Novak Djokovic mengatakan dia memperlakukan setiap Grand Slam seperti turnamen terakhirnya saat dia bersiap untuk kembali ke US Open pekan depan.
Petenis Serbia peraih rekor 23 gelar tunggal Grand Slam itu berupaya menambah koleksi gelarnya yang ke-24 di New York selama dua pekan ke depan, yang akan membuatnya unggul dua gelar dari 22 gelar Grand Slam milik Rafael Nadal.
Djokovic, yang berusia 36 tahun, semakin sadar bahwa peluang untuk meningkatkan rekornya mungkin semakin sulit didapat bahkan jika dia tidak mempertimbangkan untuk pensiun.
"Saya tidak tahu berapa banyak lagi Slam yang akan saya jalani," kata Djokovic dalam konferensi pers US Open, seperti disiarkan AFP, Sabtu.
"Saya akan tetap melanjutkan perjalanan. Saya belum memikirkan akhir saat ini."
"Saya juga memahami bahwa segala sesuatunya akan berbeda ketika Anda berusia 36 tahun, jadi saya harus lebih mengapresiasi, lebih banyak lagi, saya kira, memperlakukan setiap Grand Slam mungkin sebagai yang terakhir dalam hal komitmen dan kinerja," ujar Djokovic.
"Saya melihat setiap Grand Slam yang saya mainkan saat ini benar-benar merupakan peluang emas untuk membuat lebih banyak sejarah."
Djokovic belum pernah bermain di US Open sejak 2021, ketika upayanya untuk menyelesaikan seluruh kalender Grand Slam di keempat turnamen tenis major tersebut digagalkan oleh Daniil Medvedev dalam kekalahan menyakitkan di final.
Djokovic kemudian dilarang masuk Amerika Serikat karena menolak divaksin -- yang bertentangan dengan aturan perjalanan pemerintah AS terkait COVID-19 -- yang berarti dia melewatkan US Open tahun lalu.
Djokovic, yang akan memulai penampilannya di US Open di stadion utama Arthur Ashe melawan petenis Prancis Alexandre Muller pada Senin (28/8), mengaku menikmati dapat kembali ke apa yang ia gambarkan sebagai atmosfer paling "elektrik" dalam tenis.
"Perasaan pertama yang saya rasakan adalah kegembiraan untuk kembali karena ini adalah arena terbesar yang kami miliki dalam olahraga kami, stadion terbesar, dan tentunya atmosfer yang paling menyenangkan, menarik, dan mengasyikkan di tenis, bermain sesi malam di Arthur Ashe, tidak diragukan lagi," kata Djokovic.
"Kembali ke hadapan para penggemar tenis yang mungkin paling berisik."
Rival terkuat
Dengan absennya Djokovic pada 2022, petenis Spanyol Carlos Alcaraz muncul untuk mengklaim gelar US Open.
Sejak saat itu, persaingan sengit antara Djokovic dan Alcaraz muncul. Petenis muda Alcaraz bahkan memenangi pertandingan lima set di final Wimbledon bulan lalu, sebelum Djokovic bangkit kembali dengan kemenangan meyakinkan di final Cincinnati Open akhir pekan lalu.
Djokovic mengatakan kemenangan pekan lalu atas Alcaraz di Cincinnati dalam waktu hampir empat jam terasa seperti memenangi Grand Slam.
"Itu adalah salah satu final terbaik, paling menarik, dan tersulit yang pernah saya ikuti dalam format best-of-three, tidak diragukan lagi, sepanjang karier saya," ujar Djokovic.
"Banyaknya pertukaran poin dan reli. Secara fisik sangat menuntut dan melelahkan sehingga saya merasa sangat lelah selama beberapa hari berikutnya."
"Itu adalah momen-momen dalam pertandingan di mana saya masih memaksakan diri setiap hari, hari demi hari, latihan, pengorbanan, komitmen. Di usia 36, saya masih memiliki semangat. Saya suka kompetisi."
Pertemuan Djokovic-Alcaraz diharapkan terjadi di final US Open pada 10 September. Meski begitu, Djokovic menegaskan bahwa dia hanya ingin memenangi pertandingan pembuka terlebih dahulu.
"Saya pikir itu juga merupakan tindakan tidak menghormati lawan Anda berikutnya jika Anda sudah memikirkan pertandingan final Anda,” kata Djokovic.
"Meskipun saya telah mencapai kesuksesan yang luar biasa... pola pikir seperti itu tidak pernah benar-benar selaras dengan saya."
"Tetapi Carlos adalah pemain nomor satu dunia. Dia jelas merupakan salah satu pemain terbaik dunia dalam beberapa tahun terakhir," ujar Djokovic.
"Tentu saja, selalu ada perhatian yang mengikutinya dari tim saya, dari tim lain mana pun. Saya tahu bahwa hal yang sama mungkin berlaku untuk saya. Kami saling memperhatikan."
