Badan Ketahanan Pangan Maluku akan mendiversifikasi dua jenis pangan lokal, yakni sagu dan hotong di Kepulauan Buru.
"Selain beras, sagu dan hotong merupakan potensi pangan lokal yang bisa dikembangkan di Pulau Buru," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan, Syuryadi Sabirin di Ambon, Selasa.
Ia mengatakan, penganekaragaman pangan dilakukan guna mengurangi konsumsi beras sebanyak 1,5 persen per tahun sesuai dengan program Desa Mandiri Pangan yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian pada 2010.
Sabirin mengatakan, diversifikasi tersebut juga bertujuan untuk menjaga kestabilan pangan karena pola konsumsi masyarakat di Maluku sudah mulai mengalami pergeseran, pangan lokal dianggap sebagai makanan orang miskin.
"Mungkin setelah dibuat menjadi bermacam-macam panganan dan dikemas dengan baik, masyarakat akan lebih tertarik dan tidak menganggapnya sebagai pangan inferior," katanya.
Ia menjelaskan, kendati Pulau Buru merupakan salah satu daerah penghasil beras terbesar di Maluku dan telah dicanangkan sebagai Lumbung Pangan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007, penganekaraman pangan dinilai sangat penting karena baru 6 hektar lahan di sana yang produktif.
Sedangkan jumlah konsumsi beras di Maluku terbilang cukup besar dibandingkan produksinya, yakni 108.000 ton per tahun, sedangkan panennya hanya mencapai 79.000 ton per tahun.
"Sebenarnya masih ada potensi 10 hektar lahan yang bisa dikembangkan oleh masyarakat," katanya.
Ia menambahkan, 10 persen dati total Dana Alokasi Khusus (DAK) Deptan sebesar Rp33,2 miliar dan Rp6 miliar Anggaran Perndapatan Belanja Daerah (APBD) BKP 2010 digunakan untuk membangun lumbung sagu di Kabupaten Buru, Seram Bagian Barat, Maluku Tengah dan Seram Bagian Timur.
"Tahun ini kami memprioritaskan pembangunan lumbung sagu dan sudah 10 unit yang dibangun di empat kabupaten. Dana untuk peralatannya berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Provinsi Maluku," kata Syuryadi Sabirin.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2010