Penggawa band rock Dewa 19 Ahmad Dhani mengungkapkan cerita unik dari balik dapur rekaman proyek musik Dewa 19 All Stars yang melibatkan sejumlah musisi jempolan dunia, salah satunya adalah kisah dengan mantan penggebuk drum Toto, Simon Phillips.
Simon Phillips adalah salah satu dari beberapa orang musisi internasional yang digandeng oleh Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan untuk terlibat dalam single terbaru Dewa 19 All Stars berjudul “Love is Blind”.
Ahmad Dhani, saat peluncuran video musik “Love is Blind” di Jakarta, Selasa (4/4), menceritakan usai rekaman sesi drum, rupanya drummer gaek berusia 66 tahun tersebut tidak sependapat dengan metode Ahmad Dhani dalam mengolah gebukan drumnya, yang berkaitan dengan proses quantize.
Proses quantize adalah proses menjadikan setiap berkas suara yang ada di papan kerja multilapisan memiliki presisi atau ketepatan sesuai dengan grid alias bilah-bilah tempo atau ketukan yang bersifat ajek atau konstan.
Baca juga: Pengacara Ahmad Dhani sambut positif keinginan Once duduk bersama
“Sempat ada pertempuran pendapat antara saya dan dia. Simon marah kepada saya karena rekaman drumnya saya quantize. Dia marah tapi saya cuekin saja karena, toh, produsernya Ahmad Dhani. Bukan berarti dia bule terkenal lalu bisa ngatur Ahmad Dhani. Nggak bisa. Musik Dewa 19 ini musik quantize, musik sequencer,” kata Dhani memaparkan.
Dhani melanjutkan bahwa ia sempat memberikan penjelasan kepada Simon Phillips bahwa Dewa 19 adalah band elektronik sehingga pasti memiliki elemen looping synthesizer di lagu-lagunya. Bila hasil rekaman drum tidak diproses secara presisi, maka kemungkinan lagu akan mengalami ketimpangan.
"Tetapi dia nggak terima walau tetap menghormati kemauan saya. Dia bahkan sempat omong, ’Ngapain lo suruh Picasso melukis, tapi, hasilnya kayak pelukis jalanan?’ Saya jawab: bodo amat!” kata Dhani dan tertawa.
Simon Phillips adalah drummer berkebangsaan Inggris yang mulai memperkuat band rock Toto menggantikan mendiang drummer Jeff Porcaro untuk menyelesaikan penggarapan album ke delapan band itu, yang bertajuk “Kingdom of Desire” pada 1992.
Baca juga: Once sesalkan pembentukan opini publik sudutkan sebagai pihak bersalah
Dia lantas mulai menetap di Los Angeles dan selepas tur album “Kingdom of Desire”, Phillips secara resmi bergabung dengan Toto hingga terakhir tampil bersama band tersebut pada 2013.
Toto adalah band asal Los Angeles Amerika Serikat, dikenal lewat gaya bermusik yang mampu secara apik memadukan berbagai macam elemen seperti pop, rock, soul, funk, progressive rock, hard rock, R&B, blues, hingga jazz. Terbentuk sejak 1977, band ini telah menelurkan 14 album penuh, menjual lebih dari 40 juta rekaman ke seluruh dunia, memperoleh enam kali Grammy Awards, serta masuk dalam Musicians Hall of Fame and Museum pada 2009.
Selain Simon Phillips, dalam mega proyek musik Dewa 19 All Stars, Ahmad Dhani juga menggandeng beberapa nama lain yaitu mantan gitaris band Guns N’ Roses Ron Thal “Bumblefoot”, pembetot bass Mr. Big Billy Sheehan, eks pemain organ Dream Theatre Derek Sherinian, mantan vokalis Yngwie Malmsteen yaitu Jeff Scott Soto, serta vokalis Dino Jelusick yang suaranya sempat menjadi bagian dari band Whitesnake.
Dhani menambahkan bahwa tidak ada standar tinggi yang ditetapkan oleh deret musisi papan atas dunia tersebut selama proses rekaman berlangsung.
“Dino Delusick juga awalnya agak ogah-ogahan untuk bawakan ‘Bohemian Rhapsody’. Tetapi setelah saya hubungi dan jelaskan aransemennya akan seperti apa, akhirnya dia setuju,” kata Dhani.
Untuk mempermudah proses rekaman, Dhani dan Andra telah menyiapkan materi demo lagu lengkap dengan lagu menggunakan lirik Bahasa Inggris yang kemudian dikirimkan kepada musisi rekanan kerja mereka.
