Wonreli, 18/11 (Antaranews Maluku) - Arkeologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Dr. Mahirta mengatakan Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku telah dihuni sejak ribuan tahun lalu.

"Telah dianalisis bahwa pada kurang lebih 15.000 tahun yang lalu wilayah pantai Posi telah dihuni oleh sekelompok manusia, tapi ada kemungkinan ditemukannya bukti-bukti penghunian yang lebih tua," katanya di Wonreli, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Kabupaten Maluku Barat Daya, Minggu.

Mahirta adalah seorang peneliti aktif di bidang arkeologi dan dosen di UGM. Ia telah lama menaruh perhatian besar terhadap seni cadas atau art rock berupa lukisan prasejarah yang tersebar hampir di seluruh wilyah Pulau Kisar.

Melalui proyek kerjasama antara UGM dan The Australian University (ANU), Mahirta dan Prof. Sue O'Connor sebagai peneliti utama mulai riset terkait seni cadas di Pulau Kisar pada 2014, 2015 dan tahun 2017.

Saat ini Mahirta berada di Kisar untuk membantu tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara mendata objek dan situs sejarah dan budaya yang ada, guna diregistrasi sebagai cagar budaya nasional.

Ia mengatakan adanya bukti-bukti hunian manusia pada masa prasejarah di seluruh Kisar, terutama di area gua payung.

Tinggalan budaya materi sebagai bukti awal hunian adalah penemuan peralatan memancing berupa mata kail yang berusia 15.000 tahun.
 
Dr Mahirta di komplek perbukitan goa cadas Wosi Sere, Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan, Maluku Barat Daya (Shariva Alaidrus)

"Pada masa awal holosen ditemukan bukti peralatan yang lebih canggih dari alat batu yang digunakan oleh manusia sebelumnya, yaitu mata kail yang usianya sekitar 15.000 tahun," ucapnya.

Mahirta melanjutkan, seni cadas di Kisar adalah bukti lain dari tuanya peradaban di Pulau Kisar. Seni cadas di sana memiliki kekhususan pada motif tertentu, tapi juga persamaan dengan beberapa ragam seni cadas di pulau-pulau lainnya di Indonesia, Asia Tenggara, Australia dan Pasifik Barat.

Seni cadas Kisar yang memiliki persamaan dengan wilayah lainnya adalah lukisan cap tangan, beberapa sampai lengan, lukisan manusia berwarna, ragam natural, abstrak atau simbolis dan x-ray.

Sedangkan motif manusia dan motif simbolis ada yang memiliki persaman dengan motif yang ada pada nekara (gendang perunggu) dan moko (gendang tembaga), juga pada motif kain tenun Kisar. Hal ini menunjukkan bahwa produksi seni cadas tersebut berlanjut terus sampai dengan 2.500 - 2.000 tahun yang lalu.

"Kemungkinan lukisan cap tangan memiliki umur yang lebih tua dari 15.000 tahun yang lalu. Penelitian akan dilanjutkan untuk memastikannya," ujarnya.

Seni cadas di Kisar, kata dia, tidak saja berada di gua-gua payung tapi juga pada batu-batu besar, seperti di komplek perbukitan batu Abusur (Kecamatan Pulau-Pulau Terselatan) yang tak jauh dari pelabuhan Kisar.

Sebagian besar lukisan prasejarah masih dalam keadaan baik, tidak terganggu oleh aksi vandalisme, tetapi beberapa yang berada di wilayah pantai terancam oleh aktivitas penambangan batu-batu cadas oleh masyarakat setempat.

"Kegiatan penggempuran cadas ini sebaiknya dikelola agar tidak merusak situs dan objek lukisan, pepohonan yang ikut ditebang dapat mengakibatkan lukisan lapisan luar cadas mengelupas bersama dengan pigmen warna lukisan," tandasnya.

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2018