Dengan lonjakan dramatis hujan bom mortir di ibu kota Suriah dari daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggiran Damaskus, rakyat di kota itu menyamakan kondisi mereka dengan kehidupan permainan video terkenal Angry Birds.

Dalam permainan video tersebut, bom burung ditembakkan dari katapel untuk menghancurkan sasaran.

Namun dalam kehidupan nyata di Damaskus, bom burung dengan warna cantik berganti dengan bom mortir yang jelek.

Serangan mortir di Ibu Kota Suriah tersebut telah meningkat sejak Rabu (21/8), ketika militer melancarkan serangan terhadap daerah yang dikuasai gerilyawan di pinggiran timur kota itu.

Aksi militer tersebut membuat gerilyawan meningkatkan serangan mortir mereka --yang membabi-buta dan kebanyakan menghantam warga sipil, kata beberapa saksi mata.

Sebanyak 40 bom mortir jatuh di Damaskus pada Rabu saja, sehingga merenggut banyak korban cedera dan kerugian harta.

Serangan mortir tersebut juga terjadi setelah tuduhan serius serangan gas kimia di pinggiran Damaskus, sehingga diduga menewaskan lebih dari 1.000 orang. Gerilyawan dan pemerintah saling tuding mengenai pelaku serangan mematikan itu.

Selain kekhawatiran mengenai serangan kimia lebih lanjut, dan tak peduli siapa pun pelakunya, warga Damaskus di beberapa kabupaten bagian selatan, yang sangat dekat dengan lokasi bentrokan, mendapati diri mereka dan harta mereka menjadi sasaran empuk pemboman membabi-buta dari daerah panas di dekatnya.

"Benar-benar seperti permainan, bom berjatuhan seperti hujan, di mana-mana, dan selalu mengenai warga sipil ... Kami benar-benar bosan dan jemu dengan situasi ini," kata Karmen, perempuan yang berusia 38 tahun dari Kabupaten Tijara, kepada Xinhua.

Keluarganya, Munhid (32) --ayah seorang bayi perempuan, memberitahu Xinhua, yang dipantau Antara di Jakarta pada Sabtu siang, situasi di Kabupaten Tijara "kelihatan seperti larangan keluar rumah dan kebanyakan toko tutup".

"Tak seorang pun berani keluar rumah, kecuali sangat mendesak ... Hujan mortir di sekeliling kami," ia mengeluh.

Saat menegaskan bahwa semua korban cedera adalah warga sipil, Munhid mengatakan daerah di sana telah diselimuti oleh rasa takut.

"Pembicaraan utama warga di sini adalah 'Kapan mortir menghantam'," ia mengenang. Ditambahkannya, banyak warga Daerah Abbasyeen telah meninggalkan rumah mereka ke daerah yang lebih aman di dalam Damaskus.

"Warga di sini merasa terperangkap dan benar-benar terganggu dengan situasi. Kami berharap militer dapat membantu kami dan mengakhiri situasi ini," katanya.

"Di dalam permainan video; ada akhir permainan dan tak seorang pun cedera. Tapi dalam kehidupan nyata, akhir permainan berarti hidup anda sudah berakhir," kata Munhid dengan nada pahit. (Xinhua-OANA)

Pewarta: A.Rachma (*)

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013