Dinas Pariwisata Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) menggandeng Indonesia Creative Cities Network (ICCN) bersama berbagai elemen untuk membuat perencanaan dan konsep untuk jadikan Ternate sebagai "jalur kota rempah".
"Tentunya, untuk jadikan Ternate sebagai kota rempah, harusnya dibarengi dengan upaya merevitalisasi pembangunan kearifan tata nilai lokal sebagai perwujudannya," kata Kadispar Kota Ternate, Rizal Marsaoly di Ternate, Senin.
Rizal menjelaskan opsi predikat yang sudah diperoleh adalah menetapkan Kota Ternate sebagai Kota Rempah, sehingga perencanaan konsep "city branding" ini dilakukan sejak tahun 2019 dengan melakukan berbagai tahapan seperti pengumpulan data, pengamatan, evaluasi oleh tim yang telah dibentuk seperti identitas dari suatu kota untuk memasarkan segala aktivitas dari kota seperti pengembangan objek wisata dan budaya daerah ini.
Sedangkan, Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman berharap Ternate memiliki branding dan public pasti tahu kalau Ternate merupakan kota jasa, kota budaya, hingga kota sejarah dengan memiliki berbagai peningggalan sejarah seperti benteng yang dimiliki colonial semasa berada di Kota Ternate.
Baca juga: Moluccas Coastal Care bangun rumah pengeringan rempah di Banda, tingkatkan kualitas
Sementara itu, Pemprov Malut sebelumnya berupaya mendatangkan berbagai investor, terutama dalam pengembangan dan pembangunan industri komoditi local guna mewujudkan kesejahteraan para petani setempat.
Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba misalnya ketika dihubungi sebelumnya membenarkan, saat ini Pemprov Malut focus dalam pengembangan ekonomi masyarakat, sebab dengan kekayaan rempah-rempah berupa cengkeh, pala dan kelapa harus dilengkapi dengan ketersediaan industry local.
Menurutnya, salah satu persoalan di Malut adalah masalah ekonomi, karena terkait rempah-rempah yang ada di daerah ini bisa berkembang kalau ada industry pengembangan komoditi local.
Selain itu, sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masayarakat, diminta pengadaan industri komoditi lokal bernilai ekonomi seperti cengkeh, pala dan kelapa di Malut.
"Kita akan minta supaya ada industri yang bisa mensejahterakan masyarakat, karena sebagian besar merupakan petani," ujar gubernur dua periode tersebut.
Baca juga: Fotografer National Geographic latih komunitas foto di Pulau Banda, tingkatkan profesionalisme
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Tentunya, untuk jadikan Ternate sebagai kota rempah, harusnya dibarengi dengan upaya merevitalisasi pembangunan kearifan tata nilai lokal sebagai perwujudannya," kata Kadispar Kota Ternate, Rizal Marsaoly di Ternate, Senin.
Rizal menjelaskan opsi predikat yang sudah diperoleh adalah menetapkan Kota Ternate sebagai Kota Rempah, sehingga perencanaan konsep "city branding" ini dilakukan sejak tahun 2019 dengan melakukan berbagai tahapan seperti pengumpulan data, pengamatan, evaluasi oleh tim yang telah dibentuk seperti identitas dari suatu kota untuk memasarkan segala aktivitas dari kota seperti pengembangan objek wisata dan budaya daerah ini.
Sedangkan, Wali Kota Ternate, M Tauhid Soleman berharap Ternate memiliki branding dan public pasti tahu kalau Ternate merupakan kota jasa, kota budaya, hingga kota sejarah dengan memiliki berbagai peningggalan sejarah seperti benteng yang dimiliki colonial semasa berada di Kota Ternate.
Baca juga: Moluccas Coastal Care bangun rumah pengeringan rempah di Banda, tingkatkan kualitas
Sementara itu, Pemprov Malut sebelumnya berupaya mendatangkan berbagai investor, terutama dalam pengembangan dan pembangunan industri komoditi local guna mewujudkan kesejahteraan para petani setempat.
Gubernur Malut, Abdul Gani Kasuba misalnya ketika dihubungi sebelumnya membenarkan, saat ini Pemprov Malut focus dalam pengembangan ekonomi masyarakat, sebab dengan kekayaan rempah-rempah berupa cengkeh, pala dan kelapa harus dilengkapi dengan ketersediaan industry local.
Menurutnya, salah satu persoalan di Malut adalah masalah ekonomi, karena terkait rempah-rempah yang ada di daerah ini bisa berkembang kalau ada industry pengembangan komoditi local.
Selain itu, sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan masayarakat, diminta pengadaan industri komoditi lokal bernilai ekonomi seperti cengkeh, pala dan kelapa di Malut.
"Kita akan minta supaya ada industri yang bisa mensejahterakan masyarakat, karena sebagian besar merupakan petani," ujar gubernur dua periode tersebut.
Baca juga: Fotografer National Geographic latih komunitas foto di Pulau Banda, tingkatkan profesionalisme
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021