Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia dr. Eka Harmeiwaty mengajak seluruh warga Ambon, Maluku agar dapat meningkatkan kesadaran dalam mencegah, melakukan deteksi dini, dan mengendalikan hipertensi.

“Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, satu di antara tiga orang Indonesia menderita hipertensi dan ironisnya masih banyak yang tidak menyadari bahwa dirinya hipertensi karena hanya sekitar satu dari delapan orang dewasa Indonesia yang rutin mengukur tekanan darah,” kata dr. Eka Harmeiwaty, Ambon, Sabtu.

Hal ini disampaikannya dalam rangkaian memperingati hari hipertensi sedunia bersama salah satu produk sehat, melakukan kampanye “Beat Hypertension” dan cek tensi massal serentak di 42 kota se-Indonesia termasuk di Kota Ambon.

Menurutnya, jika cepat terdeteksi dan ditangani, penderita hipertensi dapat mengurangi risiko berbagai komplikasi, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal, dan kerusakan organ lainnya.

Ia menyebutkan, ada dua faktor penyebab hipertensi, yaitu faktor bawaan dan faktor gaya hidup. Untuk faktor bawaan, seperti usia dan keturunan, tentunya sulit untuk dikendalikan. Namun, faktor gaya hidup adalah faktor yang masih bisa dikelola untuk menurunkan risiko terkena hipertensi.

“Yang menarik, pola hidup yang tidak sehat, yang seharusnya mampu kita kendalikan, berperan besar dalam memengaruhi risiko hipertensi mulai dari konsumsi garam berlebih, obesitas, hingga kurang aktivitas fisik,” ujarnya.

Saat ini, fakta menunjukkan bahwa hipertensi tidak lagi penyakit yang hanya diderita oleh orang tua, namun juga dapat menyerang kalangan usia yang lebih muda.

Di Indonesia, terdapat 20 persen orang berusia 25-34 tahun dan lebih dari 30 persen orang yang berusia 35-44 tahun yang mengalami hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah.

“Jangan lupa cek tekanan darah untuk deteksi dini hipertensi. Bagi masyarakat yang berusia di bawah 40 tahun disarankan melakukan cek tekanan darah setiap 3-5 tahun sekali,” katanya.

“Sementara bagi yang berusia di bawah 40 tahun namun memiliki faktor risiko, misalnya obesitas, dianjurkan untuk mengecek setiap tahun. Setelah berusia di atas 40 tahun, pengecekan tekanan darah lebih rutin sangat disarankan, apa lagi jika memiliki masalah kesehatan kronis,” tambah dr. Eka.

Brand Manager Tropicana Slim Noviana Halim menyampaikan, dengan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat Indonesia untuk mengontrol jumlah asupan garam harian dan melakukan pengecekan tekanan darah secara rutin, maka edukasi untuk meningkatkan kesadaran melakukan pencegahan hipertensi sedini mungkin perlu terus digalakkan.

Menurutnya, konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan tekanan darah dan risiko hipertensi. Oleh karena itu, disarankan untuk memerhatikan label makanan dan memasak sendiri di rumah sebagai salah satu alternatif untuk mendukung pola makan yang lebih sehat.

“Sebagai alternatif, produk kondimen lebih rendah garam dari produk sehat, seperti kecap manis, kecap asin, kaldu jamur, saus tiram, dan lainnya dapat membantu masyarakat mengontrol asupan garam harian tanpa perlu mengorbankan rasa masakan,” ucapnya.

Adapun rangkaian program Beat Hypertension 2024, meliputi gelar wicara dengan dokter dan pengecekan tekanan darah massal sebagai upaya deteksi dini hipertensi.

Di Ambon, gelar wicara diberikan oleh dr. Marselno Tatipikalawan yang juga dosen nonPNS Fakultas Kedokteran Unpatti dan dokter umum klinik komunitas Candela. Diikuti puluhan peserta dari kalangan muda sampai dengan orang tua.

Pewarta: Winda Herman

Editor : Daniel


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2024