan swasembada garam pada 2019 agar tidak lagi tergantung pada pasokan dari luar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu.
"Itu salah satu visi kami," kata Kepala Dinas Perikanan MTB Venantius Batlayery di Saumlaki, Rabu.
Ia mengatakan dengan memproduksi garam sendiri, ada peluang bagi daerah ini untuk surplus dalam perdagangan dan menekan angka kemiskinan.
Untuk mempercepat rencana swasembada garam 2019, Pemkab MTB melalui Dinas Perikanan terus mendorong peningkatan produksi di lokasi budi daya yang berlokasi di desa Eliasa, Kecamatan Selaru.
"Di Eliasa itu kurang lebih sudah tiga kali produksi, setiap produksi mencapai 9 ton dari areal pengelolaan seluas 1 hektare. Terjadi peningkatan yang signifikan karena mereka menggunakan metode budi daya modern," katanya.
Rencana swasembada garam itu didukung oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT).
Menurut Venantius, pihak kementerian telah meninjau lokasi dan bersedia mendanai budi daya garam di MTB dengan menyediakan anggaran sebesar Rp2 miliar hingga Rp4 miliar pada tahun anggaran 2018.
Dalam waktu dekat, Dinas Perikanan MTB juga akan mendatangkan tenaga ahli untuk melakukan survey pemetaan lahan potensi yang bisa dikembangkan selain di desa Eliasa.
Sesuai rencana, pengembangan itu berlokasi di tiga kecamatan yakni Tanimbar Selatan, Wertamrian, dan Kormomolin.
"Kepastian lahan itu ditentukan oleh faktor potensi lahan dan kemampuan anggaran," kata Venantius.
Ia menambahkan, hasil penelitian menunjukkan kualitas garam di Eliasa sangat berbeda dari yang dihasilkan di daerah lain.
"Hal ini dibuktikan dengan kualitas air laut yang bersih dan jernih dengan kadar garam yang mencapai 90 persen lebih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017
"Itu salah satu visi kami," kata Kepala Dinas Perikanan MTB Venantius Batlayery di Saumlaki, Rabu.
Ia mengatakan dengan memproduksi garam sendiri, ada peluang bagi daerah ini untuk surplus dalam perdagangan dan menekan angka kemiskinan.
Untuk mempercepat rencana swasembada garam 2019, Pemkab MTB melalui Dinas Perikanan terus mendorong peningkatan produksi di lokasi budi daya yang berlokasi di desa Eliasa, Kecamatan Selaru.
"Di Eliasa itu kurang lebih sudah tiga kali produksi, setiap produksi mencapai 9 ton dari areal pengelolaan seluas 1 hektare. Terjadi peningkatan yang signifikan karena mereka menggunakan metode budi daya modern," katanya.
Rencana swasembada garam itu didukung oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT).
Menurut Venantius, pihak kementerian telah meninjau lokasi dan bersedia mendanai budi daya garam di MTB dengan menyediakan anggaran sebesar Rp2 miliar hingga Rp4 miliar pada tahun anggaran 2018.
Dalam waktu dekat, Dinas Perikanan MTB juga akan mendatangkan tenaga ahli untuk melakukan survey pemetaan lahan potensi yang bisa dikembangkan selain di desa Eliasa.
Sesuai rencana, pengembangan itu berlokasi di tiga kecamatan yakni Tanimbar Selatan, Wertamrian, dan Kormomolin.
"Kepastian lahan itu ditentukan oleh faktor potensi lahan dan kemampuan anggaran," kata Venantius.
Ia menambahkan, hasil penelitian menunjukkan kualitas garam di Eliasa sangat berbeda dari yang dihasilkan di daerah lain.
"Hal ini dibuktikan dengan kualitas air laut yang bersih dan jernih dengan kadar garam yang mencapai 90 persen lebih," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017