Ambon (Antara Maluku) - Pemerintah Australia melalui Kedutaan Besar di Indonesia menggelar peringatan "Anzac Day" yaitu peristiwa gugurnya tentara persemakmuran pada Perang Dunia I dan II di Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, Jumat pagi.
Peringatan yang dipusatkan di Taman Makam Persemakmuran "War Cemettery" di kawasan Tantui, dipimpin Atase Angkatan Laut Kedubes Australia Kolonel Katja Bizilj, CSC, RAN serta Asisten Atase Angkatan Laut Brendon Roberts dan diharidi beberapa anggota keluarga tentara meninggal.
Gubernur Maluku Said Assagaff dan Kapolda Brigjen Pol. Murad Ismail juga turut hadir dan mengikuti upacara peringatan yang dilakukan secara sederhana tetapi namun hikmat tersebut.
Gubernur Maluku Said Assagaff dan Kapolda Murad Ismail serta beberapa pejabat yang hadir dalam peringatan tersebut juga ikut meletakkan karangan bunga poppy merah (Red poppies) pada tugu peringatan yang terletak di bagian tengah makam persemakmuran tersebut dan melakukan penghormatan.
Peringatan Anzac Day yang jatuh pada 25 April di Kota Ambon, merupakan yang kedua kalinya menyusul yang pertama tahun 2013 yang dihadiri Dubes Australia untuk Indonsia, Greg Moriarty.
Sebelum konflik sosial melanda Ambon dan Maluku tahun 1999, peringatan gugurnya tentara negara-negara persemakuran di Ambon sering dilakukan secara meriah karena dihadiri puluhan bahkan ratusan keluarga korban, termasuk tentara Australia dan beberapa negara lain.
Tetapi saat konflik acara tahunan tersebut praktis terhenti, karena kondisi keamanan yang kurang menjamin keselamatan wisatawan.
Atase Angkatan Laut Kedubes Australia Katja Bizilj menegaskan, Anzac Day perupakan hari bersejarah bagi pemerintah dan masyarakat Australia serta negara-negara persemakmuran.
"Peringatan ini (Anzac Day) sangat penting bagi kami untuk mengenang akan kerasnya perjuangan angota keluarga kami yang gugur dalam Perang Dunia I dan II di sejumlah negara termasuk di Maluku," katanya.
Dia menegaskan, lokasi makam seluas empat hektar tersebut merupakan saksi sejarah ganasnya Perang Dunia II khususnya di Maluku dan Ambon.
Katja Bizilj mensyukuri kondisi dan situasi kota Ambon dan Maluku pada umumnya yang semakin aman, sehingga Pemerintah Australia dapat kembali menggelar upacara peringatan peristiwa bersejarah tersebut.
Dia mengakui, di tahun-tahun mendatang peringatannya akan semakin meriah dan dihadiri banyak wisatawan asal negara Kanguru tersebut maupun negara lain yang tergabung dalam kelompok negara persemakmuran.
Dia menambahkan, keberadaan lokasi makam "War Cemettery" di kawasan Tantui, Ambon menjadi perekat dan pemersatu hubungan persahabatan dan kekerabatan antarwarga Australia dan Maluku, khususnya anggota keluarga korban yang gugur dalam perang dunia dan dimakamkan di Ambon.
Pada makam tersebut teronggok kerangka ribuan tentara sekutu dari 6 negara. Totalnya sebanyak 2.137 makam, terdiri dari 1.092 tentara Australia, termasuk 694 anggota pasukan elit batalion 21, divisi II `Gull Force`, atau pasukan Infantri Australia (AIF).
Selain itu 810 tentara Inggris, 186 Belanda, 30 India, dua Kanada, Selandia baru dan Afrika Selatan masing-masing satu dan 15 orang dari beberapa negara sekutu lainnya.
Batu-batu nisan berukuran sebesar laptop dengan tinggi hanya beberapa sentimeter di atas tanah, seolah tak terlihat diatas hamparan rumput hijau yang dipangkas rapih. tetapi ketika melangkahkan kaki ke bagian tengah barulah batu-batu nisan itu tampak bertebaran dimana-mana.
Di bagian depan Taman terdapat "Memorial Building Ambon", sebuah bangunan mirip halte bus, terbuat dari beton berkualitas tinggi dengan desain eksterior berkelas.
Di kedua sisi dindingnya terpampang lembaran tembaga berukuran sekira 3x2 meter persegi yang diatasnya terukir denga huruf timbul nama tentara dan penerbang Australia yang gugur di tanah Maluku, Sulawesi dan Kepulauan sekitarnya pada saat PD II, termasuk yang tidak diketahui dan ditemukan jenasahnya.
