Ambon, 14/6 (Antaranews Maluku) - Kemeriahan tradisi Tapur turut menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri 1439 Hijriyah umat muslim di Desa Tengahtengah, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah, Kamis.

Berada di Kecamatan Salahutu, Tengahtengah merupakan satu dari enam perkampungan muslim di Pulau Ambon yang merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1439 Hijriyah pada 14 Juni 2018, lebih awal dari yang ditetapkan oleh Kementerian Agama.

Dimulai sekitar pukul 14.30 WIT, tradisi Tapur Desa Tengahtengah diawali dengan pawai arak-arakan keliling kampung mengantarkan nampan-nampan raksasa dari berbagai komplek ke masjid setempat.

Tak sekedar arak-arakan, kemeriahan pawai mengantarkan tapur ke Masjid An-Nikmah diwarnai dengan atraksi hadrat oleh puluhan laki-laki dari berbagai usia, sambil sesekali diselingi dengan takbir dan shalawat dari para pemuka agama.
 
Tradisi Tapur di Desa Tengahtengah,Salahutu, Maluku Tengah, Kamis (14/6) (Shariva Alaidrus)

Untuk pelaksanaan tradisi tapur kali ini, sedikitnya ada 12 nampan raksasa berisi ribuan makanan dan penganan yang diantarkan ke masjid.

Tapur-tapur tersebut diletakan di dalam masjid, kemudian akan dikeluarkan lagi selepas shalat Isya untuk dibagikan-bagikan kepada masyarakat dan anak-anak yang telah menamatkan bacaan Alquran atau khatam.

Selain anak-anak yang khatam Alquran, proses pembagian penganan di tapur adalah tidak diberikan langsung kepada masyarakat, melainkan dengan diambil sendiri oleh mereka dengan cara berebutan.

Tapur sendiri merupakan sebutan tradisional untuk nampan raksasa yang dibuat dari pelepah daun sagu atau bambu disusun rapi dan dihiasi, ukurannya pun mulai dari tiga hingga enam meter persegi.

Karena itu, dalam satu tapur bisa ditemukan puluhan hingga ratusan penganan beraneka jenis, mulai dari yang tradisional khas Desa Tengahtengah hingga yang berasal dari daerah lainnya.

Yang menarik dari tradisi Tapur, tidak hanya masyarakat setempat yang merayakannya, saudara pela dan gandong (sistem kekerabatan antar beberapa kampung yang umumnya berbeda keyakinan) Desa Tengahtengah juga turut ambil bagian dalam proses "berebut penganan".
 
Tradisi Tapur di Desa Tengahtengah,Salahutu, Maluku Tengah, Kamis (14/6) (Shariva Alaidrus)

Saudara pela dan gandong Desa Tengahtengah adalah Desa Abubu (Kecamatan Nusalaut, Kabupaten Maluku Tengah), Desa Hatusua (Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat) dan keluarga-keluarga bermarga Lewaherilla dari Desa Hutumuri (Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon) mayoritas beragama Kristen.

Mereka baru tiba setelah pukul 21.00 WIT, berkumpul di teras masjid dan bercengkrama dengan masyarakat Tengahtengah, sembari menunggu proses khatam Alquran yang kemudian dilanjutkan dengan pembagian tapur.

Kehadiran masyarakat Abubu, Hatusua dan keluarga Lewaherilla memberi warna tersendiri dalam perayaan Idul Fitri di Tengahtengah.

Mereka tampak tak canggung ikut berebutan makanan di atas tapur yang bertuliskan nama masing-masing desa.

Tradisi ini baru berakhir setelah tengah malam. Meski tampak riuh, tradisi ini dipenuhi dengan tawa suka cita masyarakat.

Ketua Saniri (sebutan perangkat negeri adat di Maluku) Desa Tengahtengah Abdurahman Leurima mengatakan tradisi Tapur bermakna berbagi suka cita atau memberi makan negeri.
 
Tradisi Tapur di Desa Tengahtengah,Salahutu, Maluku Tengah, Kamis (14/6) (Shariva Alaidrus)

Dalam tradisi ini, para penghulu masjid, saniri maupun anggota masyarakat yang merasa berkecukupan berbagai penganan dan minuman untuk dibagikan kepada warga setempat.

Untuk pelaksanaannya pun bahkan tak jarang masyarakat Tengahtengah yang berada di perantauan pun turut menyumbangkan uang.

Dilaksanakan sejak masa leluhur mereka setiap kali perayaan Idul Fitri, memperebutkan makanan di atas tapur juga melambangkan kemenangan sebulan berpuasa.

"Tradisi ini sudah dimulai sejak masa leluhur kami. Dulu makanan yang disediakan adalah makanan tradisional, tapi sekarang lebih banyak variasinya agar bisa dinikmati oleh banyak orang," katanya.

Dikatakannya, tradisi tapur juga melambangkan memperkuat silaturahmi antar keluarga, karena itulah saudara pela dan gandong desa Tengahtengah selalu wajib hadir dalam prosesnya.

Pada masa lampau mereka bahkan rela mengarungi lautan menggunakan gosepa (sampan) dan kora-kora (perahu besar biasanya digunakan untuk berperang) agar bisa sampai ke Desa Tengahtengah dan merayakan tradisi Idul Fitri bersama.
 
Tradisi Tapur di Desa Tengahtengah,Salahutu, Maluku Tengah, Kamis (14/6) (Shariva Alaidrus)

"Karena kampung mereka di seberang lautan, saudara-saudara kami ini harus mengayuh sampan dan kora-kora agar bisa datang berbagi suka cita dengan kami dalam perayaan Idul Fitri," ujarnya.

Dihuni oleh 703 kepala keluarga, Desa Tengahtengah yang berpenduduk 2.930 jiwa masih mempertahankan budaya, tradisi dan adat-istiadat yang telah dijalankan sejak masa leluhur mereka.

Tidak hanya tradisi tapur, desa yang seluruh penduduknya beragama Islam ini masih melaksanakan tradisi mambayar zakat mal dengan sagu lempeng (sagu yang sudah dimasak dengan cara dibakar dan siap dimakan).

Tradisi ini juga menjadi bagian penting dalam proses penting mengakhiri ibadah puasa Ramadhan masyarakat Tengahtengah. Zakat sagu tersebut diantarkan langsung dan diberikan kepada panitia amil zakat.

Menurut Khatib Masjid An-Nikmah Umar Maruapey, zakat sagu merupakan bagian dari ungkapan syukur terhadap kelimpahan hasil bumi selama setahun, dan juga terima kasih kepada para penghulu masjid.

Karena itu zakat sagu biasanya akan dibagikan kepada para penghulu dan juga orang-orang yang terlihat sangat rajin ke masjid, tidak hanya untuk shalat tapi juga melantunkan ayat-ayat membaca Alquran selama Ramadhan.
 
Tumpukan sagu lempeng untuk zakat dalam tradisi Tapur di Desa Tengahtengah,Salahutu, Maluku Tengah, Kamis (14/6) (Shariva Alaidrus)

"Kami di sini biasanya zakat fitrah berupa beras, diantarkan langsung kepada yang wajib menerimanya, tapi untuk zakat sagu diserahkan ke masjid," ucapnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018