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023
Petenis Serbia peraih rekor 23 gelar tunggal Grand Slam itu berupaya menambah koleksi gelarnya yang ke-24 di New York selama dua pekan ke depan, yang akan membuatnya unggul dua gelar dari 22 gelar Grand Slam milik Rafael Nadal.
Djokovic, yang berusia 36 tahun, semakin sadar bahwa peluang untuk meningkatkan rekornya mungkin semakin sulit didapat bahkan jika dia tidak mempertimbangkan untuk pensiun.
"Saya tidak tahu berapa banyak lagi Slam yang akan saya jalani," kata Djokovic dalam konferensi pers US Open, seperti disiarkan AFP, Sabtu.
"Saya akan tetap melanjutkan perjalanan. Saya belum memikirkan akhir saat ini."
"Saya juga memahami bahwa segala sesuatunya akan berbeda ketika Anda berusia 36 tahun, jadi saya harus lebih mengapresiasi, lebih banyak lagi, saya kira, memperlakukan setiap Grand Slam mungkin sebagai yang terakhir dalam hal komitmen dan kinerja," ujar Djokovic.
"Saya melihat setiap Grand Slam yang saya mainkan saat ini benar-benar merupakan peluang emas untuk membuat lebih banyak sejarah."
Djokovic belum pernah bermain di US Open sejak 2021, ketika upayanya untuk menyelesaikan seluruh kalender Grand Slam di keempat turnamen tenis major tersebut digagalkan oleh Daniil Medvedev dalam kekalahan menyakitkan di final.
Djokovic kemudian dilarang masuk Amerika Serikat karena menolak divaksin -- yang bertentangan dengan aturan perjalanan pemerintah AS terkait COVID-19 -- yang berarti dia melewatkan US Open tahun lalu.
Djokovic, yang akan memulai penampilannya di US Open di stadion utama Arthur Ashe melawan petenis Prancis Alexandre Muller pada Senin (28/8), mengaku menikmati dapat kembali ke apa yang ia gambarkan sebagai atmosfer paling "elektrik" dalam tenis.
"Perasaan pertama yang saya rasakan adalah kegembiraan untuk kembali karena ini adalah arena terbesar yang kami miliki dalam olahraga kami, stadion terbesar, dan tentunya atmosfer yang paling menyenangkan, menarik, dan mengasyikkan di tenis, bermain sesi malam di Arthur Ashe, tidak diragukan lagi," kata Djokovic.
"Kembali ke hadapan para penggemar tenis yang mungkin paling berisik."
Rival terkuat
Dengan absennya Djokovic pada 2022, petenis Spanyol Carlos Alcaraz muncul untuk mengklaim gelar US Open.
Sejak saat itu, persaingan sengit antara Djokovic dan Alcaraz muncul. Petenis muda Alcaraz bahkan memenangi pertandingan lima set di final Wimbledon bulan lalu, sebelum Djokovic bangkit kembali dengan kemenangan meyakinkan di final Cincinnati Open akhir pekan lalu.
Djokovic mengatakan kemenangan pekan lalu atas Alcaraz di Cincinnati dalam waktu hampir empat jam terasa seperti memenangi Grand Slam.
"Itu adalah salah satu final terbaik, paling menarik, dan tersulit yang pernah saya ikuti dalam format best-of-three, tidak diragukan lagi, sepanjang karier saya," ujar Djokovic.
"Banyaknya pertukaran poin dan reli. Secara fisik sangat menuntut dan melelahkan sehingga saya merasa sangat lelah selama beberapa hari berikutnya."
"Itu adalah momen-momen dalam pertandingan di mana saya masih memaksakan diri setiap hari, hari demi hari, latihan, pengorbanan, komitmen. Di usia 36, saya masih memiliki semangat. Saya suka kompetisi."
Pertemuan Djokovic-Alcaraz diharapkan terjadi di final US Open pada 10 September. Meski begitu, Djokovic menegaskan bahwa dia hanya ingin memenangi pertandingan pembuka terlebih dahulu.
"Saya pikir itu juga merupakan tindakan tidak menghormati lawan Anda berikutnya jika Anda sudah memikirkan pertandingan final Anda,” kata Djokovic.
"Meskipun saya telah mencapai kesuksesan yang luar biasa... pola pikir seperti itu tidak pernah benar-benar selaras dengan saya."
"Tetapi Carlos adalah pemain nomor satu dunia. Dia jelas merupakan salah satu pemain terbaik dunia dalam beberapa tahun terakhir," ujar Djokovic.
"Tentu saja, selalu ada perhatian yang mengikutinya dari tim saya, dari tim lain mana pun. Saya tahu bahwa hal yang sama mungkin berlaku untuk saya. Kami saling memperhatikan."
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2023