Ambon (Antara Maluku) - Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi merupakan "marketing politic" yang ditawarkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), kata Pengamat Politik Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Amir Kotarumalos, di Ambon, Rabu.

"Jokowi dengan figurnya menjadi marketing politic PDIP untuk bisa menarik massa, baik itu pemilih pragmatis maupun oligarkis sebanyak-banyaknya dalam pemilu," katanya.

Amir yang juga Dosen Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (FISIP) Unpatti mengatakan, dengan diusungnya Jokowi sebagai calon presiden (capres), maka elektabilitas PDIP akan semakin meningkat.

Alasannya, Jokowi dikenal sebagai sebagai pemimpin wong cilik yang didukung oleh banyak massa nasionalis-tradisional, terutama yang berada di Pulau Jawa.

"Saya kira ini pilihan yang brilian dari Megawati dengan tidak mencalonkan diri, tetapi mengusung kader partai yang potensial untuk menggalang massa yang tentu saja akan berpengaruh terhadap elektabilitas partai," katanya.

Menurut Amir, pencalonan Jokowi sebagai capres akan berpengaruh terhadap peta politik di Tanah Air, tidak hanya pada pemilihan presiden (pilpres) tetapi juga di tingkat pemilihan legislatif (pileg) pada 9 April 2014.

"Sekarang ini masyarakat lebih melihat figur yang diusung bukan partainya, saya kira akan dipilihnya Jokowi sebagai capres dari PDIP telah diantisipasi oleh partai lainnya," ucapnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, banyak pihak yang menyayangkan Jokowi dipilih sebagai capres, karena seharusnya ia menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai gubernur Jakarta, menangani persoalan banjir dan kemiskinan di ibu kota negara.

"Banyak yang menyatakan kalau sebaiknya Jokowi menyelesaikan persoalan banjir dan kemiskinan di Jakarta dulu sebelum jadi presiden, tapi saya kira itu sah-sah saja karena tugasnya bisa dilanjutkan oleh wakilnya," katanya. *

Pewarta: Shariva Alaidrus

Editor : John Nikita S


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014