Kantor Staf Presiden (KSP) mengingatkan semua pihak untuk tetap disiplin ketika melakukan distribusi logistik terkait pencegahan dan penanganan pandemi COVID-19 dengan pendekatan yang aman, dan tidak menimbulkan kerumunan.
KSP menilai gerakan distribusi masker dan logistik lain dari pintu ke pintu yang dijalankan semua pihak untuk meringankan beban rakyat saat pandemi ini adalah pilihan teraman dan sesuai protokol kesehatan (prokes).
Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Bidang Informasi dan Komunikasi, Juri Ardiantoro mengatakan bahwa risiko penularan yang lebih tinggi dari berbagai varian baru virus corona menyebabkan semua pihak perlu lebih mengutamakan langkah pencegahan di hulu.
Distribusi masker medis berkualitas dengan melibatkan warga setempat lewat pendekatan door-to-door atau pintu ke pintu adalah bentuk gerakan multipemangku kepentingan yang meringankan, tetapi tetap aman dan tidak menambah risiko penularan di masyarakat bawah.
Menurutnya, kombinasi aktivasi masyarakat oleh Relawan Nasional Lawan COVID-19 (RNLC19) dan dukungan logistik masker medis yang diproduksi Aice Group adalah ikhtiar bersama anak bangsa dalam mengentaskan pandemi.
"Kita perlu meningkatkan koalisi multi stakeholder ini. Pemerintah, swasta, tokoh masyarakat dan media massa sudah bergerak bersama. KSP saat ini mengordinasikan gerakan ini di masyarakat dengan berfokus pada dua hal," ujar Juri dalam jumpa pers pada Kamis.
Baca juga: Belajar dari Jakarta yang bergotong royong saat pandemi
Pertama, pihaknya bersama Aice Group dan RNLC19 mengarahkan effort dan logistik ini ke masyarakat bawah yang paling membutuhkan. Kedua, menurut Juri sangat penting mengonsolidasikan gerakan dari pintu ke pintu, sebab kegiatan ini dinilai yang paling aman.
"Gerakan pintu ke pintu bagi masker medis ini sangat memenuhi kaidah prokes,” jelas Juri.
Dalam distribusi 500 ribu masker medis dari pintu ke pintu yang dijalankan oleh koalisi triple helix pemerintah, swasta dan unsur masyarakat sipil ini, KSP mengapresiasi partisipasi aktif unsur swasta dan tokoh masyarakat di berbagai kota dan kabupaten.
Juri menyampaikan hal tersebut dalam jumpa pers virtual berbarengan dengan dilakukannya distribusi 24 dari 500 ribu masker medis yang didonasikan oleh Aice Group di wilayah Koja, Jakarta Utara sore ini.
"Belum ada kata terlambat bagi kita membangun kedisiplinan dan kerjasama dalam melawan COVID-19. Meskipun rumah sakit sudah sedikit lebih lapang dan statistik penularan menggambarkan perbaikan, tapi kita tidak boleh lengah," kata Juri.
"Ikhtiar kita adalah bukan untuk menurunkan sementara angka pandemi. Tapi untuk benar-benar menekan pandemi ini hingga titik yang paling aman buat masyarakat Indonesia kembali beraktifitas," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, KSP juga memperkenalkan jaringan relawan distribusi masker dari beberapa daerah di luar Jabodetabek. Elisabeth Liu dan Ardi yang mengordinir distribusi masker di Semarang, Jawa Tengah dan Bekasi, Jawa Barat, menyampaikan optimisme atas sinergi banyak pihak yang dilakukan ini.
Dalam kesempatan yang sama, juru bicara sekaligus Brand Manager Aice Group, Sylvana meyakini kerja sama adalah kunci bagi Indonesia dalam menyelesaikan pandemi COVID-19 saat ini.
Baca juga: Bangkit di tengah keterbatasan di tengah pandemi
Dengan kondisi masyarakat yang majemuk dan tersebarnya masyarakat kurang mampu di seantero Nusantara, membuat pemerintah perlu melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sinergi pencegahan penularan virus ini.
Tiga dari empat aspek penting penanganan kesehatan saat pandemi sangat dipengaruhi oleh kerekatan dan kerjasama sosial semua anak bangsa. Selain aspek kuratif, aspek lain promotif, preventif dan rehabilitatif memerlukan dukungan nyata semua pihak dalam menjalankan disiplin, kesepakatan tentang bahaya dan contoh nyata menjalankan Prokes COVID-19.
Sylvana memaparkan bahwa dalam kenyataan di lapangan, kondisi keterjangkitan virus di masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesuksesan kebijakan pemerintah yang ditopang oleh kesepahaman dari berbagai unsur warga masyarakat.
