Ambon, 15/10 (Antaranews Maluku) - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara akan mendata lukisan-lukisan dinding peninggalan prasejarah di 36 gua yang tersebar di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku, pada 14 November 2018.

Kepala BPCB Maluku Utara Muhammad Husni saat dihubungi melalui telepon selulernya dari Ambon, Senin, mengatakan pendataan dilakukan untuk mengetahui kondisi dan potensi cagar budaya lukisan dinding prasejarah yang ada, sehingga bisa dilakukan tindakan perlindungan terhadapnya.

Sedikitnya ada 36 lukisan prasejarah yang tersebar di 36 gua yang akan didata. Lukisan-lukisan tersebut ditemukan oleh tim arkeolog gabungan dari Universitas Gadjah Mada, Australian National University dan Balai Arkeologi Maluku dalam survei yang dilakukan di 86 gua pada Mei dan Oktober 2015.

Dari 36 lukisan dinding prasejarah yang teridentifikasi, lukisan yang tersebar di gua jawalang, intutun, here sorot entapa dan gua lene hena telah diteliti lebih lanjut oleh arkeolog.

"Pendataan ini untuk menyediakan data awal dari kondisi cagar budaya dan lingkungannya sebagai bahan kajian dan penilaian bagi landasan pelestariannya, baik secara kuratif maupun prefentif," katanya.

Dijadwalkan berlangsung pada 14 - 28 November 2018, proses pendataan, menurut Husni, akan dilakukan dengan dua metode, yakni pengambilan data verbal dan data piktorial.

Perekaman data verbal meliputi pencatatan setiap keterangan atau informasi terkait objek cagar budaya, juga deskripsi data meliputi bentuk lukisan, teknik, warna, ukuran, keletakan dan arah hadap lukisan, serta observasi kerusakan dan keterawatannya.

Sedangkan data piktorial berupa pembuatan sketsa, gambar yang meliputi tampak, potongan, detail, elevasi, prespektif, kemudian denah dan peta posisi lukisan, serta foto dan rekaman video tentang objek dan kondisinya.

"Pendataan ini akan melibatkan sejumlah ahli cagar budaya, termasuk arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku," ucapnya.

Kisar, kata Husni lagi, merupakan salah satu wilayah Wallacea bagian tenggara yang menunjukkan adanya potensi geologi dan arkeologi yang cukup menarik untuk diteliti.

Gua-gua di Kisar yang telah diteliti memiliki temuan lukisan dinding dan cap tangan, tersebar di seluruh penjuru pulau dan menunjukkan konsentrasi terpadat di bagian timur dan barat daya. Lukisan-lukisannya pun memiliki motif yang bervariasi, yakni antropomorfik, motif binatang, geometris, perahu dan motif abstrak.

Lukisan dengan motif binatang yang ditemukan umumnya adalah gambar ikan, kadal dan hewan semacam ular. Sedangkan lukisan-lukisan geometris hanya berupa garis, lingkaran, persegi dan segitiga.

Lukisan bermotif antropomorfik jauh lebih beragam dengan berbagai ekspresi seperti menari, memegang senjata, menaiki binatang dan menabuh alat musik.

"Bagian pesisir pulau mengandung potensi gua-gua hunian yang ditunjukkan dengan adanya temuan lukisan dinding gua dan cap tangan, serta beberapa temuan ekofak pada permukaan lantainya," ujar Husni.

Kisar adalah salah satu pulau terluar Indonesia yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Diapit oleh Pulau Wetar dan Timor, Kisar merupakan pulau kecil seluas 117.07 kilometer persegi dengan topografi rendah, sedikit perbukitan dan keadaan daerah yang cukup gersang.

Secara administratif Kisar berada di Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.

Sebagai bagian dari Wallacea, pulau ini telah banyak disorot dalam beragam penelitian oleh arkeolog dan sosiolog dari dalam negeri maupun mancanegara, salah satunya adalah survei?oleh tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Australian National University dan melibatkan Balai Arkeologi Maluku pada Mei dan Oktober 2015.

Hasil dari survei yang dipimpin oleh Tim Sue O? Connor dari Australian National University, dibantu oleh Mahirta, Daud Tanudirjo, Marlon Ririmasse, Muhammad Husni dan kawan-kawan telah diterbitkan di Cambridge Archaeological Journal tahun 2017 dan The Journal of Island and Coastal Archaeology tahun 2018.

Penelitian lainnya di Kisar adalah riset tentang arkeobotani di gua here sorot entapa oleh Alifa, seorang ahli botani untuk tesisnya. Riset tersebut dari hasil ekskavasi yang dikerjakan oleh Universitas Gadjah Mada, Australian National University dan Balai Arkeologi Maluku pada Oktober 2015.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018