Kerukunan Masyarakat Indonesia Maluku (KMIM) yang berada di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) memperingati hari perlawanan pahlawan nasional Kapitan Pattimura melawan penjajah dengan menggelar adat "Bambu Gila".

Ketua KMIM Yansen Sirtolang, di Kendari, Jumat (8/4), mengatakan pagelaran seni tradisional "Bambu Gila" khas Maluku semata-mata hanya untuk memperingati perjuangan Kapitan Pattimura ke-205 yang jatuh pada tanggal 15 Mei 2022.

"Peringatan wafatnya Kapitan Pattimura sebagai momentum untuk melecut semangat pemuda Maluku," kata Yansen.

Perjuangan Thomas Matulessy yang dijuluki Kapitan Pattimura harus menjadi momentum untuk menggelorakan perjuangan generasi muda Maluku dalam membangun negerinya. Begitu juga dengan masyarakat Maluku yang ada di Sultra.

"Generasi muda dan seluruh masyarakat Maluku harus termotivasi untuk terus berjuang dan maju serta berdaya saing demi kemajuan negeri tercinta," ujar Yansen.

Perjuangan Kapitan Pattimura merupakan peristiwa penting dan menjadi catatan sejarah yang harus selalu dikenang, disebarluaskan dan disosialisasikan kepada generasi muda.

Oleh karena itu semangat perjuangan Kapitan Pattimura hendaknya menggugah hati dan tekad untuk memperkokoh dan meningkatkan rasa persatuan, kebersamaan dan kerukunan dimana pun berada.

Baca juga: Peringatan Hari Pattimura Dipusatkan di Saparua

Dalam kegiatan nanti, Yansen menyampaikan bahwa akan ada tradisi bakar obor, lari obor dan masuk kintal. Selain itu ada pagelaran budaya Maluku, seperti Tarian Bambu Gila, Cakalele, Tari Lenso dan Toki Gaba Gaba

Dia menjelaskan, perayaan ini biasanya ditandai dengan obor yang menurut orang tua-tua berfungsi untuk membakar semangat perjuangan Pattimura.

Pada 14 Mei 1817, Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura melakukan musyawarah besar di Gunung Saniri di Negeri Tuhaha dengan semua kapitan dari Pulau Ambon, Seram, Saparua, Haruku dan Nusalaut, untuk menyusun strategi mengusir Belanda dari Maluku.

Oleh sebab itu, setiap tanggal 14 Mei dilakukan proses pembakaran obor Pattimura di Gunung Saniri.

Upacara ini sebenarnya merekonstruksi bagaimana seorang Kapitan Pattimura sebelum melakukan perlawanan dengan pihak Belanda, kemudian melakukan upacara adat untuk meminta restu dari Tuhan dan para leluhur di dalam menyatukan hati dan menggelorakan keberanian.

Yansen mengajak seluruh masyarakat Sultra untuk bersama-sama menyaksikan pagelaran budaya yang akan mereka gelar.

"Sebagai ketua kerukunan, saya mengajak kepada seluruh masyarakat Sultra, khususnya yang berada di sekitar Konsel untuk bersama-sama menyaksikan serta merayakan peringatan Pattimura tersebut, tentu dengan saling menjaga kebersamaan dalam persaudaraan, karena kita semua bersaudara," kata Yansen.

 

Pewarta: Sarjono

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2022