Warga dari empat kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku masih mengandalkan perahu bermesin ketinting maupun speedboat untuk menyeberang pasca ambruknya dua bentangan jembatan Wae Kawanua di Pulau Seram.

"Untuk sementara ini kami masih menggunakan jalur laut dari Desa Tehoru menuju Pantai Yaputi, Kecamatan Tehoru (Malteng)," kata seorang warga Tehoru Santos Walalayo di Ambon, Selasa.

Putusnya dua bentangan Jembatan Kawanua sejak awal pekan lalu menyebabkan jalur transportasi dari Masohi, Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah menuju Kecamatan Tehoru dan Kecamatan Teluti (Malteng), serta Kecamatan Siwalalat dan Werinama di Kabupaten SBT terputus.

"Untuk sekali menyeberang dengan angkutan laut tersebut sekitar 15 menit, setiap penumpang membayar Rp35.000 dari harga awalnya Rp50.000," ucap Santos.

Meski pun mobilisasi orang masih bisa menggunakan jalur laur namun untuk mobilisasi kendaraan dan barang belum bisa dilakukan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggungan Bencana Alam Maluku Ismail Usemahu mengatakan, BPJN Maluku sejak pekan lalu sudah berada di lokasi bencana guna melakukan penanganan darurat namun belum bisa dilakukan akibat cuaca buruk dan luapan banjir yang besar.

Menurut dia, Jembatan Wae Kawanoa yang terletak antara Kecamatan Tehoru dan Teluti (Malteng) kemudian menuju arah Werinama, Kabupaten SBT menggunakan kerangka baja wagner dengan bentangan sepanjang 480 meter.

"Rangka bentang ketiga dan keempat yang terlepas dengan total panjangnya 120 meter akibat banjir yang sangat besar pada Senin, (10/7) 2023," jelas Ismail.

Kalak BPBD Maluku telah berkoordinasi dengan BPJN yang melakukan penanganan darurat karena itu merupakan ruas jalan nasional dan mereka telah mempersiapkan rangka bailey.
 

Pewarta: Daniel Leonard

Editor : Ikhwan Wahyudi


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023