Dinas Kesehatan Provinsi Maluku meningkatkan penggunaan Antiretroviral (Arv) untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) guna menghambat reproduksi virus HIV dan mencegah penurunan daya tahan tubuh pada pengidap penyakit mematikan tersebut.

“Pada tahun ini kami berusaha meningkatkan penggunaan Antriretroviral pada ODHA,” Kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Maluku dr Samsila Mona Rumata di Ambon, Jumat.

Menurutnya edukasi dalam mengonsumsi Arv bagi ODHA di Maluku dibutuhkan lantaran saat ini banyak dari pengidap yang terdeteksi HIV/AIDS tidak tahu fasilitas kesehatan yang menyediakan obat tersebut.

“Padahal dengan mengonsumsi Arv ini virus yang ada pada pengidap bisa tersupresi atau ditekan agar pengidap dapat beraktivitas seperti biasa asalkan mau mengkonsumsi obat secara rutin,” katanya.

Terkait ketersediaan Arv di Maluku, katanya, hingga saat ini masih tercukupi. Untuk mendapatkan Arv di Kota Ambon bisa ditemukan di semua layanan pemeriksaan dan pengobatan atau PDP.

“Selain RSU Haulussy, seluruh Puskesmas serta rumah sakit swasta di Kota Ambon juga sudah menyediakan obat itu,” kata dia.

Saat ini data Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) menyebutkan, jumlah kasus HIV-AIDS di Maluku berdasarkan kelompok umur dari tahun 2020 hingga Juni 2024, untuk usia 20-24 tahun mencapai 568 kasus, sementara untuk usia 25-49 tahun sudah di angka 1.538 kasus.

Total keseluruhan jumlah kasus HIV-AIDS dari tahun 2020 sampai Juni 2024 pada 11 kabupaten/kota di Maluku, sudah mencapai 2.654 kasus.

"Untuk data terbaru masih kami kumpulkan," kata Mona.

Dalam upaya penanganan HIV AIDS di Maluku pihaknya pun menjalin koordinasi aktif dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) salah satunya Komunitas Pelangi.

LSM kata dia berperan sebagai penjangkau pendamping pada 11 kabupaten dan kota di Maluku. Ia mengatakan bahwa dalam memetakan populasi kunci dari HIV/AIDS sendiri pihaknya membagi dalam beberapa kategori yakni wanita pekerja seks, kaum lelaki sesama lelaki (LSL), Waria dan pengguna napza suntik atau penasun

“Kalau pekerja seks dan Waria mudah ditemukan namun LSL dan penasun ini bisa diketahui hanya dari pendamping penjangkau atau LSM itu sendiri. HIV/AIDS ini fenomena gunung es, semakin kita mencari semakin banyak temuan kasus. Itu masalah terbesar kita,” ujarnya.

Dirinya pun mengimbau kepada masyarakat agar tak melakukan hal-hal yang berisiko tertular HIV/AIDS seperti hubungan seksual tanpa kondom dengan pasangan yang terinfeksi HIV, berganti-ganti pasangan seksual, melakukan seks oral atau anal tanpa pelindung, menggunakan narkoba dengan jarum suntik yang terkontaminasi, berbagi jarum suntik atau peralatan injeksi.

Pewarta: Ode Dedy Lion Abdul Azis

Editor : Moh Ponting


COPYRIGHT © ANTARA News Ambon, Maluku 2025