"Dalam aktivitas distribusi puluhan juta masker medis Aice Group sejak akhir tahun lalu di puluhan kota dan kabupaten, ada hikmah tentang pentingnya kerjasama. Keberhasilan gerakan pentahelix membagi 5 juta masker bersama KSP dan GP Ansor ke masyarakat paling rentan, plus belasan juta lainnya lewat warung penjual es krim Aice, kami sangat didukung oleh para alim ulama, tokoh masyarakat, hingga petugas kebersihan dan pedagang pasar," kata Sylvana.
Menurutnya, COVID-19 ini memberikan pelajaran bahwa kerjasama yang dibangun bukanlah melulu di soal penanganan kurasi medik. Justru virus ini hanya bisa ditekan lewat kesepakatan sosial semua kalangan masyarakat.
Melepas tanggung jawab dalam mencegah penularan sosial akan melahirkan krisis yang parah di sektor hilir. Rumah sakit akan penuh pasien dan memberi resiko dan kelelahan luar biasa bagi tenaga medis yang jumlahnya terbatas.
Selain komitmen kerjasama sosial banyak pihak yang intensif tersebut, Aice Group menyampaikan pula komitmen produksi masker medis yang intensif hingga pandemi ini usai. Seperti diketahui sebelumnya, Aice Group sudah memproduksi setidaknya sekitar 50 juta lembar masker medis SHIELD-Aice yang diproduksi di Pabrik Aice Mojokerto, Jawa Timur.
"Selain produksi puluhan juta masker medis, Aice Group juga sudah mengirimkan setidaknya 10 juta es krim berkualitas untuk keperluan donasi ke tenaga kesehatan maupun masyarakat umum di masa pandemi ini," jelas Sylvana.
Baca juga: Ikhtiar menghadapi pandemi COVID-19 dari balik jeruji
Sementara itu, Ketua Umum RNLC19 Kris Budihardjo menjelaskan lembaganya adalah bentuk kerjasama melawan COVID-19 yang berasal dari dan ditujukan untuk warga masyarakat sendiri. Tenaga dan sumber daya lain yang dihimpun oleh RNLC19 berasal dari berbagai kalangan masyarakat, dan didayagunakan ke warga yang paling membutuhkan.
Upaya mengatasi pandemi COVID-19 tidak bisa hanya dilaksanakan oleh Pemerintah. Indonesia membutuhkan sumbangsih nyata semua pihak.
Menurut Kris, KSP dan lembaganya telah bersinergi dengan banyak pihak untuk begerak cepat memberikan bantuan kepada warga yang terkena pandemi, seperti yang dilakukan tim yang berada di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Bantuan yang diberikan antara lain pengasapan atau penguapan untuk membasmi virus corona menggunakan Corona Buster hingga pembuatan dapur umum untuk membantu warga yang tengah melakukan isolasi mandiri dan mereka yang sedang menjalani perawatan di berbagai rumah sakit.
"Gerakan RNLC19 adalah misi kemanusiaan untuk memperkuat efektifitas langkah Pemerintah sekaligus mengumpulkan sumber daya dari masyarakat dan kalangan swasta. Meski pemerintah sudah berusaha melakukan hal terbaik dalam mengatasi masalah pandemi ini, tapi kami melihat ada keterbatasannya juga. Kami hadir untuk mengefektifkan itu semua," ujar Kris.
Dalam kesempatan yang sama, aktivis kemanusiaan dan bencana, Faisal Saimima menyampaikan catatan atas kondisi terkini pandemi yang ada di berbagai wilayah Indonesia. Dia mengingatkan bahwa bencana yang terjadi akibat pandemi COVID-19 belumlah menggambarkan berbagai potensi bencana lain yang bisa dialami masyarakat Indonesia dalam waktu dekat.
Pria yang juga menjadi Ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) ini menjelaskan bahwa di luar krisis yang terjadi akibat pandemi serta dampak ikutan seperti masalah ekonomi bagi masyarakat, terdapat potensi berbagai bencana alam di berbagai titik wilayah nusantara yang masih mengintai.
"Kita perlu bekerjasama dan cepat mengakhiri pandemi di negeri kita. Di lapangan, masyarakat juga menghadapi berbagai cobaan yang tak kalah berbahaya. Gunung meletus, gempa, banjir, menjadi bahaya ganda lainnya," ujar Faisal.
"Sekali lagi kita perlu bekerjasama dan membangun kesepahaman semua pihak. Kami optimis jika gerakan banyak stakeholder yang dijalankan KSP, swasta dan elemen masyarakat ini Insya Allah akan mampu mengurangi dampak berbagai bencana di masyarakat," imbuhnya.
