Ledakan pertumbuhan alga jenis Gonyaulax sp kembali terjadi di Teluk Ambon, Pulau Ambon, Provinsi Maluku.
"Kamis (18/11) kemarin ada blooming lagi, alga jenis Gonyaulax sp, tidak berbahaya bagi kesehatan manusia tapi berbahaya bagi perairan, terutama biota laut," kata Semmy Likumahuwa, peneliti mikro alga dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di Ambon, Senin (23/11).
Menurut dia, ledakan pertumbuhan alga jenis Gonyaulax sp pada 18 November 2021 terjadi di Teluk Ambon bagian dalam, tepatnya di wilayah perairan Desa Latta dan Waiheru di Kecamatan Baguala.
Ledakan pertumbuhan alga di wilayah perairan itu, menurut dia, tidak sampai menyebabkan kematian massal ikan.
Ia mengemukakan bahwa ledakan pertumbuhan jenis alga tersebut kemungkinan terjadi karena masuknya banyak unsur hara dari darat ke perairan saat hujan turun.
Baca juga: Peneliti: pelayaran kapal antarnegara penyebab alga beracun Teluk Ambon
Semmy mengatakan bahwa ledakan pertumbuhan alga Gonyaulax sp juga terjadi pada 25 Oktober 2021 di wilayah perairan Desa Waiheru.
Ledakan pertumbuhan alga tersebut menyebabkan air laut berwarna kecoklatan dan ikan-ikan yang dipelihara di keramba mati.
"Kami sampling karena ada permintaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon. Mereka mendapat laporan dari pemilik keramba di Teluk Ambon bagian dalam (bahwa) telah terjadi kematian ikan pada akhir Oktober 2021," kata Semmy.
Ia menjelaskan bahwa ledakan pertumbuhan alga tidak membahayakan bagi manusia, namun bisa menyebabkan biota laut yang lain kekurangan oksigen dan mati.
Menurut dia, ledakan populasi alga umumnya terjadi akibat kelebihan unsur hara di perairan dan kondisi tersebut bisa bertahan hingga satu pekan.
Ia mengatakan, ledakan populasi Gonyaulax sp yang terjadi di Teluk Ambon bagian dalam pada tahun 2019 berlangsung selama enam hari, namun tidak sampai menyebabkan kematian massal ikan.
Semmy juga mengemukakan adanya dugaan mengenai pengaruh aktivitas manusia terhadap kelebihan unsur hara di perairan yang bisa menimbulkan ledakan pertumbuhan alga.
"Memang secara sains masih ada perdebatan, tapi di beberapa tempat seperti di Singapura dan Malaysia mereka sudah menemukan bukti bahwa aktivitas manusia atau masukan dari darat menyumbang unsur hara yang banyak sehingga memicu blooming alga," katanya.
Baca juga: Peringati HUT TNI, ratusan prajurit Lantamal IX bersihkan sampah di Teluk Ambon
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021
"Kamis (18/11) kemarin ada blooming lagi, alga jenis Gonyaulax sp, tidak berbahaya bagi kesehatan manusia tapi berbahaya bagi perairan, terutama biota laut," kata Semmy Likumahuwa, peneliti mikro alga dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), di Ambon, Senin (23/11).
Menurut dia, ledakan pertumbuhan alga jenis Gonyaulax sp pada 18 November 2021 terjadi di Teluk Ambon bagian dalam, tepatnya di wilayah perairan Desa Latta dan Waiheru di Kecamatan Baguala.
Ledakan pertumbuhan alga di wilayah perairan itu, menurut dia, tidak sampai menyebabkan kematian massal ikan.
Ia mengemukakan bahwa ledakan pertumbuhan jenis alga tersebut kemungkinan terjadi karena masuknya banyak unsur hara dari darat ke perairan saat hujan turun.
Baca juga: Peneliti: pelayaran kapal antarnegara penyebab alga beracun Teluk Ambon
Semmy mengatakan bahwa ledakan pertumbuhan alga Gonyaulax sp juga terjadi pada 25 Oktober 2021 di wilayah perairan Desa Waiheru.
Ledakan pertumbuhan alga tersebut menyebabkan air laut berwarna kecoklatan dan ikan-ikan yang dipelihara di keramba mati.
"Kami sampling karena ada permintaan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Ambon. Mereka mendapat laporan dari pemilik keramba di Teluk Ambon bagian dalam (bahwa) telah terjadi kematian ikan pada akhir Oktober 2021," kata Semmy.
Ia menjelaskan bahwa ledakan pertumbuhan alga tidak membahayakan bagi manusia, namun bisa menyebabkan biota laut yang lain kekurangan oksigen dan mati.
Menurut dia, ledakan populasi alga umumnya terjadi akibat kelebihan unsur hara di perairan dan kondisi tersebut bisa bertahan hingga satu pekan.
Ia mengatakan, ledakan populasi Gonyaulax sp yang terjadi di Teluk Ambon bagian dalam pada tahun 2019 berlangsung selama enam hari, namun tidak sampai menyebabkan kematian massal ikan.
Semmy juga mengemukakan adanya dugaan mengenai pengaruh aktivitas manusia terhadap kelebihan unsur hara di perairan yang bisa menimbulkan ledakan pertumbuhan alga.
"Memang secara sains masih ada perdebatan, tapi di beberapa tempat seperti di Singapura dan Malaysia mereka sudah menemukan bukti bahwa aktivitas manusia atau masukan dari darat menyumbang unsur hara yang banyak sehingga memicu blooming alga," katanya.
Baca juga: Peringati HUT TNI, ratusan prajurit Lantamal IX bersihkan sampah di Teluk Ambon
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2021