Penggunaan energi gas sebenarnya masih jauh lebih efektif dari energi nuklir untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). "Banyak keunggulan energi gas membuat proyek pembangkit listrik karena lebih aman dibanding energi nuklir yang memerlukan penguasaan teknologi tinggi," kata Plt Kadis Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Maluku Barat Daya, Rony Kakerisa yang dihubungi dari Ambon, Sabtu. Penggunaan energi gas untuk memutar turbin listrik lebih besar dari nuklir dan tidak ada limbahnya. Berbeda dengan nuklir yang ada limbahnya untuk dibuang ke lokasi yang benar-benar aman atau batubara sebagai pembangkit listrik yang terdapat limbah berupa abu. Menurut Kakerisa, Indonesia secara umum dan khususnya di Provinsi Maluku belum saatnya membangun PLTN karena masih terdapat aneka ragam sumber daya alam menjanjikan berupa gas, batubara, panas bumi atau tenaga angin dan air. "Berbagai pulau di kawasan Kabupaten MBD umumnya memiliki curah hujan yang rendah dalam setahun, sehingga potensi energi matahari, angin atau ombak bisa dijadikan sumber untuk membangun pembangkit listrik," katanya. Sumber daya alam berupa gas alam cair yang akan diproduksi di blok Masela memiliki potensi lebih dari 10 juta triliun kubik setiap tahun bisa dijadikan modal membangun pembangkit listrik berskala besar. Dia mencontohkan penggunaan energi gas untuk pembangkit listrik di Bula, Kabupaten Seram Timur oleh perusahan minyak Kufpec asal Kuwait untuk memenuhi kebutuhan listrik mereka. "Kalau pun ada kebijakan Pempus menjadikan Maluku sebagai lokasi pembangunan PLTN, sebenarnya sangat positif untuk memenuhi kebutuhan listrik di masa datang, tapi perhitungannya harus matang mengingat daerah ini termasuk kawasan rawan gempa tektonik," katanya.

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2011