Program Pertukaran Pemuda Antar Negara (PPAN) 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) akan berlangsung secara virtual karena pandemi COVID-19, tidak menyurutkan semangat dua orang delegasi asal Maluku untuk membawa nama Indonesia.

"Yang paling penting sekali untuk saya adalah kesiapan mental, karena program kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya," kata Theophilia V Leatemia di Ambon, Jumat.

Theophilia V Leatemia atau akrab disapa Phia adalah delegasi Maluku untuk program Indonesia-Australian-Indonesia Youth Exchange Program (IAYEP), bagian dari program PPAN yang diselenggarakan oleh Kemenpora.

Dilahirkan pada 18 Juli 1996, Phia adalah lulusan Fakultas Theologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), dan sekarang sedang melanjutkan S2 di Fakultas Theologi Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) Ambon.

Ia mengatakan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, akibat pandemi COVID-19, sejak  2020 program PPAN dilangsungkan melalui aplikasi Zoom, di mana para peserta tidak akan diberangkatkan ke negara tujuan pertukaran pemuda.

Kendati demikian, Theophilia tetap bersemangat mengikuti program yang diselenggarakan oleh Kemenpora tersebut. Bagi dia, esensi dari program lebih penting dari sekedar berangkat ke Australia. Karena itu, ia berusaha meningkatkan kecakapan berkomunikasi untuk melancarkan pertemuan secara virtual dengan wakil dari negara tujuan.

"Virtual lebih banyak mengandalkan kecakapan berbicara, saat offline (luring) kita bisa membuat suasana lebih cair dengan sangat mudah menggunakan teknik-teknik public speaking sederhana. Tahun lalu saya lihat mereka lebih akademik, formal dan kaku," kata Theophilia V Leatemia.

Hal yang sama juga diakui oleh Valentino D Soplantila, delegasi Maluku untuk Singapore-Indonesia Youth Leaders Exchange Program (SIYLEP). Lulusan Fakultas Hukum Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon ini tetap bersemangat untuk mengikuti semua proses program PPAN 2021.

Kendati SIYLEP dilaksanakan secara virtual, pemuda kelahiran 21 Juni 1996 yang juga salah satu pendiri komunitas Baileo Cerdas, mempersiapkan dirinya dengan matang.

"Bagi saya bukan hanya berangkat ke luar negeri, saya melihat ini sebagai kesempatan untuk memperluas jaringan dengan pemuda-pemudi di Singapura, karena kita bisa menemukan mereka yang memiliki kesamaan minat, ini yang paling penting," ujar Valentino.

Ia mengatakan selain mental dan kecakapan berbicara, ia juga banyak bertanya pada para alumni PPAN, terutama untuk kegiatan pembangunan masyarakat (community development), salah satu kegiatan wajib yang harus dilakukan setelah mengikuti program PPAN.

Karena kelancaran pelaksanaan PPAN bergantung dari ide dan kegiatan kemasayarakatan yang dijalankan oleh para peserta di negara asalnya, sehingga penting untuk disiapkan dengan matang agar mampu menunjukan kesiapan pemuda-pemudi Indonesia di mata peserta dari negara tujuan program pertukaran.

"Yang paling utama di sini adalah post program activity. Saat  Pre Departure Training (PDT) kemarin, kelompok kami juara dua dan digelari sebagai presentasi dengan bahan terbaik, dengan isu Bank Sampah Kertas Indonesia," kata Valentino D Soplantila.
 

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : Lexy Sariwating


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021