Ambon (Antara Maluku) - Keberadaan tambang emas rakyat di dataran Waeapo, Kabupaten Buru, bisa mempengaruhi gairah para petani di daerah itu dalam memroduksi padi.

"Kalau semua orang sudah disibukkan dengan kegiatan mencari logam mulia ini, maka perhatian mereka terhadap usaha pertanian atau pengembangan tanaman padi akan terganggu dan tingkat produktivitas berasnya akan menurun," kata Ketua Komisi B DPRD Maluku, Melky Frans di Ambon, Selasa.

Selain mempengaruhi usaha pertanian, kegiatan tambang emas rakyat ini juga bisa berdampak pada masalah lingkungan sehingga rencana penutupan sementara oleh Pemkab Buru atas usulan masyarakat setempat cukup beralasan.

Menurut Melky, Pemerintah Kabupaten Buru maupun Pemprov Maluku sendiri telah memprogramkan kawasan Buru sebagai lumbung pangan dan secara bertahap akan meningkatkan luas lahan padi di daerah itu.

Salah satu tokoh masyarakat Kabupaten Buru, Amus Besan mengatakan, sejak tambang emas rakyat ini dibuka beberapa waktu lalu, jumlah pendatang dari luar Provinsi Maluku semakin banyak yang datang ke lokasi tersebut untuk ikut mendulang emas.

"Selaku ahli waris pemilik lahan yang menjadi lokasi tambang, kami sangat mendukung kebijakan Pemkab Buru untuk melakukan penutupan kegiatan penambangan," katanya.

Sebab rencana penutupan ini sangat rasional dan akan membantu pemerintah Kabupaten dalam menyelamatkan aset bernilai tersebut.

"Tambang emas tersebut awalnya ditemukan oleh warga dan dikelola secara tradisional namun belakangan ini, kegiatan penambangan ini mulai diminati banyak pihak, termasuk warga dari luar Buru yang datang dari berbagai provinsi di Indonesia," katanya.

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2012