Debur ombak kecil dan besar seolah bersaing dengan suara anak-anak dan remaja yang memenuhi pinggiran pantai Namalatu, tanjung Nusaniwe, kota Ambon, Maluku.

Senin, saat libur hari raya Tahun Baru Cina, Imlek 2012, jerit dan gelak tawa ceria mereka mengimbangi suara ombak yang terbanting di tepian pantai berpasir putih.

Bercengkrama dengan ombak. Mungkin, Ini istilah cukup pas atau tepat untuk menggambarkan keceriaan itu.

Selain berenang, banyak anak-anak dan remaja yang mencoba kemampuan bersalto dari bibir pantai dan langsung masuk ke dalam air. Sebagian lagi hanya tidur di pasir dan membiarkan ombak menghantam serta mendorong tubuh mungil mereka ke tepian.

Lebih dari itu, ada yang berani melompat dari ujung karang ke dalam air yang agak dalam dengan membuat gerakan salto di udara.

Semua aksi itu dilakukan tanpa rasa takut, gelak tawalah yang terdengar manakala ada yang melakukan gerakan salah (tidak sempurna) dan jatuh dengan tubuh menghantam air.

"Pasti sasa (sesak nafas) itu," demikian cemooh yang kerap terdengar.

Sementara di kios-kios penjaja rujak, pengunjung tua dan muda bergerombol menunggu giliran pesanannya selesai dibuat.

Berisi irisan buah nanas, kedondong, pepaya mengkal, belimbing, jambu air dengan bumbu khas kacang dan gula merah, satu porsi piring kecil rujak dijual seharga Rp10.000.

Banyak yang bilang, "hemmmm .... murah dan mantap."

Suasana khas pantai Namalatu itu dapat diperoleh dan dinikmati oleh siapa saja yang berkunjung, asalkan pada hari libur.

"Parkir terbatas"

Pantai Namalatu terletak di sebelah barat kota Ambon, berjarak 17 kilimeter dari pusat kota. Pengunjung yang mengendarai mobil dapat mencapainya dalam waktu tempuh lebih kurang 35 menit.

Secara umum, objek wisata ini cukup tertata baik dan memiliki fasilitas penunjang bagi orang yang ingin bertamasya di sana.

Selain kios-kios penjaja rujak, es buah dan makanan lainnya cukup banyak, terdapat juga pondok untuk rapat atau pun menggelar pertunjukan.

Puluhan tempat duduk beratap yang dicat warna biru dan bersih seolah menambah keelokan paras pantai berkarang papan ini.

Satu hal yang mungkin terasa kurang adalah keterbatasan lahan parkir.

Belum lagi waktu menunjukkan pukul 14.00 WIT, sebagian kendaraan terpaksa parkir di luar, di pinggir jalan dekat tembok panjang yang membatasi area objek wisata.

Selain itu, tidak sedikit yang berbalik arah, kemungkinan menuju objek wisata Pintu Kota yang memang terletak tidak jauh dari situ.

Menurut pengakuan seorang petugas di pos tiket, sejak pagi hingga pukul 15.00 WIT jumlah pengunjung belum mencapai 1.000 orang.

Bila masalah keterbatasan lahan parkir bisa segera diatasi demi kenyamanan pengunjung, maka ada harapan jumlah wisatawan yang berkunjung ke tempat ini lebih banyak lagi di waktu- waktu mendatang.

Saat sore menjelang dan langit mulai merona, pengunjung pun semakin banyak yang beranjak pulang, meninggalkan pantai Namalatu dalam kesendirian.

Ketika sang dewi malam benar-benar sudah mendekat, tersisa satu hingga dua pengunjung yang masih bertahan duduk di beton pemecah ombak, tampaknya mereka begitu menikmati kesunyian sambil melepas pandangan mata ke laut lepas.

Sejenak kemudian suasana pun menjadi benar-benar senyap dan tidak lagi terlihat ada anak-anak bercengkrama dengan ombak di tepi pantai.

Di kejauhan, samar-samar terlihat perahu nelayan bergerak lincah ke tengah laut untuk menangkap ikan.

Pewarta: ANTARA

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012