Baca juga: Meniti perpanjangan PPKM, evaluasi dan perbaikan pelaksanaannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
KSP menilai gerakan distribusi masker dan logistik lain dari pintu ke pintu yang dijalankan semua pihak untuk meringankan beban rakyat saat pandemi ini adalah pilihan teraman dan sesuai protokol kesehatan (prokes).
Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan Bidang Informasi dan Komunikasi, Juri Ardiantoro mengatakan bahwa risiko penularan yang lebih tinggi dari berbagai varian baru virus corona menyebabkan semua pihak perlu lebih mengutamakan langkah pencegahan di hulu.
Distribusi masker medis berkualitas dengan melibatkan warga setempat lewat pendekatan door-to-door atau pintu ke pintu adalah bentuk gerakan multipemangku kepentingan yang meringankan, tetapi tetap aman dan tidak menambah risiko penularan di masyarakat bawah.
Menurutnya, kombinasi aktivasi masyarakat oleh Relawan Nasional Lawan COVID-19 (RNLC19) dan dukungan logistik masker medis yang diproduksi Aice Group adalah ikhtiar bersama anak bangsa dalam mengentaskan pandemi.
"Kita perlu meningkatkan koalisi multi stakeholder ini. Pemerintah, swasta, tokoh masyarakat dan media massa sudah bergerak bersama. KSP saat ini mengordinasikan gerakan ini di masyarakat dengan berfokus pada dua hal," ujar Juri dalam jumpa pers pada Kamis.
Baca juga: Belajar dari Jakarta yang bergotong royong saat pandemi
Pertama, pihaknya bersama Aice Group dan RNLC19 mengarahkan effort dan logistik ini ke masyarakat bawah yang paling membutuhkan. Kedua, menurut Juri sangat penting mengonsolidasikan gerakan dari pintu ke pintu, sebab kegiatan ini dinilai yang paling aman.
"Gerakan pintu ke pintu bagi masker medis ini sangat memenuhi kaidah prokes,” jelas Juri.
Dalam distribusi 500 ribu masker medis dari pintu ke pintu yang dijalankan oleh koalisi triple helix pemerintah, swasta dan unsur masyarakat sipil ini, KSP mengapresiasi partisipasi aktif unsur swasta dan tokoh masyarakat di berbagai kota dan kabupaten.
Juri menyampaikan hal tersebut dalam jumpa pers virtual berbarengan dengan dilakukannya distribusi 24 dari 500 ribu masker medis yang didonasikan oleh Aice Group di wilayah Koja, Jakarta Utara sore ini.
"Belum ada kata terlambat bagi kita membangun kedisiplinan dan kerjasama dalam melawan COVID-19. Meskipun rumah sakit sudah sedikit lebih lapang dan statistik penularan menggambarkan perbaikan, tapi kita tidak boleh lengah," kata Juri.
"Ikhtiar kita adalah bukan untuk menurunkan sementara angka pandemi. Tapi untuk benar-benar menekan pandemi ini hingga titik yang paling aman buat masyarakat Indonesia kembali beraktifitas," imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, KSP juga memperkenalkan jaringan relawan distribusi masker dari beberapa daerah di luar Jabodetabek. Elisabeth Liu dan Ardi yang mengordinir distribusi masker di Semarang, Jawa Tengah dan Bekasi, Jawa Barat, menyampaikan optimisme atas sinergi banyak pihak yang dilakukan ini.
Dalam kesempatan yang sama, juru bicara sekaligus Brand Manager Aice Group, Sylvana meyakini kerja sama adalah kunci bagi Indonesia dalam menyelesaikan pandemi COVID-19 saat ini.
Baca juga: Bangkit di tengah keterbatasan di tengah pandemi
Dengan kondisi masyarakat yang majemuk dan tersebarnya masyarakat kurang mampu di seantero Nusantara, membuat pemerintah perlu melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sinergi pencegahan penularan virus ini.
Tiga dari empat aspek penting penanganan kesehatan saat pandemi sangat dipengaruhi oleh kerekatan dan kerjasama sosial semua anak bangsa. Selain aspek kuratif, aspek lain promotif, preventif dan rehabilitatif memerlukan dukungan nyata semua pihak dalam menjalankan disiplin, kesepakatan tentang bahaya dan contoh nyata menjalankan Prokes COVID-19.
Sylvana memaparkan bahwa dalam kenyataan di lapangan, kondisi keterjangkitan virus di masyarakat sangat dipengaruhi oleh kesuksesan kebijakan pemerintah yang ditopang oleh kesepahaman dari berbagai unsur warga masyarakat.
