Ambon (Antara Maluku) - Balai Wilayah Sungai Maluku mulai melaksanakan normalisasi sungai di Kota Ambon pascabanjir pada 30 Juli 2013.

Wartawan Antara yang melakukan pemantauan, Rabu, melaporkan, normalisasi sungai dilaksanakan di Wai Tomu dan Batu Gajah, kecamatan Sirimau.

Sedangkan di Wai Ruhu, desa Galala dan Batu Merah, kecamatan Sirimau serta Batu Gantung, kecamatan Nusaniwe masuk program berikutnya.

Sejumlah ekskavator dikerahkan untuk mengeruk sedimentasi di dua sungai tersebut yang meluap saat banjir pada 2012 sehingga mengakibatkan ribuan warga Kota Ambon mengungsi ke daerah aman.

Begitu pun truk mengangkut sedimentasi dan dibuang ke timbunan lokasi pembangunan Kristiani Center di kawasan Tanah Lapang Kecil(Talake), kecamatan Nusaniwe.

Normalisasi lima sungai i ni merupakan komitmen Balai Wilayah Sungai Maluku dan Pemkot Ambon paska bencana banjir maupun longsor pada 30 Juli 2013.

Salah seorang warga Batu Gajah, Joseph menyambut baik normalisasi sungai karena mengantisipasi terjadinya luapan banjir bila hujan dengan intensitas maupun durasi tinggi.

"Saya dahulu saat kecil(anak - anak) tidak bisa melompat dari talud ke sungai karena pasti kaki patah. Namun, saat ini anak kecil jatuh dari talud tidak apa - apa karena tingginya kurang dari satu meter," ujarnya.

Sedangkan warga Pulugangsa, Marthen mengemukakan, normalisasi Wai Tomu berarti bisa mengantisipasi ancaman banjir yang berdasarkan prakiraan BMGK masih berpeluang terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga tinggi pada September 2013.

Prakiraan BMGK menyebutkan potensi hujan pada September 2013 lebih besar dari Juli maupun Agustus lalu.

"Jadi normalisasi sungai ini disambut positif. Apalagi, Balai Wilayah Sungai Maluku juga merenovasi talud yang rusak maupun bobol saat banjir lalu," katanya.

Asisten II Pemkot Ambon, Pieter Saimima mengakui normalisasi sungai merupakan komitmen balai Wilayah Sungai Maluku dengan Wali Kota setempat, Rihard Louhenapessy dan Wawali, Sam Latuconsina.

"Saya juga telah memantau realisasi normalisasi sungai tersebut dengan harapan tiga lainnya dilaksanakan dalam waktu dekat," ujarnya.

Pieter mengimbau masyarakat di bantaran sungai agar memberikan akses jalan kepada

operasional eksavator maupun truk agar sedimen bisa diangkut.

"Masyarakat hendaknya tidak menghalangi operasional eksavator maupun truk karena normalisasi itu mengantisipasi kemungkinan terjadinya kembali banjir," tegasnya.

Longsor maupun banjir akibat hujan intensitas tinggi di Kota Ambon sejak 29 Juli 2013 mengakibatkan 11 orang dinyatakan meninggal.

Sedangkan jumlah kerusakan masih didata dengan pengungsi sebanyak 2.007 kepala keluarga(KK) atau 8.872 jiwa.

Korban banjir maupun tanah longsor akibat hujan di Maluku pada 2012 yakni Kota Ambon tercatat 13 warga meninggal dan enam luka berat.

Pewarta: Lexy Sariwating

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2013