Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Ambon menggelar nonton bareng dan dikusi film dokumenter "A Thousand Cuts" yang mengisahkan konflik antara pendiri situs berita online Rappler, Maria Ressa dengan pemerintah Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte, Sabtu.
Bertajuk "Darurat Demokrasi dan Kebebasan Pers", nonton bareng dan diskusi film "A Thousand Cuts" menghadirkan pegiat demokrasi dan akademisi dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Rusdi Abidin, dan jurnalis senior yang juga anggota AJI Ambon, M Yani Kubangun sebagai pembicara.
Dihadiri oleh 40 jurnalis, mahasiswa dari berbagi perguruan tinggi, aktivis dan organisasi kepemudaan, kegiatan tersebut digelar untuk mendorong kebebasan pers dan pengawasan terhadap jalannya demokrasi.
"Jalannya demokrasi dalam suatu negara beriringan keterbukaan atau kebebasan pers, karena demokrasi adalah rakyat dan pers menyuarakan kepentingan dan suara rakyat," kata Ketua AJI Ambon, Tajudin Buano usai nonton bareng dan diskusi film "A Thousand Cuts".
Ia mengatakan jurnalis adalah corong informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait demokrasi dan jalannya pemerintahan, seringkali harus menghadapi masalah jika berhadapan dengan kepentingan sekelompok orang atau pihak tertentu, termasuk juga pemerintah di tingkat lokal.
Kisah Maria Ressa dalam film dokumenter A Thousand Cuts menjadi contoh nyata bahwa hingga hari ini jurnalis masih dihadapkan dengan tekanan dan kemungkinan dibungkam atau dipenjarakan, hanya karena menjalankan tugasnya menyuarakan demokrasi.
Penangkapan pendiri situs berita online Rappler yang juga mantan wartawan CNN tersebut karena pemberitaannya mengenai situasi periode kampanye pemilihan Presiden Rodrigo Duterte yang menggunakan tim penyebar isu-isu hoaks, perang terhadap narkoba dan isu lainnya yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia di Filipina, sedikit banyak mirip dengan negara-negara lainnya di dunia, tidak terkecuali Indonesia.
"Ini menjadi catatan bagi kita semua sampai hari ini pun jurnalis masih mengalami ancaman dalam menjalankan profesi dan tugasnya sebagai pembawa berita dan informasi mengenai jalannya pemerintahan, serta memberikan edukasi kepada masyarakat," ucap Tajudin.
Disutradarai oleh Ramona Diaz, film dokumenter A Thousand Cuts mengeksplorasi konflik antara pers dan pemerintah Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte. Film ini tayang perdana di Festival Film Sundance pada 25 Januari 2020, dan diputar daring secara serentak di Filipina, Malaysia dan Indonesia pada 2-9 November 2021.
Di Indonesia, pemutaran film ini dilangsungkan oleh AJI di 10 kota, yakni Pangkalpinang, Lhoksemauwe, Bireuwen, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Ambon, Mandar dan Pontianak untuk memperingati Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas atas Kejahatan terhadap Jurnalis.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
Bertajuk "Darurat Demokrasi dan Kebebasan Pers", nonton bareng dan diskusi film "A Thousand Cuts" menghadirkan pegiat demokrasi dan akademisi dari Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, Rusdi Abidin, dan jurnalis senior yang juga anggota AJI Ambon, M Yani Kubangun sebagai pembicara.
Dihadiri oleh 40 jurnalis, mahasiswa dari berbagi perguruan tinggi, aktivis dan organisasi kepemudaan, kegiatan tersebut digelar untuk mendorong kebebasan pers dan pengawasan terhadap jalannya demokrasi.
"Jalannya demokrasi dalam suatu negara beriringan keterbukaan atau kebebasan pers, karena demokrasi adalah rakyat dan pers menyuarakan kepentingan dan suara rakyat," kata Ketua AJI Ambon, Tajudin Buano usai nonton bareng dan diskusi film "A Thousand Cuts".
Ia mengatakan jurnalis adalah corong informasi dan edukasi kepada masyarakat terkait demokrasi dan jalannya pemerintahan, seringkali harus menghadapi masalah jika berhadapan dengan kepentingan sekelompok orang atau pihak tertentu, termasuk juga pemerintah di tingkat lokal.
Kisah Maria Ressa dalam film dokumenter A Thousand Cuts menjadi contoh nyata bahwa hingga hari ini jurnalis masih dihadapkan dengan tekanan dan kemungkinan dibungkam atau dipenjarakan, hanya karena menjalankan tugasnya menyuarakan demokrasi.
Penangkapan pendiri situs berita online Rappler yang juga mantan wartawan CNN tersebut karena pemberitaannya mengenai situasi periode kampanye pemilihan Presiden Rodrigo Duterte yang menggunakan tim penyebar isu-isu hoaks, perang terhadap narkoba dan isu lainnya yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia di Filipina, sedikit banyak mirip dengan negara-negara lainnya di dunia, tidak terkecuali Indonesia.
"Ini menjadi catatan bagi kita semua sampai hari ini pun jurnalis masih mengalami ancaman dalam menjalankan profesi dan tugasnya sebagai pembawa berita dan informasi mengenai jalannya pemerintahan, serta memberikan edukasi kepada masyarakat," ucap Tajudin.
Disutradarai oleh Ramona Diaz, film dokumenter A Thousand Cuts mengeksplorasi konflik antara pers dan pemerintah Filipina di bawah Presiden Rodrigo Duterte. Film ini tayang perdana di Festival Film Sundance pada 25 Januari 2020, dan diputar daring secara serentak di Filipina, Malaysia dan Indonesia pada 2-9 November 2021.
Di Indonesia, pemutaran film ini dilangsungkan oleh AJI di 10 kota, yakni Pangkalpinang, Lhoksemauwe, Bireuwen, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Ambon, Mandar dan Pontianak untuk memperingati Hari Internasional untuk Mengakhiri Impunitas atas Kejahatan terhadap Jurnalis.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021