Aksi pemblokiran lokasi Bandara Rar Gwamar dengan melakukan "Sasi adat" oleh masyarakat Desa Wangel, Kecamatan Aru Utara, Kabupaten Kepulauan Aru sejak Kamis (3/2) masih berlanjut. Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Kepualaun Aru, Jimmy Anggrek maupun Kepala Perwakilan Bandara Rar Gwamar Dobo, Sudarto yang dihubungi dari Ambon, Jumat, belum dapat memberi keterangan, namun sejumlah petugas bandara mengaku aktivitas penerbangan belum berjalan. "Sasi adat untuk memblokir aktivitas di bandara oleh warga Wangel yang dikoordinir Julianus Yansen masih berlanjut sehingga rencana keberangkatan calon penumpang pesawat dari Dobo tujuan Langgur (Maluku Tenggara) dan Ambon masih tertunda," kata sejumlah petugas bandara. Aksi demo warga desa Wangel ini dilakukan karena mereka merasa pemerintah daerah belum membayar lunas anggaran pembebasan lahan perpanjangan bandara senilai Rp2 miliar sejak tahun 2009. Mantan anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Aru, Welhelmus Barends mengatakan, warga seharusnya tidak melalakukan sasi adat di lokasi bandara karena anggaran tersebut telah dilunasi Pemerintah Kabupate. Karena sebelum pengerjaan proyek perpanjangan bandara dari 800 meter menjadi 1.300 meter dilakukan, Pemkab telah mencairkan dana tahap pertama sebesar Rp700 juta melalui Kepala Desa Wangel, Arie Barends. Proses pencairan tahap kedua dan ketiga masing-masing senilai Rp1 miliar juga dilakukan Kepala Desa yang saat ini menjadi anggota DPRD Kabupaten Kepulauan Aru. Namun pencairan sisa anggaran Rp2 miliar ini tidak diketahui warga desa sehingga mereka melakukan aksi demo dengan memblokir aktivitas bandara sambil melakukan dialog dan negosiasi dengan pemerintah daerah. "Seharusnya tidak perlu memblokir lokasi bandara karena menghambat kegiatan penerbangan, dan warga lebih tepat mencari Kepala Desa untuk meminta pertanggung jawabannya," kata Barends.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011