Ambon, 8/8 (Antaranews Maluku) - Anggota DPR RI Mercy Cristi Barends menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Tekhnologi (BPPT) menggelar sosialisasi Penggunaan Tehnologi Fishfender kepada 50-an masyarakat nelayan di Kota Ambon dan Maluku Tenggara Barat (MTB).

"Fishfinder berfungsi mendeteksi lokasi dan keberadaan ikan di dalam laut. Sosialisasi ini merupakan bagian dari upaya mengarahkan dan mempermudah para nelayan menangkap ikan secara efektif," kata Mercy, pada sosialisasi di Ambon, Rabu.

Sosialisasi pemanfaatan teknologi fishfinder dilakukan di Maluku yang merupakan provinsi dengan potensi sumber daya perikanan terbesar di Indonesia, dalam rangka pengembangan riset dan teknologi (ristek) secara nasional.

"Melalui sosialisasi ini kita mencoba memberi ruh terhadap urusan ristek agar memberikan dampak dan keuntungan seluas-luasnya bagi masyarakat. Tidak ada artinya hasil-hasil riset jika tidak teraplikasi ke bawah dan berdampak besar kepada masyarakat," katanya.

Dia menegaskan, fishfinder merupakan salah satu dari sekian banyak hasil riset yang dilakukan BPPT dan bermanfaat untuk masyarakat kecil, di mana telah dilakukan perbaikan teknologi serta tampilan aplikasi sehingga mempermudah masyarakat kecil untuk memahami dan menggunakan teknologi terapan tepat guna.

"Saya berharap dengan penggunaan teknologi terapan tepat guna ini berdampak memberikan keuntungan berlibat ganda bagi para nelayan dalam mencari dan menangkap ikan di laut. Apalagi peralatan ini mampu mendeteksi ikan hingga kedalaman 500 meter di dalam laut," katanya.

Selain sosialisasi, Mercy Barends bersama BPPT juga memberikan 15 unit peralatan fishfinder secara gratis kepada kelompok nelayan di Kota Ambon dan MTB, masing-masing lima unit.

Kelompok nelayan penerima juga diajak dan dilatih untuk menguji coba penggunaan peralatan tersebut dengan menggunakan kapal penangkap ikan di perairan Desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Pulau Ambon, Maluku Tengah (Malteng).

Mercy menambahkan sosialisasi dan pemberian fishfinder gratis tersebut merupakan merupakan kedua kalinya dilakukan di Maluku, setelah yang pertama dilakukan untuk kelompok nelayan di kabupaten Kepulauan Aru tahun 2017 bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Sedangkan Balai Teknologi dan Survei Kelautan BPPT, Mohammad Ilyas menegaskan, penerapan dan penggunaan teknologi fishfinder sudah wajib di sejumlah negara yang memiliki industri penangkapan perikanan dengan mengoneksinya dengan satelit seperti Vietnam dan Thailand.

Di Indonesia penggunaan teknologi fishfinder pada penangkapan ikan masih dianggap langka karena nelayan menganggapnya sebagai barang mahal, padahal saat ini sudah dijual dengan harga murah dan terjangkau.

Nelayan yang menggunakan peralatan ini dengan mudah dapat menentukan lokasi di mana ikan berada dalam koloni yang besar, menghemat waktu melaut serta mengurangi penggunaan bahan bakar minyak (BBM).

"Nelayan kecil tidak perlu berlayar hingga jauh ke tengah laut dan berjam-jam mencari ikan, karena peralatan ini dapat dengan mudah mendeksi keberadaan ikan di dalam laut," katanya.

Terpenting saat ini, adalah sosialisasi penggunaannya lebih digencarkan sehingga terjadi transfer teknologi kepada para nelayan.

"Sosialisasi penggunaan fishfinder kepada nelayan lebih digiatkan oleh pemerintah khususnya dinas Perikanan provinsi maupun kabupaten/kota, hingga para nelayan melek teknologi. Kalau mereka sudah memahaminya, maka tidak perlu diajari lagi nelayan akan langsung membelinya sendiri," katanya.

Dia mengakui peralatan tersebut saat ini diproduksi berbagai negara dan dijual dengan harga bervariasi dan relatif murah mulai Rp2 juta hingga Rp20 juta tergantung spesifikasi dan jenisnya.

Pewarta: Jimmy Ayal

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018