Ambon, 19/12 (Antara) - Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) menyerukan kepada seluruh komponen bangsa terutama generasi muda sebagai penduduk mayoritas di tanah air untuk kritis terhadap upaya memecah belah persatuan dan kesatuan serta merendahkan martabat bangsa dan negara.

"Saya juga meminta agar senatiasa waspada terhadap upaya infiltrasi ideologi dengan cara yang sangat halus, maupun keinginan yang ingin merubah atau menggantikan Pancasila," ujar Presiden dalam sambutan tertulisnya, dibacakan Sekda Maluku, Hamin Bin Thahir, pada upacara peringatan Hari Bela Negara, di Ambon, Selasa.

Presiden Jokowi menyebutkan upaya bela negara menjadi sebuah keharusan dan kewajiban bagi seluruh elemen masyarakat Indonesia.

Menurut Presiden, dinamika dan tantangan kehidupan bernegara saat ini telah menuntut seluruh masyarakat wajib melakukan tindakan nyata dalam mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI.

"Memasuki era milenium ini, tantangan dan ancaman terhadap kedaulatan negara dan keutuhan wilayah maupun keselamatan segenap bangsa, tidak lagi bersifat tradisional atau ancaman militer, tetapi sudah bersifat multidimensional dan berada di setiap lini kehidupan," ujarnya.

Oleh karena itu, dia menilai, bentuk aktualisasi kecintaan terhadap tanah air atau patriotisme dan nasionalisme, sudah barang tentu jauh berbeda dengan era perjuangan para pendahulu, karena bentuk dan sifat ancaman yang dihadapi pun berbeda.

Kemudahan dan kecanggihan akses digitalisasi internet di abad millenium, disebut Jokowi, sudah sangat potensial mempengaruhi pola pikir manusia, termasuk beragam informasi dan paham-paham yang dapat merubah moral dan keperibadian suatu bangsa.

Dia juga mengajak para generasi muda yang merupakan calon pemimpin masa mendatang, untuk berperan dan bangga dengan ke-Indonesiaannya serta harus hebat untuk diri sendiri, bangsa dan negara. "Karena itulah bagian dari bentuk bela negara yang sesungguhnya di era kekinian," tandasnya.

Tantangan sekarang, menurut Presiden adalah bagaimana para generasi muda Indoneia meningkatkan kualitas pengorbanan kepada bangsa dan negara dihadapkan pada bentuk dan sifat ancaman modern tersebut.

Selain itu, ancaman yang mengganggu kedaulatan NKRI muncul dari tindak pidana kejahatan luar biasa, diantaranya korupsi termasuk didalamnya pungutan liar yang telah nyata-nyata merusak fondasi kekuatan kita sebagai bangsa dan menjauhkan rakyat dari kesejahteraan.

"Upaya untuk melawan korupsi di semua tingkatan merupakan wujud pembelaan kita pada negara," ujarnya.

Saat ini, lanjut Presiden, Indonesia juga menghadapi ancaman keamanan yang terkait dengan kejahatan internasional, yang dilakukan oleh aktor non-negara. Mereka memiliki kemampuan teknologi serta dukungan finansial yang kuat, dengan jaringan yang rapih dan tersebar di sejumlah negara.

Ditambahkannya, banyak anak-anak kita yang terjebak dalam ketergantungan pada narkotika serta banyak warga yang juga masuk dalam jaringan perdagangan manusia.

"Kita harus melawan kejahatan kemanusiaan ini sebagai bagian dari kencintaan kita pada tanah Air," tegasnya.

Presiden Jokowi mengakui, kesadaran bela negara menjadi hal paling urgen untuk ditanamkan, sebagai landasan sikap mental dan perilaku bangsa Indonesia. Sebab itu merupakan revolusi mental, sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas maupun dinamika ancaman, dan untuk mewujudkan ketahanan nasional.

Kesadaran bela negara, tambahnya, dapat diaktualisasikan dalam peran dan profesi setiap warga negara. Oleh karena itulah, Presiden Jokowi berharap agar kader bela negara yang ada diberbagai daerah di seluruh Indonesia, dapat menyebarkan nilai-nilai bela negara kepada lingkungannya masing-masing.

"Bela negara menjadi kesadaran nasional dan gerakan nasional, sebagai bentuk tanggung jawab kita semua dalam mempertahankan negara dan menjaga kelangsungan hidup didalam NKRI, yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945," tambahnya.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2017