“Jadi, yang mereka dengar sudah versi demo lengkap. Saya yang jadi penerjemah liriknya. Dari 100 kata, hanya ada 15 kata yang salah. Jadi nilainya 85, lumayan lah, ya,” kata Dhani sambil bercanda.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kala Ahmad Dhani mampu pegang kendali musisi kaliber top dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
Simon Phillips adalah salah satu dari beberapa orang musisi internasional yang digandeng oleh Ahmad Dhani dan Andra Ramadhan untuk terlibat dalam single terbaru Dewa 19 All Stars berjudul “Love is Blind”.
Ahmad Dhani, saat peluncuran video musik “Love is Blind” di Jakarta, Selasa (4/4), menceritakan usai rekaman sesi drum, rupanya drummer gaek berusia 66 tahun tersebut tidak sependapat dengan metode Ahmad Dhani dalam mengolah gebukan drumnya, yang berkaitan dengan proses quantize.
Proses quantize adalah proses menjadikan setiap berkas suara yang ada di papan kerja multilapisan memiliki presisi atau ketepatan sesuai dengan grid alias bilah-bilah tempo atau ketukan yang bersifat ajek atau konstan.
Baca juga: Pengacara Ahmad Dhani sambut positif keinginan Once duduk bersama
“Sempat ada pertempuran pendapat antara saya dan dia. Simon marah kepada saya karena rekaman drumnya saya quantize. Dia marah tapi saya cuekin saja karena, toh, produsernya Ahmad Dhani. Bukan berarti dia bule terkenal lalu bisa ngatur Ahmad Dhani. Nggak bisa. Musik Dewa 19 ini musik quantize, musik sequencer,” kata Dhani memaparkan.
Dhani melanjutkan bahwa ia sempat memberikan penjelasan kepada Simon Phillips bahwa Dewa 19 adalah band elektronik sehingga pasti memiliki elemen looping synthesizer di lagu-lagunya. Bila hasil rekaman drum tidak diproses secara presisi, maka kemungkinan lagu akan mengalami ketimpangan.
"Tetapi dia nggak terima walau tetap menghormati kemauan saya. Dia bahkan sempat omong, ’Ngapain lo suruh Picasso melukis, tapi, hasilnya kayak pelukis jalanan?’ Saya jawab: bodo amat!” kata Dhani dan tertawa.
Simon Phillips adalah drummer berkebangsaan Inggris yang mulai memperkuat band rock Toto menggantikan mendiang drummer Jeff Porcaro untuk menyelesaikan penggarapan album ke delapan band itu, yang bertajuk “Kingdom of Desire” pada 1992.
Baca juga: Once sesalkan pembentukan opini publik sudutkan sebagai pihak bersalah
Dia lantas mulai menetap di Los Angeles dan selepas tur album “Kingdom of Desire”, Phillips secara resmi bergabung dengan Toto hingga terakhir tampil bersama band tersebut pada 2013.
Toto adalah band asal Los Angeles Amerika Serikat, dikenal lewat gaya bermusik yang mampu secara apik memadukan berbagai macam elemen seperti pop, rock, soul, funk, progressive rock, hard rock, R&B, blues, hingga jazz. Terbentuk sejak 1977, band ini telah menelurkan 14 album penuh, menjual lebih dari 40 juta rekaman ke seluruh dunia, memperoleh enam kali Grammy Awards, serta masuk dalam Musicians Hall of Fame and Museum pada 2009.
Selain Simon Phillips, dalam mega proyek musik Dewa 19 All Stars, Ahmad Dhani juga menggandeng beberapa nama lain yaitu mantan gitaris band Guns N’ Roses Ron Thal “Bumblefoot”, pembetot bass Mr. Big Billy Sheehan, eks pemain organ Dream Theatre Derek Sherinian, mantan vokalis Yngwie Malmsteen yaitu Jeff Scott Soto, serta vokalis Dino Jelusick yang suaranya sempat menjadi bagian dari band Whitesnake.
Dhani menambahkan bahwa tidak ada standar tinggi yang ditetapkan oleh deret musisi papan atas dunia tersebut selama proses rekaman berlangsung.
“Dino Delusick juga awalnya agak ogah-ogahan untuk bawakan ‘Bohemian Rhapsody’. Tetapi setelah saya hubungi dan jelaskan aransemennya akan seperti apa, akhirnya dia setuju,” kata Dhani.
Untuk mempermudah proses rekaman, Dhani dan Andra telah menyiapkan materi demo lagu lengkap dengan lagu menggunakan lirik Bahasa Inggris yang kemudian dikirimkan kepada musisi rekanan kerja mereka.
“Jadi, yang mereka dengar sudah versi demo lengkap. Saya yang jadi penerjemah liriknya. Dari 100 kata, hanya ada 15 kata yang salah. Jadi nilainya 85, lumayan lah, ya,” kata Dhani sambil bercanda.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kala Ahmad Dhani mampu pegang kendali musisi kaliber top dunia
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023