Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara (Malut) mencatat pertumbuhan produksi industri terutama untuk industri manufaktur besar dan sedang pada triwulan II tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 12,89 persen dibanding triwulan I tahun 2019.

"Sedangkan, untuk pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan II-2019 dibanding triwulan II 2018 (year on year) mengalami penurunan sebesar 38,38," kata Kepala BPS Malut, Misfaruddin di Ternate, Kamis.

Menurut dia, industri pengolahan (manufaktur) adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir, termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan

Selain itu, kata Misfaruddin, untuk jasa industri adalah kegiatan industri yang melayani keperluan pihak lain. Pada kegiatan ini bahan baku disediakan oleh pihak lain sedangkan pihak pengolah hanya melakukan pengolahannya dengan mendapat imbalan sejumlah uang atau barang sebagai balas jasa (upah makloon), misalnya perusahaan penggilingan padi yang melakukan kegiatan menggiling padi/gabah petani dengan balas jasa tertentu.

Dia mengatakan perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertanggung jawab atas usaha tersebut.

Sehingga, perusahaan industri pengolahan (manufaktur) dibagi dalam 4 (empat) golongan yaitu industri besar (banyaknya tenaga kerja 100 orang atau lebih), industri sedang (banyaknya tenaga kerja 20-99 orang), industri kecil (banyaknya tenaga kerja 5-19 orang) dan Industri Rumah Tangga (banyaknya tenaga kerja 1-4 orang)

Dia menambahkan untuk penggolongan perusahaan industri pengolahan ini semata-mata hanya didasarkan kepada banyaknya tenaga kerja yang bekerja, tanpa memperhatikan apakah perusahaan itu menggunakan tenaga mesin atau tidak, serta tanpa memperhatikan besarnya modal perusahaan itu.

Oleh karena itu, BPS mencatat pertumbuhan produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan II-2019 (q-to-q) mengalami penurunan sebesar 8,67 persen terhadap triwulan I-2019, triwulan I-2019 (q-to-q) dengan jenis-jenis industri manufaktur mikro dan kecil yang mengalami kenaikan pada triwulan II-2019 (q-to-q) terhadap triwulan I-2019, adalah industri pakaian jadi, naik 28,36 persen dan industri makanan, naik 4,99 persen.
 

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019