Wali kota Ambon Richard Louhenapessy memaparkan kebijakan pemerintah kota(Pemkot)  Ambon dalam Pembangunan Kota Inklusif dan Toleran yang berkelanjut dalam seminar bertajuk membangun kota inklusif dan toleran yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Katolik Soegijapranata (LPPM UNIKA) Semarang, Selasa.

Wali kota mengatakan, Ambon merupakan kota multikultul dan multietnis serta multiagama.

"Sejak dulu kota Ambon dianggap sebagai pusat rempah-rempah, yang menghantarkan bangsa asing datang ke Ambon dan menjadikan Ambon sangat pluralis," katanya.

Ia menjelaskan, ada dua peristiwa penting yang menjelaskan mengapa Kota Ambon mampu menata dirinya, yakni pra reformasi terdapat penyeragaman pranata adat secara nasional akibat sentralisasi, hal ini kemudian dirasakan tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya di daerah sehingga terjadi distorsi yang puncaknya terjadi konflik sosial. Sedangkan  saat era reformasi yang mana kearifan lokal dikedepankan, di sinilah Kota Ambon mulai berbenah dengan mengedepankan nilai budaya.

"Budaya Pela Gandong (persaudaraan) yang sudah ada sejak dulu. Nilai tersebut kemudian kita angkat dan perkuat sebagai perekat antar masyarakat lintas agama," ujarnya.

Richard menyontohkan, bagaimana nilai Pela-Gadong dipraktektan dalam kehidupan warga kota ambon melalui beberapa kegiatan keagamaan yang melibatkan dua komunitas agama yang ada di Ambon.

"Saat MTQ baik panitia maupun pendukung acara, ada yang beragama Kristen Protestan dan Katolik, sebaliknya ketika kegiatan Perparawi maupun Pesparani, ada umat Muslim Kota Ambon juga turut terlibat dalam acara tersebut," katanya.

Upaya Pemkot Ambon dan masyarakat mendapat apresiasi dari pemerintah pusat melalui Kementerian Agama RI sebagai salah satu kota dengan tingkat toleransi tertinggi di awal Januari 2019.

Sementara itu, Kepala LPPM UNIKA Soegijapranata-Semarang, Berta Retnawati mengatakan, seminar ini merupakan forum unuk berbagi pengetahuan tentang begaimana Ambon, sebagai kota multikultur, multietnis dan multiagama.

"Bagaimana membangun diri dari situasi konflik menuju damai yang inklusif melalui penguatan negeri dan masyarakat adatnya yang menjadi ciri khas dan kekuatan sosial Kota Ambon," ujarnya.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019