Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara mencatat, Kabupaten Halmahera Timur dan Kabupaten Halmahera Utara dengan tingkat produksi padi (GKG) tertinggi pada tahun 2018 hingga 2019.

"Namun, pada 2019 terjadi penurunan produksi pada dua kabupaten tersebut dibandingkan dengan produksi 2018," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Malut, Abdul Rachman Sahib melalui siaran pers yang diterima Antara, Selasa.

Dia menyatakan, jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi padi pada 2018 setara dengan 27.306 ton beras. Sementara itu, produksi pada 2019 sebesar 21.125 ton beras, atau mengalami penurunan sebesar 2,63 juta ton (7,75 persen) dibandingkan dengan produksi tahun 2018.

Dimana, untuk luas panen padi di Malut pada 2019 diperkirakan sebesar 11.701 hektar atau mengalami penurunan sebanyak 1.712 hektar atau 12,77 persen dibandingkan tahun 2018.

Selain itu, untuk produksi padi di Maluku Utara pada 2019 diperkirakan sebesar 37.946 ton GKG atau mengalami penurunan sebanyak 11.101 ton atau 22,63 persen dibandingkan tahun 2018. 

"Jika produksi padi pada tahun 2019 dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, produksi beras di Malut pada 2019 sebesar 21.125 ton atau mengalami penurunan sebanyak 6.180 ton atau 22,63 persen dibandingkan tahun 2018," katanya.

Bahkan, ketidakakuratan data produksi padi telah diduga oleh banyak pihak sejak 1997. Studi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Japan International Cooperation Agency (JICA) pada tahun 1996/1997 telah mengisyaratkan overestimasi luas panen sekitar 17,07 persen.

Selain itu, persoalan yang sama juga terjadi pada data luas lahan baku sawah yang dilaporkan cenderung meningkat meskipun fakta di lapangan menunjukkan terjadinya pengalihan fungsi lahan sawah untuk industri, perumahan atau infrastruktur yang tidak bisa diimbangi oleh pencetakan sawah baru.

"Walaupun sudah diduga sejak lama, upaya untuk memperbaiki metodologi perhitungan produksi padi baru dilakukan pada tahun 2015. BPS bekerjasama dengan Badan Pengkajian danPenerapan Teknologi (BPPT), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (Kementerian ATR/BPN), Badan Informasi dan Geospasial (BIG), serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) berupaya memperbaiki metodologi perhitungan luas panen dengan menggunakan metode Kerangka Sampel Area (KSA). KSA memanfaatkan teknologi citra satelit yang berasal dari BIG dan peta lahan baku sawah yang berasal dari Kementerian ATR/BPN untuk mengestimasi luas panen padi," katanya.

Dia mengakui, untuk penyempurnaan dalam berbagai tahapan perhitungan produksi beras telah dilakukan secara komprehensif mulai dari perhitungan luas lahan baku sawah hingga perbaikan perhitungan  konversi gabah kering menjadi beras. Secara garis besar, tahapan dalam perhitungan  produksi beras adalah menetapkan luas lahan baku sawah nasional dengan Keputusan Menteri/Kepala BPN nomor 686/SK-PG.03.03/XII/2019 tanggal 17 Desember 2019. Luas lahan baku sawah nasional tahun 2019 adalah sebesar 7.463.948 hektar. 

Sehingga, dengan menggunakan informasi luas lahan baku sawah tersebut, perhitungan ulang dilakukan untuk luas panen dan produksi padi 2018. Sebagai perbandingan, luas lahan baku sawah nasional menurut Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No.399/Kep-23.3/X/2018 tanggal 8 Oktober 2018 adalah sebesar 7.105.145 hektar. 

Selain itu, menetapkan luas panen dengan KSA yang dikembangkan bersama BPPT dan telah 
mendapat pengakuan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) denga menetapkan produktivitas per hektar. BPS juga melakukan penyempurnaan metodologi dalam menghitung produktivitas per hektar dengan mengganti metode ubinan berbasis rumah tangga menjadi metode ubinan berbasis sampel KSA.

Sementara itu, untuk total luas panen padi pada 2019 seluas 11.701 hektar dengan luas panen tertinggi terjadi pada Februari, yaitu sebesar 1.856 hektar dan luas panen terendah terjadi pada Desember, yaitu sebesar 594 hektar. 

"Jika dibandingkan dengan total luas panen padi pada 2018, luas panen padi pada 2019 mengalami penurunan sebesar 1.712 hektar (12,77 persen) dengan total produksi padi di Maluku Utara pada 2019 sekitar 37.946 ton GKG atau mengalami penurunan sebanyak 11.101 ton (22,63 persen) dibandingkan tahun 2018," katanya.
 

Pewarta: Abdul Fatah

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2020