Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku menggelar sosialisasi tentang bencana alam berupa gempa bumi tektonik dan tsunami kepada seluruh aparatur sipil negara (ASN) di lingkup Sekretariat DPRD setyempat..

"Provinsi Maluku sangat rentan terhadap bencana alam berupa gempabumi dan tsunami. Biasanya bila terjadi gempa besar dan tergolong gempa dangkal bisa disusul dengan gelombang pasang atau tsunami," kata staf BPBD Maluku, Freta Kayadoe sebagai pembicara dalam kegiatan sosialisasi tersebut di Ambon, Selasa.

Menurut dia, pada 2018 terjadi genpa tektonik sebanyak 1.800 kali dan 2019 jumlahnya mendekati 3000-an, sehingga perkembangan gempa bumi di Maluku dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Freta membantah banyaknya warga yang berprasangka bila kejadian ikan mati di Kecamatan Leitimur Selatan, Kota Ambon dan Desa Waai, Pulau Ambon, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah merupakan tanda akan ada gema bumi.

"Sampai saat ini tidak ada kaitan antara ikan mati dan bencana alam gempa bumi," tandasnya.

Gempa bumi merupakan getaran yang terjadi di permukaan bumi akibat pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba dan menciptakan gelombang seismik, atau biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi atau lempeng bumi.

Frekuensi suatu wilayah mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi yang dialami selama periode waktu dan gempa bumi diukur dengan menggunakan alat Seismometer.

Moment magnitudo adalah skala yang paling umum di mana gempa Bumi terjadi untuk seluruh dunia.

"Skala Rechkter adalah skala yang dilaporkan oleh observatorium seismologi nasional yang diukur pada skala besarnya lokal lima magnitude dan Kedua skala yang sama selama rentang angka mereka valid," katanya.

Gempa tiga magnitude atau lebih sebagian besar hampir tidak terlihat dan jika besaran mencapai lebih dari 7 magitudo berpotensi menyebabkan kerusakan serius di daerah yang luas, tergantung pada kedalaman gempa.

Dia mengungkapkan, gempabumi terbesar bersejarah tercatat lebih dari M=9, meskipun tidak ada batasan besarnya.

"Gempa besar terakhir tercatat sebesar 9,0 SR atau lebih besar adalah 9,0 magnitudo di Jepang pada Maret tahun 2011 silam, dan itu adalah gempa Jepang terbesar sejak pencatatan dimulai. Intensitas getaran diukur pada modifikasi Skala Mercalli," jelas Kayadoe.

Sementara Kabag Umum Sekretariat DPRD Maluku, Fiona Syaranamual mengapresiasi langkah BPBD provinsi untuk melakukan kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada para ASN.

"Langkah ini sangat strategis bagi para ASN dalam menningkatkan pemahaman mereka, sekaligus sebagai upaya pencegahan dan meminimalisir tingkat keresahan atas rumor pacagempa 26 November 2019 maupun gempa-gempa kecil selama Februari 2020 sesuai yang disebutkan BMKG," ujarnya.


 

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020