New York (ANTARA) - Minyak melonjak pada akhir perdagangan Rabu atau Kamis pagi waktu Indonesia, hingga mencapai level tertinggi dalam lebih dari setahun terakhir. Naiknya harga minyak didukung oleh kepercayaan pasar terhadap prospek pemulihan permintaan serta keputusan OPEC dan sekutunya untuk tetap pada rencana secara bertahap memulihkan pasokan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus terangkat 1,10 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 71,35 dolar AS per barel. Harga Brent sempat mencapai 71,48 dolar AS per barel selama sesi, level tertinggi sejak Januari 2020.
Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Julia bertambah 1,11 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 68,83 dolar AS per barel. Harga WTI mencapai 69,00 dolar AS per barel selama sesi, tertinggi sejak Oktober 2018.
"Pasar minyak menyambut keputusan OPEC+ untuk tetap dengan rencana produksi yang ada, dan dalam hubungannya dengan indikasi permintaan global yang positif, harga naik lebih jauh hari ini," kata Louise Dickson, analis pasar minyak Rystad Energy.
Baca juga: Harga minyak jatuh di tengah kekhawatiran permintaan global
Memperkirakan pemulihan permintaan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Selasa (2/6/2021) untuk mempertahankan rencana mereka guna secara bertahap mengurangi pembatasan pasokan hingga Juli.
Pertemuan OPEC+ memakan waktu 20 menit, terpendek dalam sejarah kelompok itu, menunjukkan persatuan di antara anggota dan kepercayaan mereka terhadap pemulihan pasar, kata para analis.
Data OPEC+ menunjukkan kelompok itu sekarang lebih optimis tentang laju penyeimbangan kembali di pasar minyak daripada sebulan lalu.
Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pemulihan permintaan yang solid di Amerika Serikat dan China serta laju peluncuran vaksin COVID-19 dapat mengarah pada penyeimbangan kembali pasar minyak global lebih lanjut.
Baca juga: Rupiah melemah tipis jelang hasil pilpres
"Kami memperkirakan harga minyak akan bergerak jauh melampaui 70 dolar AS per barel menjelang pertengahan tahun," kata Norbert Rucker, analis di bank Swiss Julius Baer.
Analis juga mengatakan lambatnya kemajuan pembicaraan nuklir Iran memberikan ruang bernapas bagi permintaan untuk mengejar sebelum minyak Iran kembali ke pasar jika kesepakatan tercapai.
Pembicaraan yang bertujuan untuk menghidupkan kembali pakta nuklir Iran dengan kekuatan global diperkirakan akan ditunda selama seminggu, kata para diplomat, dengan pihak-pihak yang tersisa dalam kesepakatan itu akan bertemu pada Rabu (2/6/2021) malam waktu setempat untuk menyimpulkan langkah tersebut.
Di Amerika Serikat, stok minyak mentah turun 5,36 juta barel dalam pekan yang berakhir 28 Mei, menurut dua sumber pasar, mengutip angka American Petroleum Institute (API) yang dirilis setelah pasar ditutup. Persediaan bensin naik 2,5 juta barel dan stok sulingan naik 1,56 juta barel.
Data persediaan pemerintah AS akan dirilis pada Kamis pukul 11.00 (15.00 GMT), tertunda sehari karena liburan Memorial Day.
Baca juga: Harga minyak "rebound" setelah Trump hidupkan harapan investor