Provinsi Maluku Utara (Malut) melakukan ekspor perdana olahan kayu sebanyak 1.440 pcs ke India melalui CV Cotra Jepara dan produk olahan kayu itu dihasilkan dari produk olahan kayu di Kabupaten Halmahera Timur (Haltim).
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Malut, Finari Manan di Ternate, Senin, menjelaskan, pihaknya bersama Pemprov Malut dan instansi terkait lainya telah melakukan ekspor perdana untuk kayu olahan sebanyak 1.440 pcs, setara 17,26 meter kubik dengan nilai barang sebesar 10.250 dolar AS tujuan India.
Sesuai dengan penadatanganan kerja sama dari Pemerintah Provinsi Malut dan instansi yang berkaitan dengan perdagangan dan arus pergerakan barang pada 20 Maret 2019.
Produk olahan kayu itu dihasilkan dari produk olahan kayu di Kabupaten Halmahera Timur (Haltim). Tetapi, kayu yang diekspor hanyalah kayu olahan, karena ada larangan jika diekpor hanya kayu.
"Kenapa disebut perdana, karena setelah beberapa tahun, kita baru saat ini bisa melakukan ekspor langsung kayu olahan, jadi tidak boleh kayu saja, harus kayu olahan, karena ekspor kayu saja itu dilarang," ujarnya.
Dia berharap, kegiatan ekspor seperti ini tidak hanya di bidang olahan kayu, tetapi nanti berkelanjutan kepada CV. Citra Jepara dan dapat menggarap produk lainya seperti rempah-rempah, cengkih, pala dan produk unggulan lainya di Provinsi ini.
"Kita inginkan, ke depan ekspor ini malah bisa langsung daerek dari Ternate langsung ke luar Negeri, bukan melalui Surabaya, itu yang menjadi konsen kita bersama," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BI Perwakilan Malut, Gatot Miftahul Manan menyatakan, untuk mendorong kegiagan ekspor seperti ini, BI akan bekerja sama secara sinergi. BI akan mendorong untuk diimplementasikan.
"Untuk itu, kita harus tau benar dari dunia usaha itu melalui identifikasi masalah, kendala-kendala yang dihadapi apa saja, dimana aja, kan itu melibatkan instansi terkait mana saja, itu yang perlu dilihat," katanya.
Dia menyatakan, dari identifikasi itu akan dibicarakan secara spesifik kepada masing-masing instansi untuk dicariin jalan keluar. Kata dia, dari sisi manufaktur, ini adalah kompetitif, maka harus meningkatkan produktivitas.
"Harus mereka sendiri mempunyai nilai tambah, sehingga produknya menjadi lebih kompetitif dan dari sisi bisnis kita punya kewajiban untuk itu, biasanya mereka mau punya komunitas di bidang-bidang spesifik. Kalau terkait dengan kayu mereka akan saling share pengetahuan di bidang perkayuan, ini akan mendorong mereka untuk mendorong produktifitas mereka," katanya.
Sementara Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba berharap kegiatan ekspor ini bisa dimulai dari Ternate. Sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebelumnya berkeliaran kemana-mana, bisa tersalurkan kembali ke provinsi.
"Saya merasa bahwa saya didukung instansi terkait dan kita bisa dapatkan yang terbaik. Kita harus bantu kerja sama semua instansi yang ada. Kalau kita pecah-pecah, tidak akan mungkin," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019
Kepala Kantor Wilayah Bea Cukai Malut, Finari Manan di Ternate, Senin, menjelaskan, pihaknya bersama Pemprov Malut dan instansi terkait lainya telah melakukan ekspor perdana untuk kayu olahan sebanyak 1.440 pcs, setara 17,26 meter kubik dengan nilai barang sebesar 10.250 dolar AS tujuan India.
Sesuai dengan penadatanganan kerja sama dari Pemerintah Provinsi Malut dan instansi yang berkaitan dengan perdagangan dan arus pergerakan barang pada 20 Maret 2019.
Produk olahan kayu itu dihasilkan dari produk olahan kayu di Kabupaten Halmahera Timur (Haltim). Tetapi, kayu yang diekspor hanyalah kayu olahan, karena ada larangan jika diekpor hanya kayu.
"Kenapa disebut perdana, karena setelah beberapa tahun, kita baru saat ini bisa melakukan ekspor langsung kayu olahan, jadi tidak boleh kayu saja, harus kayu olahan, karena ekspor kayu saja itu dilarang," ujarnya.
Dia berharap, kegiatan ekspor seperti ini tidak hanya di bidang olahan kayu, tetapi nanti berkelanjutan kepada CV. Citra Jepara dan dapat menggarap produk lainya seperti rempah-rempah, cengkih, pala dan produk unggulan lainya di Provinsi ini.
"Kita inginkan, ke depan ekspor ini malah bisa langsung daerek dari Ternate langsung ke luar Negeri, bukan melalui Surabaya, itu yang menjadi konsen kita bersama," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BI Perwakilan Malut, Gatot Miftahul Manan menyatakan, untuk mendorong kegiagan ekspor seperti ini, BI akan bekerja sama secara sinergi. BI akan mendorong untuk diimplementasikan.
"Untuk itu, kita harus tau benar dari dunia usaha itu melalui identifikasi masalah, kendala-kendala yang dihadapi apa saja, dimana aja, kan itu melibatkan instansi terkait mana saja, itu yang perlu dilihat," katanya.
Dia menyatakan, dari identifikasi itu akan dibicarakan secara spesifik kepada masing-masing instansi untuk dicariin jalan keluar. Kata dia, dari sisi manufaktur, ini adalah kompetitif, maka harus meningkatkan produktivitas.
"Harus mereka sendiri mempunyai nilai tambah, sehingga produknya menjadi lebih kompetitif dan dari sisi bisnis kita punya kewajiban untuk itu, biasanya mereka mau punya komunitas di bidang-bidang spesifik. Kalau terkait dengan kayu mereka akan saling share pengetahuan di bidang perkayuan, ini akan mendorong mereka untuk mendorong produktifitas mereka," katanya.
Sementara Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba berharap kegiatan ekspor ini bisa dimulai dari Ternate. Sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebelumnya berkeliaran kemana-mana, bisa tersalurkan kembali ke provinsi.
"Saya merasa bahwa saya didukung instansi terkait dan kita bisa dapatkan yang terbaik. Kita harus bantu kerja sama semua instansi yang ada. Kalau kita pecah-pecah, tidak akan mungkin," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2019