Setiap nama dilengkapi nomor prajurit, pangkat dan jabatan terakhir serta nama asal kesatuan. Dari data yang terpampang, umumnya mereka berasal dari Royal Australian Air Force (RAAF), Angkatan Udara Australia, selain beberapa yang berasal dari kesatuan AL dan AD Australia.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014
Peringatan yang dipusatkan di Taman Makam Persemakmuran "War Cemettery" di kawasan Tantui, dipimpin Atase Angkatan Laut Kedubes Australia Kolonel Katja Bizilj, CSC, RAN serta Asisten Atase Angkatan Laut Brendon Roberts dan diharidi beberapa anggota keluarga tentara meninggal.
Gubernur Maluku Said Assagaff dan Kapolda Brigjen Pol. Murad Ismail juga turut hadir dan mengikuti upacara peringatan yang dilakukan secara sederhana tetapi namun hikmat tersebut.
Gubernur Maluku Said Assagaff dan Kapolda Murad Ismail serta beberapa pejabat yang hadir dalam peringatan tersebut juga ikut meletakkan karangan bunga poppy merah (Red poppies) pada tugu peringatan yang terletak di bagian tengah makam persemakmuran tersebut dan melakukan penghormatan.
Peringatan Anzac Day yang jatuh pada 25 April di Kota Ambon, merupakan yang kedua kalinya menyusul yang pertama tahun 2013 yang dihadiri Dubes Australia untuk Indonsia, Greg Moriarty.
Sebelum konflik sosial melanda Ambon dan Maluku tahun 1999, peringatan gugurnya tentara negara-negara persemakuran di Ambon sering dilakukan secara meriah karena dihadiri puluhan bahkan ratusan keluarga korban, termasuk tentara Australia dan beberapa negara lain.
Tetapi saat konflik acara tahunan tersebut praktis terhenti, karena kondisi keamanan yang kurang menjamin keselamatan wisatawan.
Atase Angkatan Laut Kedubes Australia Katja Bizilj menegaskan, Anzac Day perupakan hari bersejarah bagi pemerintah dan masyarakat Australia serta negara-negara persemakmuran.
"Peringatan ini (Anzac Day) sangat penting bagi kami untuk mengenang akan kerasnya perjuangan angota keluarga kami yang gugur dalam Perang Dunia I dan II di sejumlah negara termasuk di Maluku," katanya.
Dia menegaskan, lokasi makam seluas empat hektar tersebut merupakan saksi sejarah ganasnya Perang Dunia II khususnya di Maluku dan Ambon.
Katja Bizilj mensyukuri kondisi dan situasi kota Ambon dan Maluku pada umumnya yang semakin aman, sehingga Pemerintah Australia dapat kembali menggelar upacara peringatan peristiwa bersejarah tersebut.
Dia mengakui, di tahun-tahun mendatang peringatannya akan semakin meriah dan dihadiri banyak wisatawan asal negara Kanguru tersebut maupun negara lain yang tergabung dalam kelompok negara persemakmuran.
Dia menambahkan, keberadaan lokasi makam "War Cemettery" di kawasan Tantui, Ambon menjadi perekat dan pemersatu hubungan persahabatan dan kekerabatan antarwarga Australia dan Maluku, khususnya anggota keluarga korban yang gugur dalam perang dunia dan dimakamkan di Ambon.
Pada makam tersebut teronggok kerangka ribuan tentara sekutu dari 6 negara. Totalnya sebanyak 2.137 makam, terdiri dari 1.092 tentara Australia, termasuk 694 anggota pasukan elit batalion 21, divisi II `Gull Force`, atau pasukan Infantri Australia (AIF).
Selain itu 810 tentara Inggris, 186 Belanda, 30 India, dua Kanada, Selandia baru dan Afrika Selatan masing-masing satu dan 15 orang dari beberapa negara sekutu lainnya.
Batu-batu nisan berukuran sebesar laptop dengan tinggi hanya beberapa sentimeter di atas tanah, seolah tak terlihat diatas hamparan rumput hijau yang dipangkas rapih. tetapi ketika melangkahkan kaki ke bagian tengah barulah batu-batu nisan itu tampak bertebaran dimana-mana.
Di bagian depan Taman terdapat "Memorial Building Ambon", sebuah bangunan mirip halte bus, terbuat dari beton berkualitas tinggi dengan desain eksterior berkelas.
Di kedua sisi dindingnya terpampang lembaran tembaga berukuran sekira 3x2 meter persegi yang diatasnya terukir denga huruf timbul nama tentara dan penerbang Australia yang gugur di tanah Maluku, Sulawesi dan Kepulauan sekitarnya pada saat PD II, termasuk yang tidak diketahui dan ditemukan jenasahnya.
Setiap nama dilengkapi nomor prajurit, pangkat dan jabatan terakhir serta nama asal kesatuan. Dari data yang terpampang, umumnya mereka berasal dari Royal Australian Air Force (RAAF), Angkatan Udara Australia, selain beberapa yang berasal dari kesatuan AL dan AD Australia.
COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2014