Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati melakukan peninjauan ke provinsi Maluku, untuk melakukan pemetaan wilayah rawan bencana terutama gempa bumi dan tsunami di tiga daerah di provinsi itu.
Dwikorita yang didampingi Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Darmawan serta sejumlah pejabat BMKG, tiba di Ambon, Kamis,dalam rangka melakukan peninjauan ke sejumlah lokasi yang dinilai rawan bencana di Kota Ambon.
"Saya juga akan ke beberapa desa yang dinilai rawan bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (SBB) untuk melakukan pemetaan daerah rawan gempa," katanya.
Beberapa lokasi rawan gempa di Kota Ambon yang dikunjungi yakni pantai Dusun Air Manis Negeri Laha, Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Pattimura Ambon, Tanjung Martafons Kampung Pisang, pantai Rumah Tiga serta melihat peralatan sistem peringatan dini (early warning system) di Waihaong yang sudah tidak berfungsi.
Pada setiap lokasi yang dikunjungi, selain melihat kawasan pesisir pantai, Dwikorita juga mengajak puluhan stafnya untuk menyusuri jalan dari pantai melalui jalur evakuasi menuju titik kumpul yang telah ditetapkan jika terjadi bencana tsunami.
"Ini salah satu cara untuk menghitung waktu yang dibutuhkan warga untuk mengamankan diri dari pesisir pantai menuju titik kumpul jika terjadi tsunami. Perhitungan waktunya mempertimbangkan kecepatan bergerak orang tua atau lansia," katanya.
Dia menegaskan, berdasarkan hasil penelitian dan pemodelan tsunami dapat terjadi di Ambon dengan ketinggian antara 6-10 meter, dengan perkiraan waktu tiba sembilan menit.
"Karena itu penentuan waktu warga untuk menyelamatkan diri harus diperhitungkan dengan benar, sehingga menghindari jatuhnya korban jiwa saat bencana," katanya.
Dia mengakui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti dan pakar dari dalam dan luar Negeri, wilayah Kota dan Pulau Ambon merupakan salah satu daerah paling rawan terjadi gempa bumi dan tsunami.
Penyebab tsunami di Ambon dan Maluku pada umumnya selain disebabkan gempa tektonik, juga dikarenakan longsoran di dasar laut serta erupsi gunung api dibawah laut.
"Laut Banda misalnya yang berhadapan langsung dengan Pulau Ambon merupakan laut terdalam dan curam, tebingnya bisa longsor dan menimbulkan gelombang pasang," ujarnya.
Dia menambahkan, tinjauan lapangan yang dilakukan bersama tim BMKG di wilayah Maluku akan digunakan untuk memperbaharui peta zona rawan tsunami dan peta dan jalur evakuasi di Teluk Ambon maupun di Maluku Tengah dan SBB.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
Dwikorita yang didampingi Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah IV Makassar Darmawan serta sejumlah pejabat BMKG, tiba di Ambon, Kamis,dalam rangka melakukan peninjauan ke sejumlah lokasi yang dinilai rawan bencana di Kota Ambon.
"Saya juga akan ke beberapa desa yang dinilai rawan bencana gempa bumi dan tsunami di Kabupaten Maluku Tengah dan Seram Bagian Barat (SBB) untuk melakukan pemetaan daerah rawan gempa," katanya.
Beberapa lokasi rawan gempa di Kota Ambon yang dikunjungi yakni pantai Dusun Air Manis Negeri Laha, Kantor BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Pattimura Ambon, Tanjung Martafons Kampung Pisang, pantai Rumah Tiga serta melihat peralatan sistem peringatan dini (early warning system) di Waihaong yang sudah tidak berfungsi.
Pada setiap lokasi yang dikunjungi, selain melihat kawasan pesisir pantai, Dwikorita juga mengajak puluhan stafnya untuk menyusuri jalan dari pantai melalui jalur evakuasi menuju titik kumpul yang telah ditetapkan jika terjadi bencana tsunami.
"Ini salah satu cara untuk menghitung waktu yang dibutuhkan warga untuk mengamankan diri dari pesisir pantai menuju titik kumpul jika terjadi tsunami. Perhitungan waktunya mempertimbangkan kecepatan bergerak orang tua atau lansia," katanya.
Dia menegaskan, berdasarkan hasil penelitian dan pemodelan tsunami dapat terjadi di Ambon dengan ketinggian antara 6-10 meter, dengan perkiraan waktu tiba sembilan menit.
"Karena itu penentuan waktu warga untuk menyelamatkan diri harus diperhitungkan dengan benar, sehingga menghindari jatuhnya korban jiwa saat bencana," katanya.
Dia mengakui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejumlah peneliti dan pakar dari dalam dan luar Negeri, wilayah Kota dan Pulau Ambon merupakan salah satu daerah paling rawan terjadi gempa bumi dan tsunami.
Penyebab tsunami di Ambon dan Maluku pada umumnya selain disebabkan gempa tektonik, juga dikarenakan longsoran di dasar laut serta erupsi gunung api dibawah laut.
"Laut Banda misalnya yang berhadapan langsung dengan Pulau Ambon merupakan laut terdalam dan curam, tebingnya bisa longsor dan menimbulkan gelombang pasang," ujarnya.
Dia menambahkan, tinjauan lapangan yang dilakukan bersama tim BMKG di wilayah Maluku akan digunakan untuk memperbaharui peta zona rawan tsunami dan peta dan jalur evakuasi di Teluk Ambon maupun di Maluku Tengah dan SBB.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021