Ambon, 10/3 (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat untuk mewaspadai fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang berdampak berupa peningkatan curah hujan.

Hujan deras dengan intensitas tinggi masih akan terjadi 8- 18 Maret di wilayah Indonesia  akibat fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO).

"Saat ini, MJO diprakirakan mulai bergerak merambat ke wilayah Timur memasuki wilayah Indonesia," kata Kepala BMKG stasiun Ambon, Sunardi, Minggu.

Ia mengatakan, periode 8-14 Maret 2019 diprakirakan potensi hujan lebat akan terkonsentrasi di sebagian wilayah pulau Jawa dan wilayah Indonesia Tengah dan Timur.

Wilayah-wilayah tersebut antara lain, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku dan Papua Barat serta Papua.

Pada periode yang sama, diprediksikan akan terdapat beberapa sirkulasi siklonik dan daerah konvergensi yang juga dapat meningkatkan potensi curah hujan meski cenderung memiliki waktu kejadian yang relatif lebih singkat.

Serta potensi gelombang tinggi 2.5 hingga 4.0 meter diperkirakan terjadi di Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Jawa hingga Lombok, Selat Bali hingga Selat Lombok bagian selatan, Samudera Hindia selatan Jawa hingga NTB. Perairan utara Kep. Kangean, Laut Jawa bagian timur.

Selain itu selat Makassar bagian selatan, Laut Sumbawa, Perairan Kep. Sangihe - Talaud, Laut Flores, Laut Banda, Perairan Barat Kep. Kei, Perairan Utara Kep. Tanimbar, Perairan Manokwari hingga Biak.

BMKG mengimbau masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologis terusan, akibat curah hujan tinggi.

"Bencana hidrometeorologi yang bisa terjadi berupa banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang, petir dan jalan licin," katanya.

MJO merupakan variabilitas antar-musim di wilayah tropis yang bergerak dari Barat ke Timur. Hal ini terjadi karena interaksi antar atmosfer dan lauatan.

MJO terdiri dari dua fase, yakni basah (konvektif) dan kering. Kedua fase itu menghasilkan perubahan yang bertolak belakang terhadap kondisi cuaca di daerah yang terdampak.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019