"Dalam aktivitas distribusi puluhan juta masker medis Aice Group sejak akhir tahun lalu di puluhan kota dan kabupaten, ada hikmah tentang pentingnya kerjasama. Keberhasilan gerakan pentahelix membagi 5 juta masker bersama KSP dan GP Ansor ke masyarakat paling rentan, plus belasan juta lainnya lewat warung penjual es krim Aice, kami sangat didukung oleh para alim ulama, tokoh masyarakat, hingga petugas kebersihan dan pedagang pasar," kata Sylvana.
Menurutnya, COVID-19 ini memberikan pelajaran bahwa kerjasama yang dibangun bukanlah melulu di soal penanganan kurasi medik. Justru virus ini hanya bisa ditekan lewat kesepakatan sosial semua kalangan masyarakat.
Melepas tanggung jawab dalam mencegah penularan sosial akan melahirkan krisis yang parah di sektor hilir. Rumah sakit akan penuh pasien dan memberi resiko dan kelelahan luar biasa bagi tenaga medis yang jumlahnya terbatas.
Selain komitmen kerjasama sosial banyak pihak yang intensif tersebut, Aice Group menyampaikan pula komitmen produksi masker medis yang intensif hingga pandemi ini usai. Seperti diketahui sebelumnya, Aice Group sudah memproduksi setidaknya sekitar 50 juta lembar masker medis SHIELD-Aice yang diproduksi di Pabrik Aice Mojokerto, Jawa Timur.
"Selain produksi puluhan juta masker medis, Aice Group juga sudah mengirimkan setidaknya 10 juta es krim berkualitas untuk keperluan donasi ke tenaga kesehatan maupun masyarakat umum di masa pandemi ini," jelas Sylvana.
Baca juga: Ikhtiar menghadapi pandemi COVID-19 dari balik jeruji
Sementara itu, Ketua Umum RNLC19 Kris Budihardjo menjelaskan lembaganya adalah bentuk kerjasama melawan COVID-19 yang berasal dari dan ditujukan untuk warga masyarakat sendiri. Tenaga dan sumber daya lain yang dihimpun oleh RNLC19 berasal dari berbagai kalangan masyarakat, dan didayagunakan ke warga yang paling membutuhkan.
Upaya mengatasi pandemi COVID-19 tidak bisa hanya dilaksanakan oleh Pemerintah. Indonesia membutuhkan sumbangsih nyata semua pihak.
Menurut Kris, KSP dan lembaganya telah bersinergi dengan banyak pihak untuk begerak cepat memberikan bantuan kepada warga yang terkena pandemi, seperti yang dilakukan tim yang berada di wilayah Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Bantuan yang diberikan antara lain pengasapan atau penguapan untuk membasmi virus corona menggunakan Corona Buster hingga pembuatan dapur umum untuk membantu warga yang tengah melakukan isolasi mandiri dan mereka yang sedang menjalani perawatan di berbagai rumah sakit.
"Gerakan RNLC19 adalah misi kemanusiaan untuk memperkuat efektifitas langkah Pemerintah sekaligus mengumpulkan sumber daya dari masyarakat dan kalangan swasta. Meski pemerintah sudah berusaha melakukan hal terbaik dalam mengatasi masalah pandemi ini, tapi kami melihat ada keterbatasannya juga. Kami hadir untuk mengefektifkan itu semua," ujar Kris.
Dalam kesempatan yang sama, aktivis kemanusiaan dan bencana, Faisal Saimima menyampaikan catatan atas kondisi terkini pandemi yang ada di berbagai wilayah Indonesia. Dia mengingatkan bahwa bencana yang terjadi akibat pandemi COVID-19 belumlah menggambarkan berbagai potensi bencana lain yang bisa dialami masyarakat Indonesia dalam waktu dekat.
Pria yang juga menjadi Ketua Pengurus Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) ini menjelaskan bahwa di luar krisis yang terjadi akibat pandemi serta dampak ikutan seperti masalah ekonomi bagi masyarakat, terdapat potensi berbagai bencana alam di berbagai titik wilayah nusantara yang masih mengintai.
"Kita perlu bekerjasama dan cepat mengakhiri pandemi di negeri kita. Di lapangan, masyarakat juga menghadapi berbagai cobaan yang tak kalah berbahaya. Gunung meletus, gempa, banjir, menjadi bahaya ganda lainnya," ujar Faisal.
"Sekali lagi kita perlu bekerjasama dan membangun kesepahaman semua pihak. Kami optimis jika gerakan banyak stakeholder yang dijalankan KSP, swasta dan elemen masyarakat ini Insya Allah akan mampu mengurangi dampak berbagai bencana di masyarakat," imbuhnya.
Baca juga: Meniti perpanjangan PPKM, evaluasi dan perbaikan pelaksanaannya
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021