Ambon (ANTARA) - PT Angkasa Pura Ambon bersama Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (BKHIT) Maluku menyiapkan skema ekspor langsung komoditas perikanan melalui jalur udara, guna memaksimalkan potensi sektor kelautan dan perikanan daerah ini ke pasar internasional.
“Langkah ini diambil setelah BKHIT bersama pelaku usaha berkoordinasi dengan kami terkait kondisi keamanan di laut saat ini sedang tidak baik-baik saja, sehingga membuat pengiriman komoditas perikanan via laut tidak maksimal,” kata General Manager Angkasa Pura Bandar Udara Pattimura Ambon, Shively Sanssouci di Ambon, Rabu.
Ia melanjutkan, bila kendala tersebut tidak segera diatasi maka berpotensi mengakibatkan kualitas perikanan hidup maupun nonhidup dari Maluku mengalami penurunan kualitas.
“Menjawab tantangan ini, kami berkoordinasi dengan maskapai penerbangan dan PT IAS untuk mengupayakan pengiriman lewat udara,” tuturnya.
Rencana tersebut, kata dia, telah dibahas bersama PT Indonesia Air Transport Service (IAS), PT Apindo, jajaran Pemerintah Provinsi Maluku, serta sejumlah instansi vertikal dan pemangku kepentingan lainnya.
Sementara itu Kepala Balai Karantina Ikan, Hewan, dan Tumbuhan Maluku Abdurrahman menyatakan kesiapan lembaganya untuk mengawal penuh proses ekspor tersebut.
“Balai Karantina siap memberikan fasilitasi dan pengawalan agar ekspor langsung dari Maluku berjalan lancar. Kami mendorong pelaku usaha perikanan semakin aktif menembus pasar internasional, sehingga potensi besar Maluku di sektor ini dapat memberikan manfaat bagi daerah dan masyarakat,” ujarnya.

Ekspor produk perikanan menggunakan pesawat carteran, ini dinilai dapat menjadi solusi atas kendala pengiriman via laut. Ikan kerapu hidup merupakan salah satu komoditas unggulan Maluku dengan permintaan tinggi di pasar Hong Kong.
Rencana ekspor langsung lewat udara ini diharapkan menjadi babak baru bagi sektor perikanan Maluku, dengan mempercepat distribusi, menjaga kualitas produk, dan meningkatkan daya saing di pasar global.
Berkaitan dengan hal itu pihaknya mencatat nilai ekspor hasil perikanan hingga Juli 2025 mencapai Rp96 miliar dengan volume ikan hidup sebanyak 102.464 ekor dan ikan nonhidup sebanyak 1.160 ton.
Kontribusi terbesar datang dari ekspor udang vaname ke China dengan volume 1.100 ton. Selain itu, komoditas unggulan lain seperti ikan tuna, ikan kerapu, kepiting bakau, dan kerang dara juga menyumbang nilai ekonomi signifikan berkat permintaan pasar internasional yang stabil.
Dia mengatakan produk perikanan Maluku telah menembus tujuh negara utama, yakni China, Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Vietnam, Arab Saudi, Malaysia, dan Singapura. Dari jumlah tersebut, lima negara dengan volume ekspor terbesar meliputi China, Vietnam, Thailand, dan Singapura.
"Sinergi dengan instansi lain menjadi kunci percepatan ekspor salah satunya dengan Bea Cukai," tambahnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Angkasa Pura dan BKHIT Maluku siapkan ekspor perikanan lewat udara
